Bagian 2.
Alfred yang telah menemukan budak darahnya langsung membawa gadis itu kembali ke istananya menggendongnya dan menghilang. Sedangkan beberapa penjaga yang bersembunyi juga langsung menghilang, mengikuti tuannya yang telah pergi.
Saat sampai di istana, Alfred langsung membawanya ke kamar pribadi, meletakkan nya dengan perlahan.
Beberapa bawahannya yang melihat hanya diam. Namun dalam hati mereka bertanya-tanya siapa gadis cantik yang di bawa oleh tuannya.
"Siapa yang di bawa oleh Raja?" Tanya seorang penjaga yang melihat tuannya menggendong tubuh seorang gadis yang di tutupi oleh pakaian tuannya, dan hanya terlihat rambutnya saja.
"Aku tidak tahu. Mungkin saja itu calon Ratu kita," jawabnya dan di angguki, mungkin saja itu benar bahwa yang di bawa Raja mereka adalah calon Ratu kerajaan Vampir.
Alfred yang telah meletakkan tubuh gadis itu langsung meminta seorang dayang memakaikan pakaian agar gadis itu tidak kedinginan.
"Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?" Tanya seorang pelayan yang memiliki wajah cantik.
"Pakaikan pakaian untuknya," perintahnya dan di angguki pelayan itu.
Pelayan itu menatap gadis yang terpejam diatas ranjang tuannya. Tangan nya terkepal, marah karena cemburu. Namun mengingat disana ada tuannya, pelayan itu akhirnya hanya bisa menuruti perintah raja yang di sukainya.
"Baik, Yang Mulia," jawab nya dan langsung mengambil pakaian seorang pelayan untuk di pakaikan ke tubuh gadis itu.
Setelah mengambil pakaian itu, gadis pelayan langsung memakaikan pakaian pelayan di tubuh gadis cantik yang membuatnya semakin cemburu. Gadis pelayan yang melihat ternyata gadis yang di bawa tuannya adalah seorang gadis yang memiliki paras yang sangat cantik. Bahkan mungkin kecantikan gadis itu tak ada duanya di Dunia Ras, dia semakin terbakar api cemburu, tidak terima jika pria yang yang diinginkan nya di ambil oleh gadis asing yang kini sedang di layaninya.
Alfred yang baru saja berganti pakaian menghampiri mereka. Namun saat matanya melihat pelayan itu dengan berani memberikan pakaian seorang pelayan, Alfred murka. Dia menepis tubuh pelayan itu dengan kekuatannya, "Berani sekali kau memberikan pakaian lusuh seperti itu! Apa kau ingin mati?" Marahnya dengan tatapan tajam.
Gadis pelayan yang melihat kemarahan tuannya langsung bersimpuh memohon ampun. "Ampuni saya Yang Mulia," mohonnya dan mencoba menggapai kaki Alfred.
Alfred yang melihat kelancangan gadis pelayan itu langsung menghindar. "Benar-benar lancang!" ucapnya semakin marah. Sudah tahu dirinya tidak suka disentuh sembarang orang, tapi dengan beraninya gadis pelayan itu ingin menyentuh tubuhnya yang berharga.
Gadis pelayan itu semakin ketakutan melihat tuannya yang semakin murka. Alfred yang tidak senang mengangkat tangannya membuat gadis pelayan itu perlahan bangun dan melayang. Gadis pelayan itu meronta, tubuhnya tercekik tidak bisa bernafas. "A…am..puni sa…saya Yang Mu…lia,"
Alfred yang mendengar tidak menggubris. Dia semakin mengeratkan genggamannya dan membuat gadis pelayan itu langsung meledak menjadi serpihan abu.
Alfred yang melihat kematian gadis lancang itu langsung meminta penjaga kamar untuk memanggil pelayan wanita lainnya, pelayan yang tidak akan tergoda oleh ketampanannya.
Setelah memerintah bawahannya, Alfred duduk di kursi didalam kamar, menyangga kepalanya sambil matanya menatap gadis yang masih memejamkan mata itu. Dan tak lama seorang pelayan wanita baya datang memberi hormat dengan membawa sebuah pakaian wanita yang layak.
"Hormat hamba, Yang Mulia," sapanya dan di angguki, memberi perintah untuk mengganti pakaian lusuh gadis yang di bawanya.
Setelah selesai, wanita baya itu pamit undur diri meninggalkan tuannya bersama dengan seorang gadis asing yang baru di lihatnya.
"Hamba undur diri, Yang Mulia,"
"Pergilah," perintahnya dan pelayan wanita baya itu langsung pergi.
Setelah cukup lama menunggu gadis itu bangun dari pingsannya, gadis itu perlahan membuka matanya. Tangannya menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Dia bangun dan menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang.
"Uh, kepala ku sakit sekali," Gumamnya tidak menyadari jika ada Alfred yang terus memperhatikannya.
"Kau sudah bangung?" Tanyanya dengan suara berat.
Gadis itu terkejut mendengar suara yang tidak asing di pendengaran nya. Dan dengan cepat matanya melihat ke arah suara. Ya, pria itu lagi. "Kenapa kau ada sini?" Tanyanya membuat Alfred tersenyum kecil.
"Memangnya aku harus kemana? Ini kamar ku, sudah sewajarnya aku ada disini, budak darah ku," jawabnya kesal mendengar kata budak darah.
"Siapa yang mau menjadi budak darah mu. Jangan harap aku mau," balasnya dan turun dari ranjang hendak pergi. Dirinya tidak sudi berada di di tempat itu, tempat yang akan menjadi neraka baginya.
Alfred yang melihat berkata, "Mau kemana?"
"Pergi. Dan jangan coba-coba menghalangi ku," jawabnya melangkah menuju pintu, hendak pergi meninggalkan kamar itu.
"Jangan harap bisa pergi begitu saja. Kau sudah menjadi milik ku, maka tidak akan akan ku lepaskan sampai kapan pun,"
Alfred menghilang dari tempatnya dan muncul di belakang gadis itu, menahan tangannya dan setelah itu menarik tubuhnya dalam pelukan.
"Lepaskan aku!" Gadis itu meronta.
"Melepaskan mu, jangan mimpi," jawabnya langsung membopong tubuh gadis itu dalam gendongannya dan membawanya kembali ke ranjang.
Gadis itu terus memberontak, memukul. Namun tetap saja tidak di lepas oleh Alfred. Alfred melempar tubuh itu di atas ranjang besarnya. Dan setelah itu mengukungnya.
Menurutlah, dan jangan buat aku marah," cengkramnya dengan kuat di rahang. "Katakan, siapa nama mu?" Tanya yang tidak mengetahui nama gadis di depannya.
Gadis itu mengernyitkan kening, bingung mau menjawab apa. Dia merasa tempat yang saat ini dia berada berbeda dengan dunianya. Lebih baik dirinya menyamarkan namanya, "Anggeline, nama ku Anggeline," jawab nya dan menepis tangan Alfred. "Sekarang lepaskan aku," pintanya mendorong tubuh Alfred. Namun Alfred sama sekali tidak bergeming. Dia malah mendorong tubuh itu hingga terlentang.
"Anggeline? Nama yang bagus," ucapnya dengan seringai yang membuat bulu kuduk Anggeline berdiri
"Apa yang akan kau lakukan?" Paniknya takut Alfred melakukan hal lebih padanya.
"Tentu saja memenuhi hasrat ku," jawabnya membuat Anggeline melotot. Hasrat? Apa maksudnya? Tidak mungkin pria asing itu ingin mengambil sesuatu yang berharga dari dirinya kan?
"Tidak! Jangan menyentuh ku," ucapnya mencoba melarikan diri. Namun Alfred tidak akan membiarkan. Dia menekan tubuh itu dan langsung menelusupkan wajahnya di leher, menghisap kembali darah yang sudah menjadi candunya.
Argh!
Jerit Anggeline yang merasakan lehernya di gigit dan di hisap darahnya. Anggeline terus mendorong tubuh yang ada di atasnya, namun usahanya sia-sia. Tubuh itu sama sekali tidak bergeming. Dan Alfred benar-benar tidak melepaskannya.
Tubuh Anggeline perlahan lemas karena darah yang di sedotnya terlalu banyak. Selain darahnya yang terkuras, tubuhnya juga lelah karena terus meronta. Dan akhirnya dia pasrah, membiarkan Alfred menghisap darahnya hingga puas.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments