RENUNGAN Ibu Suminah masih berlanjut, ia teringat kembali ketika disuatu hari suami nya akan pergi berburu ke Hutan. Rangkas saat itu merengek ingin ikut Ayah nya berburu, namun Ibu nya melarang nya dengan alasan di Hutan sangat berbahaya bagi anak seusia Rangkas.
"Bapak, Rangkas ikut ya?!" Ujar Rangkas kepada Ayah nya dan Ibu nya yang saat itu sedang menyapu halaman rumah segera berkata.
"Jangan ikut Nak! di Hutan sangat berbahaya sekali!" Tegas sang Ibu kepada Rangkas dan Ayah nya Rangkas yang saat itu sedang berkemas akan berangkat ke Hutan pun menyahut.
"Tak apa Bu, biarkan Rangkas ikut. lagi pula Rangkas sudah cukup umur untuk ikut berburu bersama Bapak."
"Tapi Pak, jika nanti di Hutan bertemu dengan Harimau atau Hewan buas lain nya bagaimana??? Ibu takut Rangkas kenapa-kenapa." Sang Ibu sangat cemas sekali, namun Suami nya tetap tersenyum seraya berkata.
"Tak usah cemas Bu, Bapak akan menjaga Rangkas. lagi pula dihutan tak ada hewan buas seperti Harimau, yang sering Ayah temui hanya Babi Hutan saja."
"Babi Hutan juga termasuk binatang buas Pak." Ujar Ibu nya Rangkas lagi dan ayah nya Rangkas hanya menepiskan tangan nya seraya berkata.
"Sudah tak perlu takut Bu, Rangkas akan baik-baik saja. Ayo nak cepat berkemas."
"Baik pak." Jawab Rangkas dan sang ibu hanya bisa pasrah saja melihat anak nya ikut bersama ayah nya pergi ke hutan untuk berburu. Sang ibu hanya bisa mendoakan keselamatan anak dan suaminya itu dalam hati agar suami dan anak nya bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat.
Sore hari telah menjelang, Suminah yang sudah mengerjakan pekerjaan rumah pun segera pergi keluar rumah. ia terlihat cemas menunggu kepulangan anak dan suami nya dari hutan. ia nampak gugup setelah berkali-kali mondar-mandir didepan rumah nya.
"Petang sebentar lagi akan menjadi malam, mengapa mereka belum pulang juga? biasa nya suamiku sudah pulang sebelum petang menjadi malam." Ujar Suminah berkecamuk berbicara sendirian. Ia memalingkan wajah nya ke arah hutan yang berada agak jauh dari belakang rumah nya. agak lama ia menunggu kepulangan anak dan suami nya, muncul rasa nekat untuk menyusul mereka pergi ke dalam hutan.
Sesaat Suminah akan pergi ke dalam hutan, ia melihat dari kejauhan dua orang yang ia kenali pulang dengan membawa hasil buruan mereka. Raut wajah Suminah yang awal nya cemas dan gundah gulana, kini berganti menjadi senang dan haru. Ia segera menyambut kedatangan suami dan anak nya itu dengan pelukan penuh keharuan.
"Mengapa kalian lama sekali pulang nya? apa kalian baik-baik saja?" Tanya Suminah kepada suami dan anak nya. Lalu suami nya yang bernama Rusdi itu menjawab.
"Kami berdua baik-baik saja bu. Maaf Bu, kami pulang terlambat karena membawa hasil buruan kambing besar ini. Jadi wajar kami diperjalanan terhambat, iya kan nak?"
"Iya Pak." Jawab Rangkas dengan senyum gembira nya.
"Oh begitu, syukurlah kalau kalian baik-baik saja." Suminah lalu mengantar suami dan anak nya masuk ke dalam rumah dengan membawa hasil buruan mereka, yakni kambing gunung yang berukuran lumayan besar.
Renungan Suminah berhenti sampai disitu karena ia tergugah dari lamunan nya. Rangkas terdengar mengerang kecil seraya memanggil Ayah nya.
"Pak..., Bapaak......" Suminah segera mengambil lembaran daun sirih diwajah anak nya itu.
"Nak bangun Nak..." Ucap Suminah kaget dan Rangkas pun terkejut dan langsung bangun dari tidur nya.
"Bapaaak! hah! hah! hah!" Teriak Rangkas disela napas sesak nya.
"Kamu kenapa Nak? apa yang kamu mimpikan itu???" Rangkas segera menatap wajah ibu nya yang tegang dan Rangkas berkata,
"Bapak Mak, Rangkas lihat Bapak dipenggal oleh sekelompok orang-orang jahat!" Ibu nya mengerutkan dahi nya seraya bertanya.
"Maksud mu Nak? kau bermimpi melihat bapak mu seperti itu???"
"Iya Mak, Rangkas tak kuat melihat nya." Ujar Rangkas dengan raut wajah sedih bercampur dengan napas memburu.
"Sudahlah Nak, itu hanyalah sebuah Mimpi Buruk mu Nak. Lagi pula Bapak mu sudah lama meninggal ketika kamu masih berumur dua belas tahun. Sekarang umur mu sudah mendekati dua puluh tahun, sudah delapan tahun lama nya sejak Bapak mu meninggal dan lagipula Bapak mu meninggal karena sakit keras Nak."
"Tapi Mak..." Ucapan Rangkas terhenti karena Ibu nya berkata.
"Sudah lupakan itu Nak, hari sudah siang sekarang kamu pergi mencari kayu bakar untuk memasak. Kayu bakar persediaan kita sudah menipis."
"Baiklah Mak." Ujar Rangkas sedikit murung, tapi ia segera teringat akan kejadian sebelumnya.
"Oh iya Mak, Rangkas mau bertanya."
"Apa yang ingin kau tanyakan lagi Nak?"
"Seingat Rangkas, tadi Rangkas melihat mata tengkorak kambing yang ada disana itu menyala merah. kemudian tiba-tiba pandangan mata Rangkas gelap, entah mengapa tak lama Rangkas terbangun berada disebuah lapangan cukup luas. lalu setelah itu, Rangkas lupa secara jelas nya. Tahu-tahu Rangkas melihat kejadian Bapak dipenggal oleh orang-orang jahat yang kepala nya memakai kain putih." Ibu nya merenung membayangkan cerita Rangkas tersebut.
Kemudian Ibu nya Rangkas berkata,
"Apa yang kau alami itu sebenarnya hanya halusinasi dalam mimpi mu saja Nak. Sudah jangan kau pikirkan hal itu lagi Nak, Ibu mau pergi mencuci pakaian dulu. Oh iya, singkong goreng yang sudah ibu masak untuk bekal mu ke hutan ada di dapur Nak. Ibu pergi dulu."
"Baik Mak." Jawab Rangkas sembari melihat ibunya pergi keluar dari kamar nya, Kemudian Rangkas pun ikut keluar juga dan menatap ke arah tengkorak kepala kambing yang masih berada diposisi sebelumnya.
Agak lama Rangkas memperhatikan nya, akhirnya ia pun segera menepis kejadian yang ia alami sebelum nya karena ia telah sadar bahwa bukan sekali ia mengalami hal seperti itu. Ia segera pergi ke dapur untuk mengambil singkong goreng untuk bekal nya nanti dihutan. Kemudian menemui ibu nya untuk pamit, setelah itu ia pergi keluar rumah dan mengemas barang-barang berburu nya. Disana ia menemukan sebuah pisau yang sebelum nya hilang.
'Perasaan ku, tadi pisau ini hilang dan aku mencari nya ke dalam rumah. hmm, mengapa hari ini aku banyak sekali mengalami kejadian aneh? yang membuat aku pusing, mengapa aku tak mengingat secara jelas kejadian aneh ini?' Ujar Batin Rangkas berbicara penuh tanda tanya. Rangkas kemudian segera bersiap-siap untuk pergi berburu ke hutan dan kini ia melangkahkan kaki nya di jalan setapak menuju hutan rimba yang berada di kaki pegunungan itu.
Diperjalanan menuju tempat ia sering menemukan berbagai hewan buruan nya, ia masih merenungkan kejadian hal aneh itu diperjalanan nya. hingga suatu ketika ia kaget bukan main, didepan nya melintas seekor ular cukup besar tapi tak terlalu panjang ukuran badan nya. sontak Rangkas meloncat mundur ke belakang, ia segera mengambil busur panah nya dengan tangan gemetar. Namun, ular berwarna putih keperakan itu sudah lenyap dibalik rumput ilalang yang tumbuh cukup tinggi itu.
"Ular macam apa itu tadi? mengapa warna nya mengkilap sekali seperti besi?" Gumam Rangkas disela rasa kaget nya. Rangkas masih berdiam diri ditempat nya, Ia mengingat-ingat kembali jenis ular apa yang tiba-tiba melintas didepan nya dengan cepat itu. Namun ia justru tak pernah sekalipun melihat jenis ular seperti itu, walaupun ia seringkali menemukan berbagai macam ular dihutan rimba itu sekalipun. Tetapi tak ada sekalipun Jenis ular yang sama dengan apa yang ia lihat barusan itu.
...*...
...* *...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments