Dunia sihir. Bagi sebagian orang mungkin itu adalah hal yang fana atau hanya sebatas mitos. Tidak mungkin ada sihir di dunia ini. Namun, pernahkah kalian mendengar tentang Mantauna? Sebuah negri sihir yang indah serta damai.
Disitulah seorang pemuda bernama Gerald Bender tinggal. Pemuda dengan rambut coklat lurusnya itu tinggal di dunia sihir bersama kedua orang tuanya.
Ayahnya, Harmin Bender adalah orang terkemuka di kotanya. Beliau adalah seorang dokter terkemuka yang namanya sudah banyak terpampang di majalah dan koran. Sedangkan, ibunya, Katarine Fruinder adalah anak kedua dari seorang bangsawan di East Mantauna.
Mendengarnya saja kita sudah bisa membayangkan betapa kayanya Gerald. Rumah mewah, puluhan pelayan yang bekerja, serta....
"Kau bukanlah anak kandung kami."
...kenyataan yang pahit.
Jujur saja dia sangat kecewa, sedih, dan juga kesal. Kesal karena hidupnya seperti drama konyol yang baru saja dia tonton. Mood-nya benar-benar hancur sekarang.
Gerald duduk termenung di taman rumahnya. Menatap hijaunya pemandangan yang sudah berjam-jam dia lihat. Dengan ditemani oleh Berner, sang kepala pelayannya yang paling setia dan orang yang paling menyebalkan menurutnya.
"Apakah sudah tahu hal ini, Berner?" tanya Gerald.
Pria tua itu hanya menganggukkan kepalanya dalam diam. Gerald menghela nafasnya panjang. Tentu saja karena sudah malas berfikir. Asal kalian tahu, Gerald sangat tidak suka memikirkan hal-hal yang rumit. Dia sangat suka hal yang sederhana.
"Apakah aku jatuh miskin sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.
Sungguh....pemikiran yang sempit. Bisakah kau emosional sedikit? Kau baru saja tahu kalau orangtua yang merawatmu selama bertahun-tahun bukanlah orangtua kandungmu.
"Lalu aku harus apa? Lari dari rumah sambil meneteskan air mata? Itu merepotkan. Aku cuma mau hidup enak."
"Tuan muda? Apakah anda sudah kehilangan akal?" tanya Berner.
Gerald menatapnya jengah. Dia kembali menghela nafas panjang. Pemuda itu benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Apakah dia harus keluar dari rumah dan menjadi gelandangan atau tetap tinggal di rumah megah itu dengan memikul fakta yang ada.
Kepalanya seperti mau meledak sekarang. Dia mulai berpikir, apa tujuan dari orangtuanya memberi fakta itu sekarang? Apa karena mereka menunggu Gerald cukup umur? Atau jangan-jangan....
"Mereka ingin mengusirku dari rumah?" Gerald menangkupkan wajahnya. Dia terlihat seperti lukisan milik Munch yang berjudul 'Scream'.
"Baguslah kalau sudah tahu."
Gerald menolehkan kepalanya dan mendapati ayahnya sedang tersenyum bahagia. Pemuda itu sungguh membenci senyumannya. Pria itu seperti sedang tertawa diatas penderitaannya.
"Haha- Aku baru tahu kalau kau adalah orang yang sangat jujur," ucap Gerald.
"Aku memang selalu jujur," balas Harmin.
"Tidak dengan diriku."
Harmin tertawa pelan mendengarnya. Yah~itu bukan sepenuhnya salah dirinya. Dia hanya mengikuti perintah istrinya.
"Jadi, apakah aku sudah jadi gelandangan sekarang?" tanya Gerald.
Harmin menggelengkan kepalanya. Pria itu memberikan sebuah amplop yang dia ambil dari kantong sihir miliknya.
"Apa ini? Apa aku diberi rumah?"
Gerald membuka amplop itu dengan semangat, mengira itu adalah surat kepemilikan rumah. Namun, sayangnya kenyataan tidak seindah drama. Isi dari amplop coklat itu adalah formulir pendaftaran sekolah sihir.
Gerald menatap surat itu dengan kecewa. Perlahan dia tolehkan kepalanya dan melihat ayahnya sedang tersenyum bahagia.
"Ya, aku memberimu tempat tinggal. Kalau kau masuk disana, kau bisa tinggal di asrama mereka."
Harmin menepuk pundak pemuda itu pelan dan berdiri dari duduknya untuk meninggalkan Gerald. Kembali, Gerald menghela nafasnya panjang. Dia benar-benar sudah seperti pecundang.
"Oh, kau masih bisa pakai nama keluargaku jika ingin mendaftar," ucap Harmin sebelum benar-benar meninggalkan Gerald.
"Dan kau dipanggil oleh ibumu."
Kali ini Harmin benar-benar meninggalkan Gerald yang masih termenung. Selama 16 tahun ini dia tidak pernah bersekolah di sekolah umum. Pemuda itu hanya belajar di rumah, seperti anak orang kaya lainnya.
Gerald kembali melihat formulir itu. Yah~tidak ada salahnya mencoba. Lagipula dia sekarang hanyalah seorang gelandangan dengan title keluarga terhormat.
Gerald mengisi formulir itu dengan seksama. Menulis nama, tanggal lahir, jenis kelamin, jenis sihir.....
"Jenis sihir? Apa itu?"
"Jenis sihir adalah bentuk sihir anda tuan muda," jawab Berner.
"Lalu apa jenis sihirmu?" tanya Gerald
Berner menjawab pertanyaan tuan mudanya dengan memperlihatkan pusaran air yang mengambang di telapak tangannya.
"Jenis sihirku adalah elemental, tuan"
"Apa ada contoh jenis sihir yang lain?" tanya Gerald lagi.
Pemuda itu baru kali ini mendengar ada jenis sihir. Dia tidak pernah belajar secara mendalam tentang sihir di rumah. Dia hanya mempelajari tata krama dan itu membuatnya bosan.
"Ada jenis sihir elemental, controller, builder dan masih banyak lagi" jawab Berner dengan senang hati.
"Controller? Apa itu? Apakah jenis sihir mereka bisa mengendalikan pikiran atau semacamnya?"
Berner menganggukkan kepala menjawab pertanyaan tuan mudanya. Gerald berdecak kagum. Dia baru tahu kalau sihir itu punya banyak jenisnya.
"Lalu, jenis sihirku apa?"
Gerald bertanya-tanya pada dirinya. Dia tidak pernah mencoba sihirnya, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Ibunya tidak mengizinkannya untuk menggunakan sihir di lingkungan rumah. Dia pun tidak tahu kenapa.
"Hah~aku tanya saja ke ibu."
Gerald bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki rumah untuk mencari ibunya.
...****************...
Ah~cuaca yang cerah, hari yang tepat untuk bersantai. Katarine menyeruput teh hangat miliknya. Dia sangat bahagia. Karena apa? Karena sebentar lagi Gerald akan keluar dari rumah.
"Mwahahahaha~"
Tawa puas Katarine menggema di satu ruangan. Sepertinya dia benar-benar senang anak semata wayangnya itu akan meninggalkan kediamannya yang nyaman.
Sudah bertahun-tahun lamanya Katarine menyuruh Gerald untuk bersekolah di sekolah umum. Namun, apa kata pemuda itu?
"Tidak usah, aku sudah nyaman disini." kata pemuda berambut coklat itu saat dia berumur 13 tahun.
Bahkan, Katerine sempat berpikir untuk pindah ke kota bersama keluarganya dan meninggalkan rumah mewah nan megahnya itu. Tapi apa? Gerald membatalkan semua kontrak properti miliknya dengan berpura-pura menjadi dirinya dan menelepon agen properti. Sialnya, agen properti menyetujui pembatalan itu tanpa ada pengembalian biaya.
Jika mengingat semua hal itu, kepala Katarine seperti mau pecah. Dia sudah tidak sanggup merawat anak itu lagi. Walaupun dia sangat menyayangi anak semata wayangnya, tapi ini sudah saatnya pemuda itu hidup mandiri. Diawali dengan menjatuhkan bom fakta tentang asal-usul kelahirannya.
BRAKKK~
Pintu ruangan terbanting dengan sangat keras. Siapa pelakunya? Siapa lagi kalau bukan Gerald. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa membanting pintu di ruang bersantai milik Katarine.
"Ibu, kata ayah kau memanggilku. Kebetulan juga ada yang mau kutanyakan," ucap Gerald.
Katarine sudah terbiasa dengan hal ini. Wanita itu masih dengan santai menyeruput teh miliknya. Mengingat kalau pemuda di depannya sebentar lagi akan keluar dari rumah dan tidak akan ada lagi dobrakan pintu, membuat Katarine kembali tersenyum gembira. Sungguh momen yang sangat dinanti. Memikirkannya saja sudah membuatnya senang.
"Apa yang ingin kau tanyakan wahai anakku?'
Gerald mengernyitkan dahinya bingung. Baru kali ini dia mendengar ibunya berbicara seperti itu. Biasanya, dia hanya mengoceh seharian dengan nada yang tinggi. Namun, pemuda itu tak ambil pusing dan menyerahkan formulir pendaftarannya dihadapan ibunya.
"Apa jenis sihir ku?" tanya Gerald langsung pada intinya.
"Hmmm~jenis sihir ya? Aku juga tidak tahu karena kau tidak pernah memperlihatkannya. Apa kau bisa mengendalikan api, air, udara, tanah, atau cahaya?" tanya Katarine.
Gerald menggeleng.
"Apa kau bisa mengendalikan pikiran, ruang, tubuh orang lain, atau benda-benda disekitar?"
Gerald kembali menggeleng.
"Apa kau bisa membuat senjata, kendaraan, atau bangunan dengan sihir?"
Gerald terdiam sejenak dan menggeleng setelahnya.
"Apa kau bisa memunculkan sesuatu dari tanganmu?"
Gerald mengangguk senang, namun segera menggelengkan kepalanya lagi. Katarine mengernyit dan bertanya, "Maksudmu?"
"Sepertinya dulu waktu kecil aku bisa memunculkan benang, tapi aku lupa seperti apa," ucap Gerald tegas.
Katarine menghela nafasnya panjang. Dengan segera dia berkata pada anaknya untuk menulis maker untuk jenis sihirnya sementara. Bagaimanapun dia mendaftar dengan nama Bender dan keluarga itu semuanya pemilik jenis sihir maker.
"Selanjutnya giliranku kan?"
Gerald mengangguk mengiyakan, namun dia masih sibuk mengisi formulir pendaftarannya.
"Ini tentang orangtua kandungmu,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments