Bab 2. Panggil Saya Zen

Jeny menunggu di pinggir jalan sambil memainkan ponselnya. Ia mengetik asal saja sebuah nama dalam kolom pencarian dan tersenyum miring saat menatap beberapa foto gadis muda anak pengusaha ternama negeri ini yang terpampang di sana.

‘Salah satu pengusaha sukses di negeri ini tengah berbahagia, karena sang putri tercinta kini telah berusia tujuh belas tahun. Sebagai bentuk rasa sayangnya pada putrinya itu, ia mengadakan pesta mewah di salah satu hotel bintang lima dan mengundang banyak ... bla bla’

Jeny melewatkan berita itu, dan hanya membaca sekilas saja. Tangannya kini bergerak turun secara perlahan membaca judul lainnya, lalu terpaku pada salah satu foto yang menampilkan gambar sang pengusaha dengan putrinya itu.

Deg! Wajah itu mirip sekali dengan seseorang yang dicarinya, hanya saja punya latar belakang pekerjaan yang berbeda.

Apa mereka kembar atau memang satu orang yang sama, tapi bagaimana mungkin? Karena berdasarkan informasi yang ia terima, laki-laki itu hanya seorang office boy di sebuah perusahaan pengembang perumahan dan juga telah memiliki seorang istri.

Tapi itu sudah lama sekali, hampir dua puluh tahun yang lalu. Dan lelaki yang mirip dengannya ini adalah seorang pengusaha kaya.

Sementara di foto lainnya, tampak sang pengusaha tengah tertawa lebar sambil merangkul bahu putra pertamanya yang juga seorang pengusaha muda. Dan di sebelah mereka berdua, ada wanita cantik yang bergelayut manja di lengan masing-masing.

Gambar itu diambil dua Minggu yang lalu, dan Jeny ingat saat itu ia tengah berada di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan karena jatuh dari motornya. Jeny mencoba merangkai semua info yang ia punya dan menghubungkannya dengan berita yang baru ia baca, tapi nihil dan hanya membuat kepalanya pening.

Tidak lama berselang, sebuah motor besar datang berikut pengendaranya yang memakai pakaian serba hitam dan berhenti tepat di depan Jeny yang sedang berdiri menunggu.

Pengendara motor itu turun dan melepas helmnya, lalu menaruhnya di atas motor. Seketika, rambut panjang hitam yang terbungkus rapi dibalik penutup kepala yang digunakannya tadi terurai di bahunya. Ia menggoyangkan kepalanya sejenak, lalu jemarinya terulur merapikan helai rambutnya.

Jeny tersenyum melihat kedatangannya. Wanita yang tengah berjalan ke arahnya itu mengenakan pakaian ketat warna hitam yang melekat pas di tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya yang padat berisi.

“Jeny!” panggilnya sembari merentangkan kedua tangan dan merangkum Jeny masuk ke dalam pelukannya.

“Thank’s ya Ra,” ucap Jeny menyambut pelukan Sora. “Hanya nama Kamu yang terlintas dalam pikiranku saat ini.”

“It’s oke, Jen.” Sora mengusap bahu Jeny, lalu perlahan melepaskan pelukannya. “Setelah keluar dari tempat itu, apa rencanamu selanjutnya. Apa yang ingin Kamu lakukan, Jen?”

Jeny meringis, menggaruk alisnya. “Kembali ke rumah lamaku, atau mencari penginapan yang layak huni untuk sementara waktu. Istirahat, setelah itu ...” Jeny mengedikkan bahunya. “Ya, setelah itu mungkin Aku harus mencari pekerjaan baru. Karena bos lamaku tidak mungkin mau menerimaku bekerja di tempatnya lagi setelah mengetahui kejadian malam itu.”

“Tapi itu kan bukan kesalahanmu, Jen.”

“Tetap saja ia tidak mau mendengar alasanku. Lagi pula Aku juga tidak berminat lagi lanjut kerja di sana.”

“Kamu bisa tinggal di rumahku dan ikut bergabung kerja di perusahaan papaku.”

Jeny menggeleng, “Gak, Ra. Kamu sudah terlalu banyak membantuku selama ini, dan Aku tidak bisa terus-terusan merepotkanmu. Aku akan berusaha mengatasi masalahku sendiri dan melakukannya dengan caraku.”

“Hem, boleh Aku tahu cara seperti apa itu?”

Jeny hanya tersenyum tipis tanpa berniat menjawab pertanyaan Sora. Ia meraih helm di atas motor dan segera memakainya. “Jika Aku butuh bantuanmu, Aku pasti akan langsung menghubungimu.”

“Oke, Aku tunggu kabar darimu.”

Jeny memutar kunci dan menghidupkan mesin motornya. Sejenak ia menoleh pada Sora, mengangguk kecil lalu menutup kaca helmnya dan dengan cepat melesat pergi meninggalkan tempat itu.

“Good luck Jen,” bisik Sora pelan menatap kepergian Jeny.

Beberapa saat kemudian sebuah mobil mewah warna hitam berhenti di dekat Sora berdiri. Kaca mobil itu terbuka, menampilkan sosok lelaki tampan yang berada di dalamnya. Tersenyum lebar menatap Sora, siap menebar pesonanya.

“Kita ke tempat biasa, Jack!” ucap Sora pada lelaki di sampingnya, setelah ia berada di dalam mobil.

“Oke.”

•••••

Jeny menatap bangunan tua di depannya itu, sekian lama kosong ditinggalkan dan tidak berpenghuni. Letaknya yang sendiri dan terpisah jauh dari bangunan rumah penduduk lainnya membuatnya merasa lebih tenang.

Meski terlihat kotor di bagian depan karena banyak ditumbuhi rumput dan tanaman liar lainnya, namun rumah ini masih layak huni. Hanya perlu perbaikan sedikit di beberapa tempat, membersihkan sekeliling, dan mengganti warna cat dinding yang sudah mengelupas dengan warna yang lebih fresh akan membuatnya tampak indah.

Kriet!

Jeny mendorong pagar besi yang sudah berkarat itu, mengesah pelan menatap ujung jarinya yang berubah warna kecoklatan.. “Huh! Sepertinya Aku tidak bisa bersantai-santai lebih lama lagi,” gumamnya pelan, kembali menatap sekelilingnya.

“Oke, kita akan lakukan besok! Malam ini Aku hanya perlu beristirahat dan memejamkan mata saja.”

Jeny menepikan motornya ke teras rumah, membuka pintu dan menaruh tas ranselnya di sofa yang ada di ruang tamu. Ia mulai memeriksa kamarnya dan mendapati pakaian dan barang-barangnya yang lain masih tersimpan rapi di tempatnya.

Setelah membersihkan diri, Jeny memeriksa lemari pendingin dan tersenyum kecut melihat isinya yang kosong. “Untung saja tadi sempat mampir beli makanan dan air minum. Kalau gak, bisa puasa malam ini.”

Malam makin larut, hanya suara binatang malam yang terdengar. Tubuhnya yang lelah membuatnya cepat terlelap. Hingga pagi menjelang, Jeny terbangun dengan tubuh yang jauh lebih segar.

Seperti rencananya semula, Jeny sudah bersiap dan segera memulai pekerjaannya. Dimulai dengan membersihkan ruangan di dalam rumah, lalu membuang semua benda yang tidak layak pakai.

Siangnya Jeny berniat membeli bahan cat dan keperluan lainnya, ia mampir di salah satu toko yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Hanya ada beberapa orang saja yang berbelanja, salah satunya Jeny yang mulai memilah apa-apa saja yang dibutuhkannya.

“Mau beli apa, Mas?” tanya salah satu karyawan toko yang datang mendekatinya. Jeny tak menggubris ucapannya, ia terus sibuk memilah barang di depannya.

“Kalau ada barang yang diperlukan tapi tidak ada di rak, Mas bisa langsung tanya pada kami di sini.”

Jeny mendongak, menatap sekitarnya lalu beralih menatap karyawan di depannya itu. “Ehm, Mas barusan bicara sama Saya?”

“Memang ada orang lain selain kita berdua?” Lelaki di depannya itu balik bertanya.

“Iya juga sih.” Jeny meringis, mengusap tengkuknya.

“Saya Arif,” ucap lelaki itu ramah mengenalkan diri seraya mengulurkan tangannya.

Jeny menegakkan tubuhnya, mengusap telapak tangannya di pakaian coverall yang dikenakannya. “Saya Zayn. Tapi biasa dipanggil Zen,” jawab Zen terlontar begitu saja. “Ya, panggil saja Saya Zen!”

••••••••

Terpopuler

Comments

chaira rara

chaira rara

semangat ya zen

2023-01-08

1

Shanty

Shanty

semangat zen

2023-01-08

1

Yeni Nuril

Yeni Nuril

😅😅😅😅

2023-01-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Bebas
2 Bab 2. Panggil Saya Zen
3 Bab 3. Insiden kecil
4 Bab 4. Siapa dia
5 Bab 5. Kabar mengejutkan
6 Bab 6. Misi pengejaran
7 Bab 7. Tak bisa tinggal diam
8 Bab 8. Pertengkaran
9 Bab 9.Tawaran pekerjaan
10 Bab 10. Rencana Sora
11 Bab 11. Seleksi pemilihan pengawal Presdir
12 Bab 12. Salah kamar
13 Bab 13. Aksi laga Zen
14 Bab 14. Berbagi itu indah
15 Bab 15. Terkesima
16 Bab 16. Menu spesial
17 Bab 17. Rusuh!
18 Bab 18. Hadiah
19 Bab 19. Mimpi itu datang lagi
20 Bab 20. Tugas pertama
21 Bab 21. Menuju Yogyakarta
22 Bab 22. Undangan makan malam
23 Bab 23. Klien potensial
24 Bab 24. Cerita kita
25 Bab 25. Barang berharga Zen
26 Bab 26. Sabar menunggu
27 Bab 27. Lelah
28 Bab 28. No debat!
29 Bab 29. Siap, Tuan!
30 Bab 30. Bertemu rival lama
31 Bab 31. Salah paham
32 Bab 32. Tugas berat
33 Bab 33. Berlatih menjadi seorang Shima
34 Bab 34. Hanya semalam
35 Bab 35. Terkesima
36 Bab 36. Perfect
37 Bab 37. Protes Zen
38 Bab 38. Kemarahan Gaafhi
39 Bab 39. Bersenang-senang?
40 Bab 40. Menyelamatkan bos Gaafhi
41 Bab 41. Tak berkutik
42 Bab 42. Memangnya punya kita beda?
43 Bab 43. Terima kasih untuk Zen
44 Bab 44. Pulang
45 Bab 45. Apa kabar, Ma.
46 Bab 46. Bukan satu-satunya
47 Bab 47. Pingsan
48 Bab 48. Ada yang menarik perhatian Zen
49 Bab 49. Penasaran
50 Bab 50. Sebuah pilihan
51 Bab 51. Buat dia jatuh cinta padamu!
52 Bab 52. Sandiwara cinta Gaafhi
53 Bab 53. Ulah Gaafhi yang meresahkan
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Hanya bagian dari tugas
56 Bab 56. Gara-gara lampu padam
57 Bab 57. Crazy for you
58 Bab 58. Jatuh pingsan
59 Bab 59. Sebuah rahasia
60 Bab 60. Jawaban rasa penasaran
61 Bab 61. Sebuah ultimatum
62 Bab 62. Skorsing
63 Bab 63. Ada apa dengan Sora?
64 Bab 64. Misi baru Zen
65 Bab 65. Go to the kafe
66 Bab 66. Selamatkan Sora
67 Bab 67. Zen mengamuk
68 Bab 68. Misteri sebuah foto usang
69 Bab 69. Ada potongan foto lainnya
70 Bab 70. Hanya ingin memastikan
71 Bab 71. Sangat mirip dengannya
72 Bab 72. Panggil Aku Oma
73 Bab 73. See you again, Mom
74 Bab 74. Aku sayang Mama
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1. Bebas
2
Bab 2. Panggil Saya Zen
3
Bab 3. Insiden kecil
4
Bab 4. Siapa dia
5
Bab 5. Kabar mengejutkan
6
Bab 6. Misi pengejaran
7
Bab 7. Tak bisa tinggal diam
8
Bab 8. Pertengkaran
9
Bab 9.Tawaran pekerjaan
10
Bab 10. Rencana Sora
11
Bab 11. Seleksi pemilihan pengawal Presdir
12
Bab 12. Salah kamar
13
Bab 13. Aksi laga Zen
14
Bab 14. Berbagi itu indah
15
Bab 15. Terkesima
16
Bab 16. Menu spesial
17
Bab 17. Rusuh!
18
Bab 18. Hadiah
19
Bab 19. Mimpi itu datang lagi
20
Bab 20. Tugas pertama
21
Bab 21. Menuju Yogyakarta
22
Bab 22. Undangan makan malam
23
Bab 23. Klien potensial
24
Bab 24. Cerita kita
25
Bab 25. Barang berharga Zen
26
Bab 26. Sabar menunggu
27
Bab 27. Lelah
28
Bab 28. No debat!
29
Bab 29. Siap, Tuan!
30
Bab 30. Bertemu rival lama
31
Bab 31. Salah paham
32
Bab 32. Tugas berat
33
Bab 33. Berlatih menjadi seorang Shima
34
Bab 34. Hanya semalam
35
Bab 35. Terkesima
36
Bab 36. Perfect
37
Bab 37. Protes Zen
38
Bab 38. Kemarahan Gaafhi
39
Bab 39. Bersenang-senang?
40
Bab 40. Menyelamatkan bos Gaafhi
41
Bab 41. Tak berkutik
42
Bab 42. Memangnya punya kita beda?
43
Bab 43. Terima kasih untuk Zen
44
Bab 44. Pulang
45
Bab 45. Apa kabar, Ma.
46
Bab 46. Bukan satu-satunya
47
Bab 47. Pingsan
48
Bab 48. Ada yang menarik perhatian Zen
49
Bab 49. Penasaran
50
Bab 50. Sebuah pilihan
51
Bab 51. Buat dia jatuh cinta padamu!
52
Bab 52. Sandiwara cinta Gaafhi
53
Bab 53. Ulah Gaafhi yang meresahkan
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Hanya bagian dari tugas
56
Bab 56. Gara-gara lampu padam
57
Bab 57. Crazy for you
58
Bab 58. Jatuh pingsan
59
Bab 59. Sebuah rahasia
60
Bab 60. Jawaban rasa penasaran
61
Bab 61. Sebuah ultimatum
62
Bab 62. Skorsing
63
Bab 63. Ada apa dengan Sora?
64
Bab 64. Misi baru Zen
65
Bab 65. Go to the kafe
66
Bab 66. Selamatkan Sora
67
Bab 67. Zen mengamuk
68
Bab 68. Misteri sebuah foto usang
69
Bab 69. Ada potongan foto lainnya
70
Bab 70. Hanya ingin memastikan
71
Bab 71. Sangat mirip dengannya
72
Bab 72. Panggil Aku Oma
73
Bab 73. See you again, Mom
74
Bab 74. Aku sayang Mama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!