Sepulang dari kampus, Cyeril buru -buru untuk segera pulang. Ia sudah terlambat setengah jam untuk masuk kerja sebagai pelayan cafe.
Baru juga kakinya akan melangkah, rambut kuncir ekor kudanya di tarik oleh Dzoki agar Cyeril tidak pergi.
"Mau kemana, buru -buru aja? Lupa sama perjanjian kita?" tanya Dzoki kepada Cyeril dengan nada bicara keras.
Cyeril menoleh ke arah Dzoki. Lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Tapi ... gue harus kerja, Ki. Gue butuh uang untuk biaya berobat nyokap gue an biaya hidup gue sehari -hari di sini," ucap Cyeril jujur dengan nada memelas.
Dzoki menatap tajam ke arah Cyeril dan mengernyitnya dahinya.
"Loe pikir gue peduli? Itu bukan urusan gue," ucap Dzoki keras.
Cyeril memegang lengannya yang di cengkeram oleh Dzoki dan meringis kesakitan.
"Ta -tapi gue butuh duit, Ki. Lagi pula, cincin loe juga udah ketemu," ucap Cyeril pelan.
Dzoki melotot ke arah Cyeril.
"Cincin gue memang udah ketemu. Tapi gue masih pengen ngelanjutin perjanjian itu. Loe tahu, loe pilih nurutin kata -kata gue atau loe bakal di benci sama temen -temen loe satu sekolah? Pilih mana?" tanya Dzoki mengancam.
Cyeril membalas tatapan Dzoki. Npasnya memburu karena kesal dan marah.
"Gue gak peduli sama ucapan loe. Gue punya kehidupa, lagi pula, bukan gue yang nyuri dan cincin loe udah ketemu. Loe gak berhak paksa gue apalagi meampas kehidupan gue," teriak Cyeril dengan suara keras.
"Loe yakin? Loe ga lagi ngelindur kan? Ucapan loe bisa di pertanggung jawabkan ya? Jangan sampai suatu hari nanti, loe nangis -nangis minta tolong gue dan minta di jadikan budak buat gue," teriak Dzoki keras.
Tangan kekarnya memegang dagu Cyeril. Tatapan Dzoki yang tadinya garang, sedikit takjub melihat kedua mata Cyeril yang nampak berani dan tak takut dengan apapun.
Dzoki pun melepaskan tangannya di dagu Cyeril dan melepaskan gadis itu untuk hari ini.
"Pergilah!!" teriak Dzoki dengan suara keras.
Cyeril pun bergegas menarik tasnya dan berjalan cepat. Ia sebenarnya ketakutan tapi ia berusaha memberanikan diri dan tetap berjuang untuk haknya sebagai orang yanag tidak bersalah.
Langkah Cyeril semakin di percepat menuju cafe di tempat ia bekerja part time. Sesampai di cafe itu, khfi, pemilik cafe itu sudah melipat tangannya di depan dada. Ia memang paing tidak suka dengan ketidak tepatan waktu karyawannya yang tidak datang sesuai dengan jadwal masuknya.
Saat Cyeril membuka pintu cafe dan berusaha tersenyum agar tidak di marahi. Kahfi sudah melotot dan menatap tajam ke Cyeril.
Dengan cepat, Cyeril langsung bicara seblum kena semprot oleh Bos Muda, "Maaf Kak, Saya telat, tadi dosennya masih ceramah, kan gak mungkin Cyeril tinggal." Setelah bicara membeikan alasan Cyeril pun langsung pergi ke dalam untuk memakai seragam cafe dan mulai bekerja sebelum Bos Mudanya itu menjawab atau berubah pikiran lain.
Benar saja, Kahfi malah ikut masuk ke dalam dan muali bicara pada Cyeril yang sedang memakai celemek dan memasukkan nota pesanan serta pulpen di kantong celemek itu. Tugasnya mencatat pesanan pelanggan dan memberikan ke meja pesanan lalu mengantarkan pesanan sesuai nomor meja, dan terakhir mengangkat cucian kotor ke dapur serta mengelap meja hingga bersih dan wangi.
"Kamu terlambat satu jam lebih, Cyeril," ucap Kahfi mengingatkan.
Cyeril langsung menunduk dan menjawab dengan pelan.
"Iya Kak. Cyeril tahu kalau telat masuknya dan nanti Cyeril ganti dnegan menambah jam kerjanya," jawab Cyeril agar Kahfi tak merasa di rugikan dengan kedatangannya yang terlambat.
"Oke, saya lihat konsekuensi kamu," ucap Kahfi tegas.
Sebagai Bos Muda yang baru belajar menjadi seorang pengusaha harus tetap berwibawa dan bijaksana. Tidak terkesan memilih -milih karyawana karena latar belakang atau hal lan yang bersifat pribadi.
Hari ini, cafe ramai sekali. Semakin sore, cafe menjadi sangat penuh dan Cyeril pun tak menyangka gerombo;an Dzoki pun datang menggunakan motor dnegan jumlah yang banyak. Mereka masuk seperti biasa dan duduk di tempat yang masih kosong
"Mau pesan apa?" tanya Cyeril pelan sambil memegang nota pesanan dan pulpen bersiap untuk mencatat pesanan Dzoki dan teman -temannya.
"Ehhh ... Ada dia ...." ucap Dzoki pelan sambil tertawa terbahak -bahak dengan anggota yang lainnya.
"Dia siapa, Ki?" teriak satu temannya sengaja memancing kerusuhan.
"Dia ... Maling pusaka," ucap Dzoki keras.
Tatapn Dzoki tajam ke arah Cyeril yang juga menatapnya.
"Ehh ... Pelayan!! Wajah loe gak bisa senyum dikit dan ramah sama pelanggan, gitu?" taanya Egi dengan suara keras. Ia sengaja membuat kegaduhan agar Cyeril di pecat dari cafe itu.
"Selamat sore, kalian semua mau pesan apa?" tanya Cyeril dnegan suara lembt dan ramah. tak lupa ia juga tersenyum, walaupun di paksakan.
"Nah ... Gitu kan manis. Gak kelihatan kalau ternyata maling," ucap Dzoki tertawa mengejek.
Cyeril diam dan tak merespon ucapan semua teman satu kampusnya itu. Ia tahu, kini dirinya di jadikan bahan bullya Dzoki.
Kahfi pun datang steelah mendengar ada ramai -ramai di depan.
"Ada apa ini? Siapa yang maling?' tanya Kahfi dengan suara tegas.
"Dia Pak," jawab Egi lantang.
Kahfi pun menoleh ke arah Cyeril dan menatap dengan lekat.
"Dia? Dia, Cyeril, karyawan saya yang paling jujur. Jadi gak mungkin di aseoarng maling," ucap Kahfi membela Cyeril.
Cyeril sudah satu tahun bekerja part time di cafe ini. Tugasnya selalu di selesaikan dengan sempurna dan maskimal. Tidak ada satu pun yang teledor.
"Bapak perlu bukti?" ucap Egi sambil memperlihatkan video yang di kirimkan oleh Tasya.
Kahfi menatap layar ponsel itu dan melihat seluruh isi dari video itu.
"Itu Tasya ...." tanya Kahfi pelan.
"Iya. Tasya, pacarnya ketua geng kita, Dzoki," ucap Egi dengan lantang.
Kahfi hanya mengangguk pelan, dan menatap ke arah Dzoki dengan lekat.
"Kenapa? Ada yang salah, kalu Tasy itu cewek gue?" tanya Dzoki yang melihat aneh Kahfi menatp dirinya.
Kahfi hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak ada. Saya juga kenal dengan tasya, dan keluarganya. Saya pikir, dia wanita manis yang masih jomblo, ternyata spek idamannya kayak begini? Berandalan," ucap Kahfi dengan kesal.
Dzoki langsung mengepalkan tangannya dan ingin memukul wajah Kahfi hingga babak belur.
"Loe bilang apa? Gue berandalan? Terus loe apa?" teriak Kahfi keras.
"Urus, Ril. Saya gak mau meladeni pelanggan seperti dia," ucap Kahfi kerus. Tubuhnya langsung berbalik untuk meninggalkan tempat itu.
Seketika, tangan Dzoki langsung memukul punggung Kahfi dengan keras. Dzoki yang mudah tersulut emosi pun langsug memukul Kahfi bertubi -tubi tanpaampun.
"Kahfi ...." teriak tasya dengan suara keras saat masuk ke adalam cafe itu.
Kahfi yang sudah sudah babak belur di pukul oleh Dzoki pun hanya melirik ke arah Tasya yang baru saja datang dan mendorong Dzoki menjauh dari Kahfi.
"Kamu gak apa -apa?" tanya Tasya pelan sambil membantu Kahfi berdiri.
Dzoki terdiam di sisi meja dan menatap benci ke arah Tasya.
Dadanya berdebar keras, luapan emosi dan darahnya mendidih melihat perempuan yang ia sukai malah memebela lelaki lain. Padahal sikapnya kalau di kampus begitu manis.
Kahfi hanya melirik ke arah Dzoki dan tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
unknown
lelah bacanya Thor,bnyk bngt typo nya😭
2023-02-17
0