Unleashed Power

Unleashed Power

Bab 1 Prolog

Sirat matanya menunjukkan kekecewaan. Dia merasa sudah dikhianati oleh orang yang dia percaya. Sepatah kata pun tak bisa dia ucapkan. Ingin rasanya dia membantah, namun dirinya sadar bahwa itu hanyalah satu dari sekian fakta yang ada.

"Kukira aku adalah orang yang bahagia karena tidak ada masalah di hidupku,"

Air mata yang telah dia tahan mengalir begitu saja. Dalam sekejap kedua matanya basah. Walaupun sulit berbicara di tengah tangisnya, dia menatap kedua orang dihadapannya dan berkata dengan lirih.

"Namun sepertinya aku salah. Seluruh hidupku ternyata hanya sebuah kebohongan semata."

Tanpa pikir panjang lagi, dia berlari meninggalkan rumah yang sudah dia huni selama 16 tahun lamanya. Itu bukanlah waktu yang sedikit dan jujur saja dia sedikit ragu untuk meninggalkannya.

Banyak kenangan yang terlukis di rumah itu. Semua emosi baik suka maupun duka pernah mewarnai rumah itu. Kata-kata penuh kasih sayang pun pernah terdengar lembut di telinganya.

Dia menghentikan langkahnya. Melihat ke sekitar dan mencari tahu keberadaanya sekarang.

Semua menatapnya dengan tatapan aneh. Jelas saja, melihat seorang pemuda di tengah hujan yang deras, berlarian entah darimana, dan memakai baju yang tipis di musim dingin. Sungguh pemandangan yang tidak wajar bukan?

"Anak muda, apa kau tersesat?"

Seorang pria tua bertanya padanya. Dia hanya bisa berdiam diri, tidak berani menjawab pertanyaan itu.

"Apa kau butuh tempat berteduh?"

Pria tua itu kembali bertanya. Sang pemuda menundukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, saat ini pun dia tidak memiliki tempat tinggal.

"Kalau begitu kau bisa ikut aku. Kebetulan aku punya sebuah kamar kosong. Tentu saja ini tidak gratis. Hohoho~"

Pria tua itu melangkahkan kakinya menuju tempat dia tinggal. Tentu saja dengan dikuti si pemuda. Langkah mereka memang lambat karena kondisi kaki si pria tua, tapi untungnya jaraknya tidak terlalu jauh.

"Ini adalah rumahku, anggap saja rumah sendiri," ucap si pria tua.

Sang pemuda terkagum melihat bangunan di hadapannya. Tidak begitu mewah memang, tapi begitu nyaman dipandang. Kesannya seperti sedang membawamu bertualang di lautan.

Pemuda itu tak habis-habis berdecak kagum melihat interior rumah si pria tua. Semuanya tertata rapi dan tidak ada yang merusak pemandangan. Dalam hati si pemuda, dia berkata, "Aku sungguh beruntung bertemu kakek ini."

"Nah, disini adalah kamarmu."

Si pria tua menunjukkan sebuah kamar pada si pemuda. Dengan senang hati dia membuka pintu, berharap melihat sesuatu yang membuatnya kembali berdecak kagum. Namun, yang dia lihat disana bukan lah hal yang luar biasa, melainkan 5 orang pria bergaun putih layaknya seorang dokter.

"Hey, kau terlambat pria tua."

Ucap salah seorang disana. Dengan senyum ramah yang masih terpatri di wajahnya, si pria tua menyeret masuk sang pemuda.

"Lalu, apakah ini 'wadah' selanjutnya?"

Tubuh sang pemuda bergetar ketakutan. Dia harus kabur dari situ. Benar-benar harus kabur. Namun disaat dia ingin berlari, kepalanya dipukul dengan keras dari belakang.

Saat itu sang pemuda menyesali perbuatannya yang meninggalkan rumah. Dia berpikir, walaupun dia bukanlah anak kandung dari orang tuanya, namun mereka tetaplah keluarganya.

"Konyol"

Ucap seorang pemuda berambut coklat sembari mematikan televisi. Pemuda itu menggaruk-garukkan kepalanya. Dia merasa menyesal telah menonton drama yang begitu tidak masuk akal baginya.

"Hoammm~ngapain lagi ya?"

Pemuda itu melihat sekitarnya. Mencari hal yang bisa membuang kebosanannya.

"Tuan muda Gerald, anda dipanggil oleh nyonya."

Seorang pria tua dengan pakaian khas seorang pelayan masuk memanggil pemuda itu. Gerald berdecak kesal begitu mendengarnya. Dia sangat malas untuk pergi sekarang.

"Bisakah nanti saja, Berner? Aku sedang malas."

Ucapnya sembari berbaring dan memejamkan mata. Namun, dia tak kunjung merasakan tanda-tanda Berner sudah pergi. Gerald kembari membuka matanya. Tentu saja, dia masih bisa melihat si pria tua kepala pelayan di rumahnya itu.

"Ck, baiklah~ kau menang. Aku akan menemui ibu sekarang."

Gerald bangkit dari tidurnya dan melangkahkan kaki menuju tempat ibunya berada. Sesampainya disana, Gerald hanya bisa terdiam membisu sembari mengernyitkan dahinya bingung. Pasalnya, ibunya berkata :

"Sesungguhnya, kau bukan lah anak kandung kami."

"Hah?"

Terpopuler

Comments

「Hikotoki」

「Hikotoki」

ya tidak wajar. seharusnya turun salju karena musim dingin

2023-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!