The Adventures Of The Invulnerable Chemist
Pagi itu, Lucas Leonard, tengah berjalan menuju gerbang kampusnya, dengan tergesa-gesa. Ia melirik kekiri dan kekanan, seperti sedang mengawasi sesuatu, yang akan mengancam keberadaannya.
Lucas adalah mahasiswa fakultas teknik kimia semester empat, disalah satu universitas ternama di kota Berlin, Jerman. Penampilannya identik dengan seorang kutubuku, lengkap dengan rambut hitam bergelombang, serta mengenakan kacamata, yang ukurannya lensanya melebihi ukuran matanya.
Jaket hitam dengan Hoodie besar yang mampu menyembunyikan kepalanya itu, menjadi pakaian sehari-hari Lucas selama dikampus. Atas penampilan tertutupnya itulah, dirinya selalu menjadi korban perundungan mahasiswa-mahasiswa berandalan.
"Ciihh!! Kenapa ruangan itu jauh sekali letaknya!" Lucas mendecih seraya bergumam, selagi kakinya melangkah dengan tergesa-gesa, menuju ruang laboratorium klub kimia.
"Haha! Itu dia!" Salah seorang mahasiswa melihat Lucas dari balik tembok lorong kampus.
"Ayo kejar!" seru salah seorang mahasiswa lainnya, yang tergabung dalam kumpulan mahasiswa-mahasiswa berandalan. Mereka selalu berbuat onar dilingkungan kampus, dan Lucas, menjadi target istimewa mereka.
Lucas seketika menoleh kearah belakang, dan mendapati sekumpulan berandalan itu mengikutinya dari belakang. "Mereka tidak ada puas-puasnya menindas orang lemah sepertiku!" keluh Lucas, sambil mempercepat langkah kakinya, melewati ruangan multimedia.
Namun, salah seorang mahasiswi berambut pirang mencegat Lucas dari depan. "Berhenti kau! Serahkan uangmu padaku! Maka aku akan mengurus mereka!" Gadis itu selalu saja memeras Lucas, dengan berdalih akan menolongnya dari kejaran para mahasiswa berandalan.
"Berapa?!" tanya Lucas yang semakin ketar-ketir.
"100 euro!"
"Haaaaa?!!" Lucas sempat terkejut, namun tangannya tetap merogoh saku celananya. Uang 100 euro itu pun dengan rela Lucas berikan kepada gadis pemalak berambut pirang itu.
Setelah mendapati para mahasiswa berandalan semakin mendekatinya, Lucas menyalip tubuh gadis itu dan berniat melarikan diri secepatnya.
Namun, gadis pemalak itu sontak menggenggam jaket belakang Lucas, lalu menyeretnya ke suatu tempat yang sepi, yang membuat Lucas terpaksa berjalan dengan mundur. "Lepaskan! Kau ingin membawaku kemana?!" protes Lucas.
Mahasiswi pemalak itu kemudian mendorong tubuh Lucas, hingga membentur tembok. "Tambah lagi 200 euro! Maka kau akan ku lepaskan!" ancam sang gadis berambut pirang tersebut, sambil menghadapkan telapak tangannya keatas, dan menjulurkannya ke arah Lucas.
"Haaaaa?!! Aku hanya punya 100 euro! Dan itupun telah kau rebut dariku!" protes Lucas yang terduduk seraya bersandar pada tembok, dengan tubuh yang bergetar panik.
Mendengar protes dari Lucas, gadis itu menjadi berang. Ia sontak melayangkan kakinya menuju wajah Lucas, lalu menginjak-injaknya berulang kali.
(Bugh! Bugh! Bugh!)
"Jangan membuatku kesal! Kau bahkan tidak layak berada dikampus ini, dasar culun!" caci gadis tersebut, setelah menghantamkan sepatunya ke wajah Lucas, dan membuat lensa kacamatanya pecah, bahkan bingkai tengahnya pun patah.
Para mahasiswa berandalan pun muncul dan bergabung dengan gadis pemalak itu. "Rose! Berani sekali kau mengambil mangsa kami!" ucap salah seorang mahasiswa berandalan.
"Ha! Aku tidak ada urusan dengan kalian! Bertindaklah sesuka kalian pada si culun ini!" Rose pun berlalu meninggalkan Lucas, yang telah memar wajahnya.
Para mahasiswa berandalan itu pun tak terima dengan perlakuan Rose. Mereka melampiaskan kekesalan pada gadis itu, dengan menyakiti Lucas, secara bergiliran.
(Bugh! Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!)
"Cukup! Dia sudah tak sadarkan diri!" ucap salah seorang mahasiswa berandalan, seraya meraih tas Lucas secara paksa, lalu merogoh isinya.
"Apa yang ada didalamnya? Apakah ada benda-benda berharga?!" tanya salah seorang mahasiswa berandalan lainnya.
"Bingo! Dompet ini sungguh tebal!" kata salah seorang mahasiswa berandalan yang meraih dompet dari dalam tas Lucas.
"Biar ku cek isinya," Salah seorang mahasiswa biadab lainnya pun meraih dompet itu, dari tangan teman yang telah mengeluarkanya. Ia lalu membuka dompet milik Lucas, dan mengambil banyak uang hasil jeri payahnya.
"Kita akan pesta malam ini!" ucap salah seorang mahasiswa berandalan seraya memasukan uang milik Lucas, kedalam saku celananya. Ia pun melempar dompet yang telah kosong itu, kewajah Lucas yang tengah pingsan.
"Ayo cepat! Kita harus pergi dari sini!" seru salah seorang berandalan lainnya.
Mereka kemudian meninggalkan Lucas, yang sudah tidak berdaya.
...*** Beberapa Saat Kemudian ****...
Setelah pingsan selama hampir satu jam, Lucas pun terbangun. "Awww ... wajahku p-perih!" lirihnya seraya memicingkan mata, sambil menyentuh keningnya dengan sebelah telapak tangan.
Darah dihidungnya telah berhenti mengalir, hingga membekas. Matanya lebam, pipinya membiru, beruntung nyawanya masih bernaung didalam raga.
Rasa nyeri masih bertamu di hampir seluruh tubuh Lucas. Dadanya masih terasa sesak, karena menjadi bulan-bulanan para mahasiswa beradab. "K-kenapa ... kenapa aku harus ... me-merasakan penderitaan s-s-seperti ini ...." Lucas benar-benar tidak berdaya.
"Lucas?! Kau kah itu?!" ucap salah seorang mahasiswa, teman satu fakultas Lucas. Ia segera menghampiri Lucas, setelah melihat temannya itu, terkapar di atas lantai. "Lucas! Kau kenapa?!" Demi menyelamatkan nyawa Lucas, sang teman memapah tubuhnya dan membawanya menuju klinik kampus.
Lucas terbaring lemah diatas ranjang klinik, setelah mendapatkan perawatan yang intensif dari dokter kampus. Sang dokter kemudian pergi meninggalkan Lucas, dan berniat mencari tahu, apa yang telah menyebabkan mahasiswa itu menjadi babak belur.
Matanya pun sontak membuka dengan lebar. Lucas membangkitkan tubuhnya, dan berjalan menuju pintu klinik dengan terhuyung-huyung. "Aku harus membuatnya ... aku harus membuatnya! Semua demi diriku!!!" sorak Lucas seraya berlari menuju ruang laboratorium.
Menjelang malam yang gelap, dan tidak ada satupun mahasiswa yang masih singgah digedung kampus. Hanya Lucas, yang seketika jatuh dan bangkit, lalu jatuh dan bangkit lagi.
Rasa sakit itu semakin memaksa Lucas untuk tetap beristirahat. Namun, tekadnya telah membulat dan memaksa tubuhnya untuk terus bangkit dan berjalan dengan terhuyung-huyung, menuju pintu ruang laboratorium, yang sudah berada tepat didepan mata.
"Aku harus membuatnya ... bagaimanapun caranya, aku harus membuatnya," Hanya kata-kata itulah yang dapat terlontarkan, dari mulutnya yang masih membengkak biru.
Lucas kemudian membuka pintu lab, dan menutupnya kembali. Ia lalu berjalan menuju meja penelitian, yang terdapat banyak tabung-tabung kimia kosong. "Aku harus membuatnya ... membuatnya ... membuatnya ...."
Perkataannya selalu berulang-ulang.
Ia membuka sebuah koper besar, yang terletak diatas meja tersebut. Terdapat banyak kotak-kotak cairan, yang akan menjadi bahan racikannya.
Tak lupa dengan sebuah buku yang telah dikeluarkannya dari dalam tas. "Aku harus membuatnya ... aku harus membuatnya ...." Lucas kemudian membuka buku tersebut.
Tangannya tak pernah berhenti menggeser lembar-lembar halaman dari buku itu. "Aku harus membuatnya ... aku harus membuatnya ...." Sampai akhirnya tangannya itu berhenti melakukan pergerakan, tepat pada sebuah halaman yang dituju Lucas.
Lucas membaca seluruh isi dalam halaman itu. Bola matanya selalu bergeser dari kiri kanan, seiring dengan pemahaman-pemahaman yang mulai masuk dalam otaknya.
"Cukup!" ucapnya seraya menutup buku tersebut. Perhatiannya kembali tertuju pada sebuah koper yang telah terbuka lebar.
Lucas meraih salah satu kotak cairan kimia berwarna kuning, dan memasukkannya kedalam tabung. "Aku harus membuatnya, agar bisa terbebas dari para bajingan itu!" Ia benar-benar sangat serius, saat memasukkan sebuah cairan berwarna merah, kedalam tabung.
Selepas memasukkan cairan kuning dan merah, Lucas menggoyang-goyangkan tabung tersebut, hingga dua cairan itu menyatu. "Aku harus membuatnya ... agar tidak lagi merasakan sakit seperti ini!" ucap Lucas sambil menatap tajam ke arah tabung yang berada dalam genggamannya itu.
Lucas kemudian membawa tabung itu, menuju meja yang terletak disudut ruangan. Ia lalu meletakkan tabungnya keatas sebuah lingkaran besi penyangga, dengan api yang telah menyala dibawahnya.
Demi mencapai tahap akhir, Lucas menaruh perhatiannya pada sebuah laci yang terletak dibawah meja. Tanpa basa-basi, ia membuka laci tersebut, dan meraih sebuah kapsul berwarna hitam, lalu memasukkannya kedalam tabung yang telah dihangatkan.
Seketika muncul sebuah asap hitam yang keluar dari tabung, setelah Lucas memasukan kapsul tersebut kedalamnya. "Ini belum sempurna! Aku harus tambahkan lagi!" ucapnya sambil kembali mengambil seluruh kapsul, yang berada didalam laci.
Terdapat dua puluh kapsul, yang telah dimasukannya kedalam tabung yang telah mencapa suhu tertinggi itu. Seluruh ruangan laboratorium, menjadi gelap karena tertutup oleh kumpalan asap hitam, yang keluar dari tabung tersebut.
Setelah semua dirasa cukup, Lucas beranjak menuju meja lab yang terletak disudut tengah ruangan. Ia lalu meraih sebuah suntikan injeksi, dengan jarum besar yang berlubang diujung corongnya.
"Hahaha! Semua penderitaanku, akan berakhir sampai disini! Mau berapa kali mereka menyiksaku, aku akan tetap hidup tanpa merasakan sakit lagi!" kata Lucas, sambil mencolokkan sebuah selang kecil, pada ujung suntikan yang telah berada dalam genggamannya.
Ia beranjak menuju meja sudut ruangan, dan menyedot habis seluruh cairan kimia yang telah terekstrasi, dalam tabung itu. Setelah memastikan kapasitas tabung suntikannya terisi penuh, Lucas menarik selang tersebut.
Hujan badai seketika datang menerjang gedung kampus, dengan banyaknya suara gemuruh petir yang menyambar area sekitarnya.
Lucas kemudian membuka jaketnya, dan menanggalkan bajunya, hingga seluruh badannya tersingkap lebar. "Wahai Tuhan, wahai para profesor-profesor yang kuhormati, terimalah penemuanku yang paling mutakhir ini!!! Seluruh dunia tidak akan lagi mengenal yang namanya rasa sakit ditubuh! Akulah dewa kekebalan! Akulaaaah!!! Dewa kekebalaaan!!!'
(Ncep!!)
Dengan penuh rasa emosi yang membara, Lucas menyuntikan cairan kimia yang masih panas itu, ke dalam bahu kirinya. "Aaaaaaaaaaa!!!" erangnya dengan mata merah yang melotot lebar.
Jarum besar itu, cukup memberikan rasa sakit yang amat luar biasa bagi tubuh Lucas, seiring dengan banyaknya darah yang mengucur dari bahunya. "Iiinii belum seberapaaaa!!!" soraknya dengan wajah yang menghadap ke langit-langit ruangan.
Setelah melepaskan suntikan itu dari bahunya, Lucas lalu melemparnya ke arah lain. Ia terdiam sejenak dengan nafas yang menggebu-gebu dalam dadanya, guna membiarkan cairan itu bereaksi dalam tubuhnya.
Otot-ototnya seketika bergetar, urat-urat seluruh tubuhnya menebal keras, namun Lucas tetap bisa mengontrol pikirannya. Demi memastikan cairan itu telah bereaksi dalam tubuhnya, Lucas meraih sebuah pisau yang tergeletak diatas meja lab.
(Slurb! Slurb! Slurb! Slurb!)
Darah berceceran dimana-mana, karena Lucas melakukan percobaan pertama dengan menusuk-nusuk perutnya menggunakan pisau yang sangat tajam tersebut. "Hahaha! Lihat! Lihat ini!!! Lihaaaat!!! Aku tidak merasakan sakit sedikitpun!!!" soraknya dengan penuh keangkuhan.
Namun, penglihatannya seketika memudar, detak jantungnya semakin melemah, dan darah pun semakin mengucur deras dari perutnya. Lucas akhirnya jatuh tersungkur, karena kehilangan banyak darah.
Ia mencoba untuk menahan keseimbangan tubuhnya dan mengembalikan tingkat kesadarannya. Namun, setiap kali Lucas berusaha bangkit, ia jatuh, jatuh, jatuh, dan tetap terjatuh.
Tangan dan kakinya pun sulit digerakkan, seiring dengan mati rasa dan mengalami kesemutan yang amat luar biasa hebat. Otot-ototnya menjadi kejang-kejang, seperti seakan ingin meledak.
Sebelum menutup matanya, jantung Lucas sontak berhenti berdetak, membuatnya kehilangan seluruh kesadaran, dan tewas dengan mata yang tetap membuka, serta perut yang bersimbah darah.
~To be continued~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 4 Episodes
Comments
🇸🇴🇻🇳 Nori 😂⃤ Fai 🇵🇼🇯🇵
bagusan Cih... apa Tsk ᥬ 😂᭄
2023-01-04
1
~Rui_Algard~
Terisekai dengan cara yang unik
2023-01-01
1
Heavenly Demon
Bagus sih, tapi ada beberapa yang agak kurang srek gitu.
Lanjutin updatenya thorrr....
2022-12-31
2