Bab 5

Hari telah berganti. Semua calon siswa telah menunjukkan batang hidungnya di arena tempat ujian. Begitu pun dengan Gerald. Pemuda itu tampak menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dia sedang sibuk mencari Lacy, gadis yang membuatnya penasaran.

Agak susah memang mencari seorang gadis diantara 1.900 orang yang ada, namun pemuda itu yakin dia bisa menemukannya. Gadis itu memiliki warna rambut yang unik. Jarang ada orang yang memiliki warna rambut putih. Pastilah sangat mudah untuk menemukan perbedaan itu.

Tak lama, Gerald melihat seseorang yang ia tunggu datang bersama temannya. Pemuda itu sudah tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Dia merasa senang hingga ingin melompat menghampiri gadis itu.

Ini pertama kalinya Gerald merasakan perasaan ini. Dia hampir saja lepas kendali dan berbuat bodoh.

Mata Gerald tidak pernah lepas dari Lacy. Tanpa sadar, dia menyunggingkan senyum bahagianya pada Lacy yang membuat gadis itu menatapnya aneh.

"Apa kau mengenal orang itu?" bisik teman Lacy. Gadis itu menggeleng dan berjalan menuju tempat duduk yang berada di depan Gerald.

Sebenarnya gadis itu cukup risih untuk duduk disana, tapi apa boleh buat. Hanya dia dan temannya itu yang belum duduk di tempat. Gadis itu terlambat bangun karena terlalu capek.

Semalam sebelum hari ujian, dia berlatih dengan pedangnya. Tak dapat dipungkiri, gadis itu cukup grogi tentang aturan ujian yang baru.

Selama ini, dia hanya mengalahkan orang yang bernasib sama dengannya. Gadis itu tidak pernah bertemu dengan seseorang yang bisa memakai sihir di kotanya.

Kota Ponta memanglah salah satu tempat yang terkenal karena banyak orang yang tidak bisa memakai sihir tinggal disana. Tempatnya yang berada di bagian paling ujung East Mantauna membuatnya menjadi tempat paling aman bagi Nulla (sebutan untuk orang yang tidak punya sihir).

Sekarang, tujuan utama Lacy hanyalah menjadi murid Alphrolone. Dia ingin membuktikan bahwa seorang wizard dan seorang nulla memiliki hak yang sama.

Gadis itu sudah begitu capek dihujat dan dikucilkan karena tidak memiliki sihir. Dia hanya ingin hidup tenang sampai tua. Menikah dan memiliki anak. Itu adalah impiannya sejak kecil.

Tapi sebelum itu, dia masih merasakan tatapan Gerald padanya. Gadis itu merasa terganggu dan menatap balik Gerald. Namun, pemuda itu malah berpura-pura melihat ke arah lain seakan tidak terjadi apa-apa.

Lacy berdecak kesal. Dia ingin sekali meninju wajah pemuda itu sekarang. Namun, dengan bujukan Mao, temannya, dia mencoba untuk tetap tenang sampai ujian di mulai.

"Selamat pagi para calon siswa Alphrolone semuanya!!! Perkenalkan, saya adalah Fred yang akan memandu jalannya ujian ini."

Seorang pria dengan rambut hitam panjang yang diikat menyapa para siswa. Semua orang langsung berteriak gembira ketika orang itu muncul.

Gerald mengernyit heran. Dia tidak terlalu tahu mengapa semua berteriak pada pria itu. Dia ingin sekali bertanya, sayangnya dia tidak sedang bersama Emil maupun Mage yang dengan senang hatinya mau menjelaskan sesuatu padanya.

"Baiklah para calon siswa sekalian. Seperti yang telah diberitahukan kepala sekolah kemarin, ujian kali ini akan dilaksanakan dengan pertarungan satu lawan satu."

"Orang yang dipanggil namanya akan maju ke arena. Jika dipanggil 5 kali tidak ada jawaban, orang itu otomatis akan didiskualifikasi. Ingat, ujian kali ini bukanlah masalah menang dan kalah. Jadi, jika kalian kalah itu tidaklah masalah."

"Karena ujian kali ini digabung, akan ada seorang wizard yang bertarung melawan seorang nulla, namun ada juga kemungkinan sesama wizard atau sesama nulla melawan satu sama lain. Apa pun itu, jika salah satu lawan ada yang terluka parah, pertarungan akan diberhentikan sepihak."

Lacy menenggak ludahnya dengan susah payah setelah mendengar penjelasan Fred. Dia bisa saja berakhir terluka parah jika bertemu seorang wizard yang hebat. Gadis itu mulai merasa tegang.

"Baiklah kuharap kalian menunjukkan semua kemampuan kalian dan memuaskan juri hari ini."

Fred keluar dari arena dan berjalan menuju box komentator. Sepertinya dia mempunyai 2 tugas disini, menjadi MC dan menjadi komentator sekaligus.

"Baiklah, ujian hari akan dimulai sekarang!!!" teriak Fred.

Teriakan gembira dari 1.900 calon murid kembali terdengar. Namun, berbeda dengan Lacy. Gadis itu tidak bisa merasa senang sekarang.

Pertarungan baru saja dimulai. Dia harus lebih hati-hati. Siapapun lawannya nanti, dia akan menunjukkan kekuatannya 100% sebagai seorang nulla. Gadis itu tak berniat menyerah sebelum mencoba, seberat apapun cobaan yang dihadapinya.

"Baiklah. Untuk menentukan jalannya ujian ini, nama peserta akan diundi menggunakan alat ini."

Fred mengeluarkan cahaya berwarna violet yang mengelilingi tubuhnya. Pria itu mengangkat tangannya dan menembakkan cahayanya ke langit. Dari cahaya itu terbentuk dua buah mesin undian berwarna merah yang terlihat seperti mesin kasino.

Kedua mesin itu berputar setelah dua ekor kucing berwarna pink dan hijau menekan tuasnya. Setelah beberapa detik berputar, keluar nama Vandal dan Konny dari mesin unik itu.

"Vandal dan Konny silahkan masuk ke arena ujian," ucap Fred.

Seorang pemuda bertubuh kekar dan seorang pemuda yang bertubuh kurus pergi memasuki arena. Vandal, pemuda yang bertubuh kekar itu melangkahkan kakinya menuju senjata yang sudah disediakan oleh sekolah. Dia memilih sebuah claymore yang terlihat megah. Sedangkan, Konny memilih langsung pergi menaiki arena.

Jika dilihat dari fisik, jelas Konny yang akan kalah. Begitu pun yang dipikirkan oleh Vandal. Pemuda itu menertawakan Konny dan yakin kalau dia akan diterima dengan mudah.

Sinyal bahwa pertandingan dimulai telah dibunyikan. Vandal melompat menyerang Konny dengan senyuman terlukis di wajahnya. Dia sangat yakin serangannya itu akan mengenai tubuh kecil milik Konny.

Namun, belum se-inci pun serangannya terkena tubuh Konny, pemuda itu sudah terjatuh ke lantai. Sekeras apa pun dia mencoba bangkit lagi, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Seakan ada yang menekannya untuk tetap ditanah.

"Oh, apakah Konny akan menang telak dengan sihir gravitasinya?" komen Fred dengan nada riang.

Semua peserta mulai berisik. Kecuali seorang pemuda berambut coklat yang terdiam di bangkunya. Ya, Gerald kaget begitu semua orang berteriak ketika Vandal tersungkur ke tanah. Pemuda itu tidak menyaksikan pertandingan mereka dari awal. Yah~kalian tahu lah fokusnya terpecah kemana.

Gerald mulai melihat ke sekitar, mencari teman-temannya. Saat ini, kalau dia tidak mau kepalanya berasap, dia harus bertanya pada teman-temannya itu.

Dari kejauhan dia dapat melihat rambut pink milik Emil. Pemuda itu bangkit dari duduknya dan pergi menuju Emil. Dia duduk menyempil di samping Emil dan Mage yang duduk bersampingan.

"Darimana aja kamu? Kita nyariin loh dari tadi," ucap Emil.

"Dari atas."

Gerald menunjuk tempat duduknya sebelumnya. Sontak, Emil, Mage, dan Ladon mengalihkan kepala mereka menuju arah tunjukan pemuda itu.

"Terus kenapa turun?" tanya Mage.

"Aku nggak ngerti. Kok, si pria bertubuh kekar itu tersungkur ke tanah?"

Gerald menunjuk Vandal yang masih tersungkur di tanah. Sedangkan, Konny dengan santainya berdiri di depan Vandal yang sudah tak berdaya karena sihir miliknya.

"Itu Konny pakai sihir gravitasi. Salah satu kategori sihir contoller."

Mage dengan senang hati menjelaskan hal paling sederhana kepada Gerald agar pemuda itu tidak bertanya lagi. Dia menjelaskan sejelas-jelasnya.

Disana, sihir terbagi menjadi 6 jenis. Pertama adalah Elemental, jenis sihir adalah sihir yang paling umum. Dari jenis sihir elemental, ada kategori lagi, yaitu air, api, tanah, udara, dan cahaya. Dari kelima sihir itu ada lagi sihir turunan, seperti sihir es.

Kedua adalah jenis sihir Builder. Seperti namanya, penyihir dengan jenis sihir ini membuat sesuatu menggunakan sihirnya. Salah satunya adalah sihir yang digunakan oleh Fred untuk membuat mesin undian. Kategori jenis sihir ini ada senjata, kendaraan, bangunan, dan alat lainnya.

"Ada penyihir yang memiliki kategori senjata juga?" tanya Gerald.

Pemuda itu mengira kategori senjata hanya digunakan oleh seseorang yang tidak memiliki sihir saja.

"Ya, contohnya adalah Ladon. Kategori sihirnya adalah senjata," kata Mage menunjuk Ladon yang duduk disampingnya.

Gerald menganggukkan kepalanya dan menyuruh Mage untuk melanjutkan penjelasannya. Mage berdehem sebelum melanjutkan.

Ketiga adalah jenis sihir Maker. Hampir mirip dengan Builder, jenis sihir ini juga bisa membangun sesuatu, namun menggunakan satu bahan saja. Contohnya rantai, kawat, belukar, benang, dan lainnya. Kategori dari sihir ini tidak ada karena tidak menentu.

Keempat adalah jenis sihir Healer. Jenis sihir ini dilakukan oleh dokter. Seperti namanya, tugasnya adalah menyembuhkan seseorang. Kategorinya juga tidak ada.

Kelima adalah jenis sihir Controller. Jenis sihir ini adalah sihir yang dipakai oleh Konny. Kategorinya adalah pikiran, ruang, tubuh, dan telekinesis. Sedangkan turunannya adalah sihir gravitasi.

Keenam atau jenis sihir terakhir adalah jenis sihir paling kuat, yaitu Ruler. Jenis sihir ini bisa memimpin sebuah ras dengan sihirnya, bahkan dia bisa mengambil kekuatan dari ras yang dia pimpin. Jika seorang penyihir memakai sihir ini, mau tidak mau ras yang dipimpinnya akan menuruti perintahnya.

Mata Gerald terbelalak kaget. Dia baru tahu ada sihir yang begitu kuat.

"Apa dia juga bisa memanggil monster? Seperti men-summon?" tanya Gerald penasaran.

"Aku juga tidak tahu. Aku belum pernah bertemu seseorang dengan jenis sihir ini disekitarku."

Emil dan Ladon mengangguk mengiyakan pernyataan Mage.

Mereka begitu terhanyut dengan penjelasan Mage hingga tak sadar sudah melewatkan 10 pertandingan berturut-turut. Mereka bahkan tidak tahu siapa yang bertarung di arena sekarang.

Para pemuda itu sedang melihat seorang gadis muda dengan rambut pendek coklatnya bertarung menggunakan belukar, sedangkan di seberangnya ada seorang pemuda menggunakan kacamata dengan frame bundarnya sedang bertahan dengan perisai tanahnya.

Dengan frustasinya, gadis itu menembakkan belukarnya tepat ke wajah pemuda diseberangnya. Tentu saja, serangan itu ditangkis dengan mudah oleh perisai tanah milik pemuda itu.

"Oh tidak, serangan milik Mao tidak ada yang berhasil mengenai Loki." komen Fred.

Senyum penuh kemenangan terukir di wajah pemuda bernama Loki itu. Dia berpikir untuk segera menyerang gadis didepannya itu dengan hentakan kaki yang akan menyebabkan tanah pijakan gadis itu mencuat dan menyebabkannya terpental keluar arena.

Namun, tanpa sepengetahuan Loki, Mao telah melilit kedua kakinya saat pemuda itu lengah. Gadis itu segera menarik belukar yang melilit kaki Loki dan melemparkannya hingga menabrak dinding arena.

Semua penonton bersorak-sorai melihat serangan balasan Mao. Begitu juga Fred yang langsung mengucapkan selamat pada gadis itu.

Mesin undian kembali berputar untuk mengundi peserta selanjutnya. Salah satu mesin sudah berhenti dan menampilkan nama Gerald. Pemuda itu langsung melangkahkan kakinya memasuki arena.

Tak lama kemudian mesin yang lainnya telah berhenti berputar. Para peserta mulai berteriak kaget. Gerald, dengan rasa penasarannya menengadahkan kepala berusaha melihat nama lawannya.

Namun, sebelum pemuda itu berhasil membaca nama yang tertera, seorang gadis berjalan memasuki arena. Tentu saja Gerald sangat familiar dengan gadis itu.

Mata tajam dengan bola mata berwarna hazel. Bibir mungil yang tidak tersenyum. Hidung mungil namun mancung. Wajahnya yang mungil nan rupawan. Serta rambutnya yang panjang dan lurus dengan warna putih yang unik.

Gerald terpaku di tempat. Dia hanya bisa menatap gadis di depannya yang sudah menggenggam sebuah pedang di tangannya.

"Kenapa aku harus bertemunya sekarang? Di tempat seperti ini?" keluh Gerald dalam hati.

"Lacy"

Terpopuler

Comments

missmiyu

missmiyu

semangat author lanjutin nulisnya

2023-01-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!