AKHIRNYA Rangkas pun segera melupakan hal itu dan berjalan melanjutkan langkah nya. Agak jauh langkah nya menjauhi kebun-kebun pemukiman penduduk, kini Rangkas sudah memasuki kawasan Hutan Belantara. Suara nyaring burung bersiul cukup jelas didengar oleh Rangkas dari arah samping kiri nya. Ia mengentikan langkah kaki nya dan menatap ke arah sebuah pohon cukup tinggi dan juga besar. Jarak pohon tersebut cukup jauh dari tempat Rangkas berdiri, namun Rangkas tetap berdiam diri menunggu suara burung itu bersiul lagi.
'Seperti nya suara burung tadi berasal dari dahan pohon besar itu. hmm, mengapa aku ragu untuk pergi ke arah sana? ada baik nya aku tunggu saja sejenak. Jika burung itu bersiul lagi, sudah jelas itu burung biasa. Tapi jika burung itu tak bersiul lagi, kemungkinan itu adalah sosok siluman yang menyamar menjadi seekor burung.' Gumam hati Rangkas meragukan suara burung tadi. Kemudian ia teringat kembali ketika melihat jenis ular aneh yang ia lihat sebelumnya melintas didepan nya.
'Apakah ular aneh yang aku temui itu juga sebenarnya hanyalah perwujudan dari siluman ular? jika benar, apa maksudnya ia tiba-tiba menampakan wujud nya dihadapan ku? meskipun hanya dalam bentuk ular, tapi aku merasakan bahwa ular itu memang bukan ular sembarangan alias ular siluman.' Rangkas termenung dengan bisikan hati nya, kemudian ia pun segera teringat bahwa diri nya sedang buru-buru.
Akan tetapi, ketika Rangkas mulai jenuh menunggu suara burung itu bersiul lagi dan akan pergi melanjutkan langkah nya. Tiba-tiba suara burung nyaring itu terdengar lagi, kali ini cukup ramai. Bahkan bukan hanya satu suara burung yang bersiul, mungkin ada sekelompok burung yang sedang bernyanyi riang diranting dahan-dahan pohon besar dan cukup rimbun itu.
Rangkas segera memantapkan langkah nya pergi mendekati pohon besar itu dengan cara mengendap-endap dibalik rumput ilalang yang tumbuh cukup tinggi itu. Ia segera mengambil Katapel dan peluru nya yang terbuat dari batu kerikil yang di asah runcing memakai besi asahan. Rangkas memperhatikan ke salah satu dahan, disana ia melihat ada beberapa ekor burung Sarang Gunting. Burung tersebut hampir sama besar nya dengan burung perkutut, warna nya hitam dan memiliki corak jalak di bagian dada dan leher nya. Yang membuat unik burung tersebut adalah, bulu ekor nya yang menyerupai Gunting. Dua bulu ekor terpisah itu menandakan bahwa itu adalah jenis burung bernama Sarang Gunting.
Rangkas mulai membidik sasaran burung tersebut memakai Katapel nya dan melesat lah satu peluru dengan cepat hingga mengenai dada seekor burung itu. Satu ekor burung jatuh melayang karena terkena peluru Katapel nya Rangkas. Senyum gembira terpancar diwajah Rangkas, kemudian ia membidik ke arah burung lain nya yang tak kabur. Kali ini bidikan nya mengenai sasaran lagi dan satu burung jatuh lagi, tetapi serombongan burung itu segera pergi menjauh karena ketakutan melihat kawan nya mati diburu oleh manusia.
Rangkas tak memperdulikan hal itu, ia segera mendekati ke arah dimana jatuh nya dua burung buruan nya itu. Ia menemukan dua burung itu, yang satu sudah mati dan yang satu lagi ternyata masih hidup menggelapar-gelepar. Rangkas segera mengambil pisau berburu nya dan menyembelih leher burung itu. Ketika Rangkas selesai menyembelih burung itu, Ia sontak kaget bukan main. Apa yang ia lihat ternyata bukan seekor burung yang mati, melainkan wujud seorang manusia yang ia kenali yakni ayah nya.
"Ayah!? mengapa begini??? apa yang sedang terjadi sebenarnya!?" Ujar Rangkas seperti orang linglung. Tangan nya gemetaran karena bersimbah darah cukup banyak dan pisau berburu nya itu terlepas dari tangan nya.
'Ini tidak mungkin terjadi!' Celoteh Isi hati Rangkas karena mulut Rangkas sudah tak bisa berkata-kata lagi karena lidah nya bagai Kelu. Ia langsung mengucek-ucek mata nya karena kejadian aneh itu hanyalah halusinasi nya saja. Dan tiba-tiba saja sosok Ayah nya yang ia lihat sebelumnya itu telah berubah menjadi seekor burung lagi.
Rangkas pun jatuh terduduk sembari menghempaskan napas sesak nya, keringat dingin sudah jelas membasahi pakaian nya. Rangkas masih terdiam mengingat-ingat hal aneh dan membingungkan itu. Agak lama ia terdiam, akhir nya ia pun berusaha untuk membiasakan diri akan kejadian aneh yang akhir-akhir ini meneror nya terus menerus. Rangkas segera memasukan dua ekor burung buruan nya itu ke dalam tas kain nya. Dibawah pohon besar berukuran tiga orang dewasa berpelukan itu, Rangkas menyipitkan pandangan mata nya ke arah batang pohon itu.
Ia kemudian mendekati nya dan melihat jelas ada sebuah goresan di batang pohon itu. Goresan itu seperti sebuah simbol Illuminati dengan sebuah lubang ditengah simbol nya (🔯). Rangkas masih memperhatikan lambang itu dan kemudian ia membatin.
'Siapa yang membuat lambang ini? seperti nya ada orang yang sengaja membuat nya untuk hal tertentu atau sebagai pertanda jalan agar orang itu tak tersesat dihutan belantara ini.' Hanya itu saja ucapan batin Rangkas tanpa ada nya rasa curiga akan LAMBANG **SIMBOL** MISTERIUS itu. Rangkas segera pergi meninggalkan pohon itu dan lanjut berburu lagi. Agak jauh Rangkas pergi dari pohon besar itu, tiba-tiba seberkas sinar merah menyala dibagian lubang simbol misterius itu.
Rangkas tak merasakan hal aneh itu, ia segera melangkahkan kaki nya hingga tiba ditempat ia menemukan banyak kayu bakar. Rangkas segera mengumpulkan kayu-kayu kering dan ranting-ranting yang sudah mengering. Ia kumpulkan semua nya menjadi satu dan mengikat nya dengan tali yang ia bawa dari rumah. Satu ikat kayu bakar sudah Rangkas dapatkan, kini ia lanjut mencari hewan buruan nya lagi.
Suasana dihutan belantara itu cukup gelap, meskipun cuaca dalam keadaan cerah. Gelap nya hutan belantara itu karena banyak nya tumbuh pohon-pohon besar dan berdaun lebat. Entah itu pohon apa, tak ada yang memiliki nya dan tak ada yang menanam nya karena dihutan belantara tak ada orang yang memiliki nya. Berbagai pohon yang tumbuh dihutan belantara itu semuanya tumbuh secara liar, akan tetapi mitos dari cerita nenek moyang yang tinggal dikaki Gunung Persik itu. Dahulu nya disana banyak ditumbuhi pohon Persik karena awal nya sengaja ditanam oleh para nenek moyang penduduk kaki gunung itu agar buah tersebut tidak langka dan punah. Tetapi kini, tak ditemukan satu pun pohon Persik yang sedang berbuah ataupun yang masih hidup.
Rangkas terlihat cukup lelah karena ia belum menemukan hewan buruan nya lagi. Kini ia sudah berada didekat kubangan mata air yang terpancar dari mata air gunung tersebut. Mata air tersebut cukup jernih dan Rangkas lah yang membuat kubangan itu untuk ia pakai membasuh muka dan minum. Kini Rangkas istirahat sejenak untuk minum dan makan bekal singkong goreng nya. Siang hari sudah tiba, Rangkas ingin bersantai dahulu sebelum ia melanjutkan langkah untuk berburu nya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nensi Nadia
bagus Thor ceritanya
2025-01-12
0