KETUA GENK MOTOR ITU, PACARKU

KETUA GENK MOTOR ITU, PACARKU

1

Suara ricuh mulai terdengar sampai di telinga Dzoki Prambudi, biasa di panggil Dzoki. Dzoki yang sedang duduk santai di depan kelas bersama anggota geng motornya pun langsung masuk ke dalam kelas untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Semua mata menatap Dzoki yang berteriak keras dan langsung masuk ke dalam kelas sambil membuka barisan teman -temannya yang sdeang mengumpul.

Tatapan Dzoki begitu tajam mengarah pada dua orang wanita yang sedang berdebat. Dua wanita itu adalah Cyeril, gadis manis yang mungil semampai, ia adalah gadis paling pintar di kelas. Satu lagi, perempuan itu bernama Tasya, gadis incaran Dzoki sejak semester satu karena kecantikannya dan bodi tubuhnya yang begitu montok dan sekel.

"Ada apa ini?" teriak Dzoki keras.

Melihat Dzoki datang, Tasya pun langsung menghampiri Dzoki dan memeluk lelaki itu dengan manja.

"Itu Cyeril. Dia hilangkan cincin merah delima kamu, Dzoki. Tadi, Cyeril paksa aku untuk melepas cincin merah dleima itu dan waktu aku tanyakan katanya hilang. Pasti ia ambil dan ingin ia jual," ucap Tasya mengadu sambil menatap Cyeril yang nampak bingung.

Cyeril pun berdiri dan menggebrak meja.

"Ngomong apa kamu, tasya. Fitnah banget kamu!! Sejak kapan aku pinjem cincin kamu, bentuknya seperti apa saja, aku gak pernah lihat," ucap Cyeril marah karena merasa tak terima di tuduh seperti itu.

Dzoki pun tanpa pikir panjang langsung membela Tasya, gadis incarannya selama ini. Dzoki melepaskan pelukan Tasya dan berjalan menuju tempat berdirinya Cyeril sambil menunjuk gadis itu dengan geram.

"Gue kasih waktu buat loe!! Selama satu kali dua puluh empat jam, cincin itu tidak di temukan, maka loe akan tahu akibatnya," teriak Dzoki dengan mata melotot dan begitu merah. Cincin itu tadi di pinjam Tasya, karena rasa sukanya pada Tasya, Dzoki memberikannya begitu saja. Padahal cincin merah delima itu begitu berharga bagi Dzoki. Benda itu adalah warisan dari neneknya yang saat ini masih hidup dan sakit -sakitan.

"Aku gak pinjam. Aku gak tahu, sekilas aku hanya melihat cincin itu di pegang Tasya. Aku sama sekali gak salah!!" teriak Cyeril keras dan membalas tatapan Dzoki.

"Bohong!! Dia bohong Dzoki, dia pasti takut harus mengganti cincin itu karena uang dari mana dia bisa mencari cincin yang sama persis dengan harga selangit itu. Gimana dong, Dzoki. Nanti nenek kamu marah?" ucap Tasya lirih. Dengan nada memelan dan bahasa tubuh Tasya yang meyakinkan Dzoki bahwa Cyeril bersalah.

"Tasya!! Kenapa sih kamu? Aku gak melakukan itu!!" teriak Cyeril kesal.

"Cukup. Bubar semuanya!!" teriak Anton langsung berdiri tepat di depan Cyeril dan membela Cyeril.

"Kau membela gadis miskin itu?" tanya DZoki sambil melotot dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Anton.

Dzoki adalah lelaki yang di segani di kampus. Dzoki adalah lelaki idaman banyak para wanita, tak hanya ganteng dan macho, tubuhnya yang gagah dan perkasa dengan balutan pakaian yang sellau terlihat keren membuat ia semakin banyak di kagumi oleh kaum hawa.

Dzoki adalah anak orang kaya di kotanya. Tapi, ia begitu sangat nakal dan bertindak semaunya sendiri. Sikapnya memang dingin dan arogan. Tapi, Dzoki adalah lelaki setia dan sulit jatuh cinta. Pearsaan kagumnya kepada Tasya pun bukan rasa cinta, ia hanya mengangumi saja tapi tidak mencintai.

Anton mundur satu langkah dan Cyeril menunduk. Anton salah memilih lawan. Seharusnya Anton tak perlu membelanya dan malah akan membuat dirinya susah sendiri.

"Loe mau cari mati dengan membela dia? Atau loe sudah tidak sayang lagi dengan nyawa loe sendiri?" tanya Dzoki tegas dan lantang sambil mengangkat kerah Anton dengan kasar.

"Aku hanya membela yang benar. Aku tahu persis kejadiannya, atpi sayang di kelas ini tidak ada CCTV. Kalau ada kita bisa lihat, siapa yang benar dan siapa yang salah," ucap Anton bersikeras dengan sikapnya membela Cyeril. Sejak tadi ia memperhatikan Cyeril yag sama sekali tidak bersinggungan dnegan Tasya. Malahan Tasya berpura -pura mendekati Cyeril dan memamerkan cincin itu lalu melepaskannya dan di letakkna di atas meja. Lalu ...

"Persetan Loe, Anton!! Lihat, loe bakal nyesel sudah ikut campur dengan urusan gue!!" teriak Dzoki mulai emosi.

Suara salah satu temannya membuat dirinya mundur dan tidak melanjutkan perdebatan ini. Dosen pengajar materi sudah akan masuk kelas, dan semua mahasiswa harus sudah rapi duduk di tempatnya masing -masing.

"Makasih." ucap Cyeril lirih.

Anton hanya mengangguk pelan dan kembali ke mejanya. Cyeril sendiri duduk kembali di kursinya. Kedua matanya menatap ke arah lantai dan mencari cincin merah delima yang sempat ia lihat terjatuh ke bawah. Tapi nihil, cincin kemilau indah itu tak di temukan.

Satu sesi mata kuliah pun berakhir. Dzoki dan teman -temannya pergi ke kantin dan nongkrong di tempat biasa untuk mengisi amunisi perutnya.

Anton berjalan menghampiri Cyeril dan mengajak gadis itu makan bersama di kanton. Cyeril jarang sekali jajan, karena memang kondisi keuangannya yang tidak baik. Sepulang kuliah ia bekerja part time di sebuah kedai kopi untuk membiyai hidupnya selama kuliah dan membayar kostnya. Bukan itu saja sebagian gajinya ia kirimkan kepada Ibunya di kampung untuk baiya hidup dan berobat.

"Makan yuk," ajak Anton pelan sambil menggamblog tas ranselnya ke punggung.

"Aku gak makan. Aku mau ke lab komputer untuk mencari bahan tugas komunikasi bisnis," ucap Cyeril lembut menolak ajakan Anton.

"Aku yang traktir," ucap Anton langsung pada intinya.

Cyeril merapikan bukunya dan memasukkan alat tulisnya ke dalam tasnya sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak perlu. Aku pergi dulu," jawab Cyeril pelan.

Untuk kesekian kalinya ajakan Anton sellau di tolak Cyeril. Sejak masa orientasi kampus, Anton langsung jatuh cinta pada Cyeril. Gadis mungil yang manis, lembut dan ramah itu mmebuat Anton jatuh cinta pad pandangan pertama. Namun, usahanya untuk mendekati Cyeril tak pernah berjalan mulus.

Di Kantin Kampus -

Sambil menyesap batang rokok yang menyempil di antara jari tengah dan jri telunjukknya. Dzoki masih memikirkan masalah tadi di kelas.

"Diam saja bro? Gak pesan makanan?" tanya Egi yang menyeruput es kopinya sambil mengunyah nasi rames yang ada di depannya.

"Gak. Gue gak laper," jawab Dzoki ketus.

Egi tahu, Dzoki masih marah dan geram dengan kejadian tadi.

"Tasya mana? Tumben gue gak lihat di glendot tubuh loe, bro. Biasanya udah kayak perangko sama kartu pos yang gak bisa di pisahkan, lengket banget," ucap Egi tertawa.

Tug ...

Dzoki melempar sendok dari dalam gelasnya dan tepat mengnai kepala Egi.

"Wadow ... Sakit bro," ucap Egi pelan sambil mengusap jidatnya yang terasa nyeri.

Dzoki baru tersadar, Tasya tak bersamanya seperti hari -hari biasa. Sejak tadi pagi saat ia meminjamkan cincin merah delima itu, Tasya seperti menjauh. Tadi pagi memang tiba -tiba sekali, tasya merengek pinjam cincin merah delima dan di coba di jari manisnya. Namun, saat itu Tasya pergi ke toilet dan Dzoki sama sekali tak menaruh curiga.

"Loe serius sama Tasya? Malam minggu kemarin saat kita event, gue lihat dia sama yang lain di jalan," ucap Egi plan mengingatkan.

Dzoki hanya diam dan menyesap kembali rokok yang masih setengah batang itu berulang kali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!