3

Malam ini sepulang dari kantor, Rama sengaja mengantarkan Dama. Motor Rama sengaja di tinggal di parkiran dan Rama ikut pulang bersama di dalam mobil Dama.

Sesekali Rama memang ikut pulang ke rumah Dama hanya untuk bermain bersama Lanang. Keduanya sudah dekat layaknya seperti hubungan Ayah dan anak.

Lanang pun juga memanggil Rama dengan sebutan Papah. Rama yang menyuruhnya seperti itu.

Saat sampai di rumah. Hujan begitu deras di ikuti dengan petir yang sangat keras menggelegar di langit. Lanang sudah tidur. Pengasuh lanang pun pamit untuk pulang, jika Dama sudah pulang.

Lanang tidur di kamar yang berbeda dengan Dama. Dama sengaja mengajarkan Lanang untuk bisa menjadi anak yang mandiri.

"Kamu mau nikahin aku? Atau kamu hanya mau main -main begini terus dengan aku?" tanya Dama mulai kesal.

Hubungannya satu tahun ini seolah hanya di permainkan saja tanpa ada kepastian. Dama menutup tubuh polosnya dengan selimut dan bersandar di sandaran tempat tidur miliknya.

Sedangkan Rama duduk di tepi ranjang sambil mengelap sisa lendir yang masih tertinggal di bagian vitalnya.

Bukan pertama kali, Rama dan Dama melakukan hubungan yang sudah terlampaui jauh itu. Keduanya sudah bercampur menjadi satu. Hanya saja, Dama tetap mensterilkan tubuhnya dengan pil anti hamil.

Rama diam dan hanya menatap Dama yang sejak tadi mengoceh sendiri tanpa alasan. Rama tidak tahu, kalau Dama di beru dua pilihan berat oleh manajernya. R

"Kamu itu kenapa Dama? Bukankah kamu sendiri yang bilang sudah gak mau bahas hal ini lagi? Kita berdua kan sedang berjuang dan kita hanya tinggal menunggu waktu saja kan?" ucap Rama tegas.

Dama hanya menghembuskan napasnya pelan. Sudah satu tahun ini hubungannya terus menggantung tidak jelas.

"Tapi ini sudah tahun Mas. Aku butuh kepastian kamu. Aku memang minta hubungan ini jelas dan kalau memang kita menikah, aku minta ijin dan restu dari Mbak Yufi. Tapi, Mas seperti gak ada perjuangannya. Terlalu santai? Atau memang Mas itu tidak pernah mau menikahi aku?" tuduh Dama ketus.

Rama melotot. Rama tak terima dengan ucapan Dama yang menuduh dirinya tidak berjuang dalam hubungannya.

"Kamu pikir, Mas gak punya perasaan? Kamu pikir Mas itu hanya diam saja?" teriak Rama kesal.

Rama berdiri dan kini berjalan menghampiri Dama yang nampak sedih. Rama duduk di samping tubuh Dama yang terlihat lemas namun menikmati puas aktivitas yang baru saja terjadi. Tangannya mengulur dan mengusap pelan pipi Dama yang chubby.

"Mas gak cuma sayang sama kamu, Dama. Mas juga cinta sama kamu. Kalau Mas gak serius sama kamu, untuk apa kita melakukan hubungan sejauh ini. Ini tandanya Mas juga gak mau kehilangan kamu. Mas selalu berharap kita bersama selamanya. Kamu yang sabar ya, sayang? Mas sedang berjuang untuk SAHnya hubungan kita biar dapat SIM (Surat Ijin Menikah) dari Bunda," ucap Rama pelan dan mengecup bibir Dama lembut.

Bunda adalah sebutan Rama kepada Yufi, istrinya. Rama tak hanya mencintai Dama tapi juga ingin hidup bersama Dama dan menjadikan Dama sebagai istri keduanya yang sama SAHnya seperti istri pertamanya.

Keduanya hanya saling bertatapan.

"Kamu yang sabar ya, sayang," pinta Rama pelan.

Dama hanya bisa mengangguk pasrah. Hal ini yang di sukai oleh Rama akan sosok Dama.

Dama adalah wanita yang pintar, cerdas, ceria, mandiri, pekerja keras dan tidak manja. Selama satu tahun mereka berhubungan, Dama lebih menjadi wanita yang lembut dan mengalah. Sedikit pun Dama tak pernah menyuruh Rama untuk meninggalkan keluarga kecilnya. Bahkan Dama selalu memotivasi Rama untuk terus mencintai dan meyayangi keluarganya.

"Mending pelan -pelan tapi pasti kan? Dati pada cepat -cepat tapi bermasalah," ucap Rama pelan.

Lagi -lagi Dama hanya mengangguk pasrah kepalanya menyetujui ucapan Rama.

Rama segera bergegas mandi dan membersihkan diri. Dama sendiri mengurungkan niatnya untuk bicara masalah resign atau kepindahannya ke kota lain.

"Mobilnya Mas parkir di tempat biasa? Besok pagi, Mas jemput kamu, ya?" ucap Rama pelan.

"Iya Mas," jawab Dama.

Rama berpamitan untuk pulang dan Dama mengantarkan hingga sampai teras depan.

Skip ...

Rama menggantungkan jas hujannya di teras depan rumah kontrakannya. Rama belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk istri dan anaknya. Hidup mereka masih pas -pasan dan tidak pernah ada sisa uang untuk di tabung atau untuk di sisihkan demi cita -cita masa depan membeli sebuah rumah.

Yufi adalah istri yang sangat rajin mengurus rumah dan keempat anak mereka yang terbilang masih sangat kecil.

Anak pertama mereka seorang perempuan berusia delapan tahun, namanya Saskia. Saskia memiliki pertumbuhan yang lambat. Kedua kakinya belum bisa berjalan dan belum bisa bicara karena saat masih bayi, Saskia terjatuh hingga membuat salah satu sistem sarafnya tidak berfungsi dengan baik.

Anak kedua Rama bernama Ahmad, berjenis kelamin laki -laki berusia lima tahun. Ahmad tumbuh menjadi lelaki kuat namun cengeng.

Anak ketiga Rama bernama Rafatar. Rafatar anak yang ceria dan lucu. Seringkali tingkahnya membuat orang -orang di sekelilingnya tertawa dan rindu dengan celotehan asal yang terucap dari bibirnya. Usia Rafatar baru dua tahun.

Anak keempat Rama bernama Mayka, usianya baru delapan bulan. Bayi perempuan yang manis dan sangat manja kepada Ayahnya.

"Selalu pulang malam!! Selalu lembur!! Lembur di mana?" teriak Yufi emosi.

Rama baru saja masuk ke dalam rumah kontrakannya sambil mengucap salam. Yufi sudah berteriak keras dari arah dalam membuat Rama mengusap dadanya pelan.

Bukannya membuatkan minuman hangat karena tubuhnya menggigil malah di beri omelan lasar dan ketus dengan sesekali pintu lemari pakaian yang melayang hampir mengenai kepala Rama.

Hampir setiap malam Yufi berteriak seperti itu dan tak pernah bosan meneriaki suaminya dengan suara lantang di bumbui kata kasar dengan seluruh isi kebun binatang terlontar biasa dari bibir Yufi.

"Sini duduk dulu. Kita bicara baik -baik," ucap Rama pelan sambil membuka seragamnya dan menukar dengan pakaian santai.

Yufi masih bernafsu ingin marah sejak sore. Yufi tertawa sinis mendenagr permintaan Rama.

"Bicara baik- baik? Bicara apa? Apa lagi yang mau di bicarakan? Tidak ada , Ayah!!" ucap Yufi dengan geram.

Rama merengkuh Yufi dan memeluk istrinya agar sedikit tenang. Beberapa ciuman kasih sayang telah mendarat di kening, pipi dan dan bibir Yufi dengan lembut.

Rama memang sangat sayang pada Yufi, istrinya. Sekesal apapun Rama terhadap istrinya, Rama akan tetap menciumi istrinya sebagai bentuk rasa cinta dan kasih sayangnya.

"Ayah sayang banget sama Bunda. Kebahagiaan Bunda selalu menjadi prioritas Ayah. Ayah hanya ingin, Bunda bisa memahami Ayah," ucap Rama lirih memeluk erat istrinya.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

pelakorr

2024-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!