Chapter 3. Dunia Baru! [Nadya Scandivall, Si Gadis Penyihir Yang Luar biasa!]

Naga merah benar-benar mengamuk tanpa memperhatikan lingkungan disekitarnya. Hal itu membuat Nadya dan Marvin segera mendekat dan mengawasinya dari kejauhan, agar mengetahui seperti apa kekuatan dan energi sihir yang dikeluarkan oleh sang naga.

"Analyze!" Nadya mengeluarkan sihir penganalisis, yang membuat pupil mata biru-nya berubah menjadi warna merah, dengan pandangan yang menatap tajam dan terpusat menuju naga merah tersebut.

[****Starting To Analyze****]

[****Catastrophic Red Dragon****]

[****Current Status****]

[****Power: 1.000.0000****]

[****Health: 10.000****]

[****Mana: 1.000****]

[****Element: Fire****]

[****Skill: Flame burst, Shipping Tail, Golden Back Shield, Bursts Of Catastrophic Flames(Locked, Not Yet Reached The Required Level Of Tantrums****)]

[****Information: The fire element doesn't feel hot, but it can melt anything that gets hit by its bursts****]

[****Analyzing Completed****]

Setelah selesai menganalisa dengan sihirnya, Nadya mengubah kembali warna pupil matanya menjadi biru, berdasarkan warna pupil mata leluhurnya.

"Marvin! Hati-hati dengan semburan apinya. Api itu tidaklah panas, tapi mampu melelehkan benda-benda disekitanya," ucap Nadya, yang tengah terbang melayang tak jauh dari gerbang kota Ellensworth. Ia menatap ke arah sang naga merah, yang tengah mengamuk seraya menyemburkan api dari kejauhan.

"Ya! Kita harus sebisa mungkin menghindar dari semburan api itu," sambung Marvin yang turut terbang melayang di samping Nadya.

"Sebelum naga itu meluluhlantakkan kota, kita harus mencegahnya!" seru Nadya yang sontak melesatkan tubuhnya secepat kilat menuju sang naga merah, dengan Marvin yang turut melesatkan tubuhnya mengikuti arah terbang gadis tersebut.

Jarak antara naga merah dengan gerbang kota, sekitar delapan kilometer. Sedangkan Nadya dan Marvin terbang melesat dengan kecepatan 300 kilometer per jam, yang membuat mereka tiba di hadapan sang naga, hanya dalam waktu 1,6 menit saja.

Melihat kedatangan dua murid akademi sihir itu, membuat sang naga sontak mendongakkan kepalanya kearah atas seraya meraung penuh murka.

"WOOOOOAAAARRGGHH!!!" Raungan yang amat dahsyat itu, mampu menggetarkan tanah yang berada di area sekitarnya.

Dengan kepala yang masih mendongak ke arah atas, sang naga sontak menyemburkan apinya, dan mengarahkannya ke arah Nadya dan Marvin, yang membuat mereka sontak menghindar dari serangan api tersebut.

"Nadyaa! Kau tidak apa-apa?!" tanya Marvin dengan wajah cemas, sambil menoleh ke arah Nadya.

"Aku tidak apa-apa! Berhati-hatilah, Marvin!" jawab Nadya dengan bersorak ke arah Marvin.

Mereka berdua memang tak dapat dipisahkan, karena selalu bekerjasama dalam situasi apapun.

Nadya lalu menghampiri Marvin, yang membuat sang naga dengan segera mengibaskan ekornya, demi memanfaatkan kelengahan gadis penyihir tersebut.

"Nadyaaa!! Awaaas!!" sorak Marvin, saat melihat sang naga merah melayangkan ekor besarnya ke arah Nadya.

(Zwoooof ....)

Marvin dengan segera melontarkan tubuhnya menuju Nadya, dengan sihir pelontar udara yang saling bersinergi di kedua kakinya.

"SHIELD!!!"

Ia lalu mengeluarkan sihir perisainya, yang memunculkan sebuah bayangan berbentuk tameng.

(Ctakk!!!)

Sihir perisainya mampu membelokkan arah hempasan ekor sang naga. Namun, benturan dari ekor tersebut, membuat Marvin terpental ke arah bawah.

"Marviiiinn!!!" sorak Nadya, setelah dirinya berhasil diselamatkan oleh Marvin.

Beruntung Marvin sigap menahan keseimbangan tubuhnya saat terjatuh, dengan mendaratkan telapak tangannya dan menggunakan kuku jari-jarinya untuk mencakar tanah, guna menghentikan hempasan laju tubuhnya.

Nadya lalu terbang melayang menghampiri Marvin.

"Marvin! Kau tidak apa-apa?!" tanya Nadya seraya bertekuk lutut dihadapan Marvin, yang tengah memandang tajam ke arah naga merah.

"Ya! Kekuatannya ... benar-benar luar biasa," jawab Marvin, dengan nafas yang menggebu-gebu dalam dadanya.

Setelah serangan ekornya berhasil dipatahkan oleh Marvin, sang naga seketika mengamuk dan kembali mendongakkan kepalanya, seraya meraung-raung.

"WOOOAAAAARRGGGHHHHH!!!" raung sang naga, hingga membuat langit menjadi gelap, lalu mengeluarkan petir-petir yang saling menyambar satu sama lain.

Meski begitu, Nadya tak sedikitpun gentar dengan amukan naga tersebut. Ia kemudian menegakkan tubuhnya, lalu memunculkan sebuah pedang dengan dua garis merah yang membentang lurus dari ujung ke ujung bilah pedangnya. Pedang itu melayang dihadapan sang gadis penyihir, dari keluarga penyihir agung Scandivall tersebut.

Nadia meraih gagang pedangnya, yang membuat dua garis merah di pedang itu bersinar terang, seakan seperti telah menyatu dengan tuannya.

"Marvin! Apa kau bisa mengalihkan perhatiannya?!" tanya Nadya, yang telah menggenggam pedang sucinya dengan sebelah tangan, sambil menatap tajam ke arah naga tersebut.

Melihat Nadya memunculkan pedang sucinya, membuat Marvin menjadi terpukau. Ia pun segera bangkit dan berdiri tepat disamping Nadya. "Kalau soal mengalihkan perhatian, serahkan padaku!" jawab Marvin, seraya menyeringai ke arah sang naga merah.

Marvin kembali melayang dan terbang menuju sang naga. Ia lalu terbang berputar-putar mengelilingi tubuh naga tersebut, sambil memberikan serentetan serangan sihirnya.

"Sharp Ice! Sharp Ice! Sharp Ice!"

(Dusk ... Dusk ... Dusk ... Dusk ...)

Sihir yang membentuk pecahan es yang sangat tajam itu, melesat dengan cepat dan menabrak sisik keras tubuh sang naga. Namun, beberapa serangan sihir es Marvin, seketika terserap oleh punggung emas naga merah, dan kembali keluar menyerang Marvin, seperti senjata makan tuannya.

Marvin pun terkejut dan berusaha menghindar dari serangan es miliknya. "Mustahil! Dia mampu menyerap sihirku dan mengeluarkannya kembali," pikir Marvin, seraya menoleh kearah belakang, dan mendapati beberapa pecahan es itu, tengah mengikuti dirinya.

Sementara, Nadya masih berdiri ditempatnya sambil mengacungkan pedang sucinya ke arah atas. "Leluhurku, Ernest Scandivall, mewariskan pedang ini secara turun temurun. Maka inilah saatnya bagiku menggunakannya, untuk menghancurkan segala sesuatu yang dapat merusak kedamaian kerajaan Scandivall dan kerajaan-kerajaan disekitanya," batin Nadya.

"Dengan menjunjung tinggi keadilan, serta menjaga perdamaian antara kerajaan-kerajaan yang berada dalam naungan tujuh leluhur penyihir agung! Aku! Nadya Scandivall! Akan melenyapkanmu untuk selama-lamanya!" sorak Nadya, dari atas bukit tempat terjatuhnya Marvin.

Pedang sucinya sontak mengeluarkan pantulan sinar cahaya putih bercampur biru, yang mengarah menuju langit tempatnya bernaung.

Namun, belum sempat Nadya beranjak dari tempatnya, Zevan dan beberapa temannya seketika muncul dari belakang, seraya mengeluarkan sihir kerikilnya ke arah Nadya, yang membuat batu-batu kerikil itu tepat mengenai punggung dan kepalanya.

"Hahaaaa!!! Apa yang sedang kau lakukan, wahai gadis penyihir lemah!" caci Zevan yang bermaksud menyinggung perasaan Nadya.

Marvin yang telah berhasil menghalau serangannya sihirnya sendiri, sontak menatap ke arah Nadya. Ia pun terkejut saat melihat kedatangan Zevan yang tengah mengintervensi dan menggangu persiapan Nadya, dalam memberikan serangan pedang sucinya menuju sang naga.

"Zeeeevaaaaannn!!!" Marvin menjadi murka. Seluruh tubuhnya seketika mengeluarkan aura cahaya berwarna putih, dengan raut wajah yang sangat-sangat marah.

Demi menyingkirkan Zevan dari hadapan Nadya, Marvin sontak melesatkan tubuhnya secepat kilat, menuju ke arah penerus dari keluarga penyihir agung Aggragiar tersebut.

Namun, Ashley Vraidlex dan William Allabamuth, dua sahabat yang telah datang bersama Zevan pun turut melesatkan tubuh mereka ke arah Marvin. "Kau ingin melawan kami?!" ucap Ashley, yang sedikit lebih maju dari William.

"Hah!! Tidak ada sejarahnya adik kelas menang melawan kakak kelas!!" sorak William yang tengah terbang seraya melesatkan tubuhnya dibelakang Ashley.

Sebelum mereka saling bentrok, sang naga merah sontak menyemburkan apinya, yang membuat Ashley tak sempat menghindar, hingga sebelah tangan kanannya pun terkena dan terbakar.

William yang berdiri dibelakangnya sempat menghindar, dan Marvin pun turut menghindar karena jaraknya tak terlalu dekat dengan semburan api sang naga.

"Tidaaakk!! T-t-tanganku, tangangkuuu!!!" teriak Ashley, sang gadis penyihir yang merupakan penerus dari keluarga penyihir agung Vraidlex. Tangan kirinya seketika terputus dan terjatuh, lalu lenyap dilahap api sang naga.

Sang naga belum puas dengan semburannya. Melihat Ashley meronta-ronta, ia pun kembali mengeluarkan semburan yang amat dahsyat.

(Zwwoooorfffhhh!!!")

"Ashleey!" William dengan segera menghampiri Ashley, lalu memeluk tubuhnya dari belakang, dan menarik tubuhnya menghindar secepat kilat dari semburan api tersebut. "Bodoh! Apa kau ingin mati?!" tegur William yang merasa terheran dengan sikap Ashley.

Marvin berhasil menyingkir dari jangkauan semburan api sang naga. Ia lalu menatap tajam ke arah naga merah, sambil mengeluarkan sebuah sihir seperti panah yang terbentuk dari es, dan muncul dari kepalan tangannya.

Merasa kesal dengan naga besar tersebut, Marvin menggengam panah es-nya dan menarik anak panah sekuat mungkin dari busurnya. "Sebelum Nadya yang melenyapkanmu, aku akan melayanimu terlebih dahulu," ucap Marvin dengan sebelah mata yang memicing, serta terfokus ke arah sebelah mata sang naga.

"Aaaaaaaaaaaa." Anak panah Marvin seketika mengeluarkan cahaya berwarna putih berkilau. "Calamity Crossbooow!!!" soraknya seraya merapal sihir panah es-nya, lalu melepaskannya menuju sang naga.

(Zwuusshh)

Lesatan anak panah Marvin sungguh cepat, dengan aura sihir berwarna putih yang bersinar disekujur batang anak panah tersebut.

Sang naga sempat mengibaskan ekornya, namun anak panah itu mampu menembus ekor besarnya, dan melesat secepat kilat menuju mata kirinya, yang membuatnya sontak meraung kesakitan karena tertusuk anak panah es milik Marvin.

"WOOOOOAAAARRGGHH!!!" raung sang naga, dengan anak panah yang menancap tepat pada mata kirinya.

Zevan pun tercengang bukan kepalang, setelah melihat aksi hebat Marvin yang diam-diam memiliki senjata sihir, dan menggunakannya, hingga mampu membuat sang naga terpojokkan.

"K-k-kekuatan sihir macam apa itu?!!" Zevan membelalakan matanya jauh ke arah Marvin, yang tengah melayang di udara, dan telah bertranformasi dalam bentuk wujud es-nya, yang membuat seluruh tubuhnya memutih seperti salju, serta pupil matanya yang turut memutih.

"Zevaaan! Ayo segera menyingkir dari sini! Ashley harus dibawa cepat-cepat menuju tabib!" seru William seraya membopong tubuh Ashley.

Ashley menjadi trauma dengan mata yang terus membelalak ke arah depan. Ia tak menyangka bila tangan mulusnya telah lenyap, karena terkena semburan api sang naga.

Zevan dan kawan-kawan akhirnya menjauh dari Nadya, yang turut tercengang saat menatap Marvin mengeluarkan sihir panah es mematikannya. "Marvin, kau sungguh-sungguh luar biasa!" puji Nadya dalam hatinya. Ia terpukau dengan keahlian sihir Marvin, dan kegigihannya dalam menghalau serta memojokkan naga merah tersebut.

Marvin pun sontak menoleh dan tersenyum ke arah Nadya, selagi sang naga meronta-ronta kesakitan. Ia lalu mengangguk ke arah Nadya, seperti memberikan isyarat untuk meneruskan serangan pedang sucinya.

"Baiklah, Marvin. Akupun tak ingin kalah darimu!" ucap Nadya seraya kembali mengacungkan pedang sucinya sambil merapalkan sihirnya, yang sempat tertunda oleh gangguan Zevan.

Namun, ia mendapati sang naga seketika mengibaskan ekornya yang telah bolong diujungnya, ke arah Marvin. "Marviiinnnn!!!" sorak Nadya.

Nahas, Marvin yang belum sempat menoleh ke arah sang naga, terlebih dahulu disambar oleh ekor besar naga tersebut.

(Bruuuughhhh!!!)

Marvin tak dapat mengelak saat tubuhnya terpental begitu jauh, karena mendapat sambaran keras tiba-tiba, dari ekor sang naga merah.

"Marviiiiinn!" Nadya bersorak dan sontak melesatkan tubuhnya ke arah sang naga.

Demi menggagalkan usaha Nadya, sang naga mengibaskan ekor besar kearahnya, namun Nadya dengan sigap menghindar, dan berhasil mendarat tepat diatas kepala naga tersebut.

Nadya mengacungkan pedangnya kearah langit, selagi menjaga keseimbangan tubuhnya, karena sang naga berusaha menggoyang-goyangkan kepala, agar gadis itu segera menyingkir darinya.

Pantulan cahaya putih bercampur biru yang terpancar dari pedang sucinya pun sontak menembus langit, hingga membuat berbagai macam kemunculan petir-petir yang saling menyambar satu sama lain.

Sang naga pun akhirnya mengerang ke arah langit sambil mendongakkan wajahnya. "WOOOAAAAARRGGGHHHHH!!!" sorakannya itu, membuat Nadya terpeleset dan terperosok menuju punggungnya.

Nadya dengan sigap menancapkan pedangnya pada sisik emas sang naga, lalu berpegang pada pedang tersebut, yang membuatnya dapat berdiri dan menjaga keseimbangan tubuhnya.

Perhatiannya seketika tertuju pada sisik-sisik emas yang lain. "Analyze!" Nadya kembali mengeluarkan sihir penganalisis-nya, demi mencari tahu seluk beluk sisik emas tersebut.

[Starting To Analyze]

[Red Dragon's Golden Scales]

[Information: The red dragon's golden scales were made by golden fibers and connected to its ribs]

[Analyzing Completed]

"Berarti, menghancurkan sisik emasnya, sama saja dengan menghancurkan tulang-tulang iganya!" pikir Nadya dalam situasi yang benar-benar genting, sebab sang naga semakin meronta-ronta, demi membuat gadis penyihir itu menyingkir dari punggungnya.

Nadya dengan segera melepaskan pedang sucinya yang menancap pada salah satu sisik naga tersebut. "Wahai naga merah! Lenyaplah kau dengan tenang!" ucapnya seraya mengangkat pedang sucinya tinggi-tinggi. Ia lalu menatap tajam ke arah punggung sang naga.

Dua garis merah di pedang sucinya, telah berubah menjadi merah pekat, yang menandakan bila pedang itu telah mencapai batas maksimal kekuatan sihirnya.

"Marvin, tunggulah kedatanganku," pikir Nadya, seraya menutup kedua matanya, demi memusatkan seluruh mana sihirnya, dan mentransfernya ke dalam pedang suci yang berada dalam genggamannya.

"O' The holy sword, of the seven great mages! Slash!" setelah merapalkan sihir andalannya, Nadya sontak melayangkan pedangnya, yang telah dikerubungi oleh aura sihir berwarna merah kehitaman, yang seakan ingin segera melahap targetnya itu.

(Sluurrrbbb!!)

"Aaaaaaaaaaaaa!!!" Nadya bersorak seraya berupaya sekuat mungkin mendorong pedang sucinya, yang hanya setengah bilah saja yang baru menancap pada punggung naga tersebut.

(Nceppp!)

Pedang sucinya akhirnya berhasil menusuk dalam-dalam. Nadya seketika berlari seraya menarik gagang pedangnya, menuju ekor sang naga, demi menebas tubuh naga itu secara keseluruhan, yang membuat sang naga merah meraung kesakitan.

"WOOOAAAAARRGGGHHHHH!!!" erang sang naga, setelah pedang suci itu membelah punggungnya, hingga sampai menuju pangkal ekornya.

Setelah berhasil membelah bagian belakang tubuh sang naga, Nadya sontak melayang ke atas langit. Ia menatap tajam ke arah kepala sang naga merah.

"O' The holy sword of the seven great mages! Annihilate!"

(Zwoooof!)

Nadya melesat secepat kilat menuju naga tersebut, dan menancapkan pedangnya tepat pada kepala sang naga.

(Boom!)

Ledakan sihir yang amat besar pun terjadi, akibat reaksi sihir yang tersimpan dan keluar dari pedang suci milik Nadya.

Sang naga seketika tewas, dengan seluruh potongan tubuhnya yang tercerai-berai diatas tanah, setelah menerima ledakan sihir yang keluar dari hantaman pedang suci Nadya.

Setelah memastikan kemenangannya, dalam melenyapkan sang naga merah yang sangat besar itu, Nadya yang masih terbang melawan diatas langit pun segera melesatkan tubuhnya, menuju keberadaan Marvin.

~To be continued~

Terpopuler

Comments

~Rui_Algard~

~Rui_Algard~

pe

2023-01-06

0

d'Nadia¿ "EROR" -/ Server EN*

d'Nadia¿ "EROR" -/ Server EN*

Setalh membaca bab cerita ini, aku tambah yakin kalau lucas telah tiada dan semua pusat perhatian mengarah ke si gadis aneh itu yang sok hebat☝🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!