4. Roland Cloude

"Bang apa kabar? Maaf ya kemarin gua nggak dateng. Sibuk proyek, Bang."

Dia menggeleng.

"Gue kehabisan tiket pesawat, Bang."

Dia menggeleng lagi.

"Gue lupa hari pernikahan lu, Bang."

Plak!

Kali ini disertai tamparan keras yang ia layangkan sendiri.

Wajahnya berubah sendu, setitik air mata jatuh. Netranya menatap lurus ke arah kolam renang yang berada di hadapannya, seakan terapung di sana, dan berharap tak ada satu pun manusia yang akan menolongnya.

"Gue nggak rela lo nikah, Bang. Gue nggak rela orang yang gue cintai dimiliki orang lain." Dia pun menghapus air matanya, saat mendengar suara langkah seseorang mulai mendekat.

Roland Cloude.

Adik kandung Arsena Cloude. Pemilik rupa luar biasa tampan dengan kemampuan akademik yang mumpuni diusianya yang amat muda.

Sayangnya,

Dia penderita gangguan mental.

Iya, pemilik kepribadian ganda pasca trauma yang menimpanya saat masih kecil.

Roland mencoba tersenyum setulus mungkin saat ia lihat Arsen lebih dulu tersenyum sembari menyeret langkah. "Gimana? Udah mendingan. Kemarin gue denger, sehari sebelum hari H, lu kecelakaan, Bang?"

Arsen pun mendudukan dirinya di sebelah Roland. Matanya menatap air kolam, yang entah kenapa membuatnya ngeri-ngeri sedap. "Sudah mendingan. Kamu nggak usah khawatir, Land."

Roland hanya menganggukan kepalanya paham. Ada setitik rasa asing yang Roland rasakan, saat kakaknya berbicara tadi.

Formal. Sangat formal, dan Roland risih. Sungguh!

"Ngomongnya kok formal banget sih, gue jadi canggung tau, Bang. Kayak bukan ngomong ama lo seriusan," Roland pun menyengir.

Arsen mulai gugup. Arsen lupa menanyakan bagaimana hubungan Arsen dan adiknya ini pada Chery. Chery hanya menjelaskan, kalau Arsen dan Roland tinggal secara terpisah. Jadi, dia pikir, hubungan antara kakak dan adik ini tidaklah begitu dekat.

Arsen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu mengambil segelas kopi yang sudah tersaji sejak kedatangan Roland.

Tap!

Tinggal sedikit lagi bibir gelas itu sampai ke mulut Arsen. Dia menatap Roland yang kini mencekal tangannya di gelas. "Kenapa? Lo mau? Mau dibuatin lagi? Gue panggil bibi dulu, ya."

Roland membisu.

Tanpa ekspresi.

"LO SIAPA!"

Deg!

Arsen terperanjat kaget, tangannya yang memegangi gelas mulai bergetar. Lantas ia pun melepaskan cekalan Roland, lalu menaruh kopi tersebut.

Kini giliran Arsen yang membisu.

'Apa saya salah ucap apa gimana sih?! Kok adiknya Arsen ngomong gitu.'

Arsen memegangi kepalanya begitu drama, dan bisa Roland lihat jelas-sejelasnya, di sana, di dahi Arsen masih terbalut kapas beralkohol. Iya, Arsen sengaja sok drama, agar kedoknya tidak terbongkar.

Roland bangkit dari duduknya, dan memosisikan berjongkok di hadapan Arsen. Wajah Roland mendadak panik, lalu ia peluk Arsen kuat-kuat, membuat yang dipeluk sampai sesak saking kuatnya.

Roland tidak tahan. Sungguh! Dia benar-benar sulit mengontrol emosinya saat diberitahukan kalau kakaknya akan menikah.

Gejolak ini bukan keinginan dirinya, melainkan keinginan seseorang yang sudah amat merindukan sosok Arsen.

Arsen melepaskan paksa pelukan, lalu ia bangkit. "Maafin, Abang, Land. Tapi kamu meluknya kenceng banget--"

Chu!

Kedua mata Arsen membelalak. Tiba-tiba saja Roland mencium bibirnya. Dengan paksaan pula, membuat Arsen termundur beberapa langkah. Arsen tetap memberontak, dan berhasil melepaskan diri. Dia tatap Roland tak percaya.

"Ap--"

"Kamu bukan Arsen, kan?! Kemanakan Arsen saya!" Bentak Roland saat itu juga.

Sifat, suara dan gerak-geriknya jauh dari kata Roland Cloude yang sebelumnya. Iya, sosok Roland saat belum menyentuh tangannya tadi.

fyi : Kepribadian Roland yang lain keluar saat ia menyentuh Arsen. Sebab itu, Arsen dan Roland tidak tinggal bersama.

Arsen lagi-lagi membisu. Selangkah mundur saat Roland mendekatinya, terus seperti itu sampai tepat posisi Arsen berada di tepian kolam.

Arsen menelan ludah. Sungguh, dia memiliki kenangan buruk terhadap kumpulan air ini. Parahnya lagi, Arsen tidak pandai berenang.

Plak! Plak! Plak!

Roland menampari pipinya, berharap tersadar dari sosoknya yang feminim tersebut, membuat Arsen spontan mengambil tangan Roland agar tak menyakiti dirinya lebih jauh.

Deg!

Byurrr

Salahkan diri Arsen yang terlalu baik.

Roland yang gundah, malah mendorong tubuh Arsen ke kolam.

Roland bukannya sengaja. Hanya saja, Roland tak mau lagi skinship dengan Arsen yang akan membangkitkan jiwanya yang lain.

Masa bodoh dengan Arsen yang masih tenggelam di dalam kolam, Roland memilih untuk meninggalkan kediaman.

Tubuh Arsen seketika mati rasa. Bayangan masa lalu menghantuinya.

Sandi masih ingat dengan jelas saat ayahnya melukainya, dan mendorongnya jatuh ke sungai. Saat itu tak ada siapa pun. Hanya kegelapan yang ia tahu.

Paru-paru Arsen penuh akan air. Dia tidak kuat lagi. Masa bodoh dengan kontrak yang belum ia selesaikan, karena harapannya untuk hidup pun saat ini zero.

Penglihatannya pun mengabur, namun saat terakhir sebelum ia menutup mata, Arsen merasakan tangannya ditarik. Tubuhnya di dekap, dan dia naik ke permukaan.

Arsen tahu, kalau Chery berhasil menyelamatkannya. Tapi sejujurnya dia lelah. Arsen telah tiada. Sandi pun yang memang dirinya sudah menyerah. Mengambil satu tarikan napas pun sangat sulit.

Chu!

Chery bukannya mencium Arsen, hanya saja dia memberikan napas buatan, lalu memompa dada Arsen. Berulang kali Chery lakukan sampai Arsen terbatuk dan memuntahkan air yang terminum.

"Sen, bangun!" Chery mengelus kedua pipi Arsen sambil menangis.

Chery tidak ingin ia kehilangan Arsen kedua.

Chery tahu, kalau lelaki yang ia tolong ini bukan Arsen. Tetapi Chery tetap tidak mau kehilangannya. Sungguh.

Arsen membuka kedua matanya dengan napas memburu. Kondisi tubuhnya yang sedari awal memang tidak fit, membuat dirinya kembali jatuh ke alam bawa sadar.

Grep!

Chery memeluk erat Arsen. Dia menangis sejadi-jadinya, lalu berteriak. "Bibi tolong panggilin ambulan. Arsen sekarat, Bi!"

Yang datang justru tamu tak diundang.

Sialan!

Denis datang dengan wajah sok khawatir. Dia beringsut ke arah Arsen. Memeriksa jantung Arsen yang ternyata masih berdetak.

'Kenapa nggak mati ajah sih, lo, Sen!'

"Tenang, Ry. Arsen cuman nggak napas doang. Jantungnya masih kedengeran, kok." Ucapnya yang tak digubris oleh Chery.

Denis yang tentunya ingin mencari muka, langsung ia tarik kedua tangan Arsen, dibantu dengan Chery yang cekatan. Denis pun menggendong tubuh Arsen. Menyalakan mobilnya, dan mereka pun melesat ke rumah sakit secepat mungkin.

Denis harap, mereka akan terjebak macet. Dengan begitu, Arsen bisa saja mati bukan? Namun harapan nista Denis tak dikabulkan Tuhan Yang Maha Baik. Perjalanan mereka lancar, bahkan rumah sakit pun sigap menangani Arsen.

Syukurnya, Arsen tertolong.

Bahkan saat ini Arsen sedang terlelap. Meskipun masker oksigen dipakaikan, Dokter hanya berkata itu hanya untuk menstabilkan pernapasannya. Ketika Arsen bangun nanti, masker oksigen bisa dilepas, dan saat ini pun kondisi Arsen tak lagi membahayakan.

Untung saja tepat waktu.

Ya, Denis sengaja membawa Roland Cloude ke kediaman Arsen dan Chery. Denis hanya ingin tahu bagaimana reaksi Roland terhadap Arsen yang menurutnya, Arsen yang saat ini cukup asing baginya. Denis harap, Roland akan murka, dan melukai Arsen seperti harapannya.

Karena bagi Roland, Arsen miliknya. Tidak boleh dibagi oleh siapa pun. Lebih baik Arsen mati, kalau akhirnya Arsen tak bisa bersamanya.

Roland memiliki riwayat penyakit jiwa. Penyakit itu muncul karena trauma yang menimpanya. Trauma itu cukup menyiksanya sampai saat ini.

Sungguh! Roland ingin sembuh dan hidup dengan tenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!