"Sherly, sedang apa kau disini?!"
"Paman, Ken?!"
Sherly terkejut bukan main ketika melihat Ken berdiri dihadapannya dengan tatapan marah. Tanpa mengatakan apapun, Ken meraih pergelangan tangan Sherly dan membawanya meninggalkan club' malam.
"Paman, apa-apaan kau ini? Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?" Protes Sherly sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Ken yang mencengkram pergelangan tangannya.
"Pulang!!" Jawabnya dingin, singkat dan padat.
"Tidak mau!! Aku ingin masuk ke dalam. Jadi lepaskan dan biarkan aku masuk!!" Sherly terus meronta dan memohon supaya Ken melepaskannya. Tetapi dia tidak menghiraukannya. Bahkan dia tak menggubris permohonannya.
Ken membuka pintu mobilnya lalu memaksa Sherly untuk masuk ke dalam. Dia tak berkata apa-apa. Dan mobil itu pun melaju kencang meninggalkan club' malam.
Sepanjang jalan tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Sherly maupun Ken keduanya sama-sama diam dalam keheningan.
Sesekali Sherly menatap pria yang duduk di sampingnya. Wajah tampannya tak menunjukkan ekspresi apapun, dingin.
Meskipun mereka telah menjadi satu keluarga, tetapi mereka berdua tak pernah dekat sekalipun. Dan pertama kali mereka bertemu ketika Maria menikah dengan ayah Sherly.
"Kenapa kau pergi ke club'?"
Setelah cukup lama bungkam. Sebuah pertanyaan keluar dari bibir Ken. Lelaki itu menoleh dan matanya bersirobok dengan sepasang Hazel milik Sherly. "Jangan bilang jika kau bertengkar dengan suamimu." Tebak Ken 100% benar.
Sherly mengambil nafas panjang dan menghelanya. "Ya, begitulah. Semakin hari sikapnya semakin menyebalkan, di saat aku membutuhkannya dia selalu tidak ada. Tetapi giliran Mama yang membutuhkannya, sesibuk apapun dia, dia pasti ada. Bukankah itu menjengkelkan?!"
"Hm, jadi itu permasalahannya. Jujur saja, Sherly. Aku sangat tidak nyaman melihat kedekatan mereka berdua, menurutku itu tidak pantas.
"Aku tau, Paman. Hubungan mereka berdua jelas-jelas tidak benar, seorang menantu memang harus baik pada ibu mertuanya. Tetapi sikapnya sungguh sangat keterlaluan, dan hubungan mereka tidak mencerminkan hubungan antara menantu dan mertua." Ucap Sherly sambil mengunci sepasang manik mata milik Ken.
Dan karena terlalu asik mengobrol. Sampai-sampai mereka tidak menyadari jika telah tiba di kediaman Nyonya Bianca. Sherly turun lebih dulu dan meninggalkan Ken yang masih belum turun dari mobilnya.
Ken menatap kepergian gadis itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Sungguh sangat miris nasibnya, suaminya berselingkuh dengan ibunya sendiri.
Ken memang telah mencium tentang perselingkuhan mereka berdua sejak lama, tetapi dia tidak berniat mengungkapkannya karena memang tidak memiliki bukti yang kuat. Dan Ken ingin supaya Sherly bisa melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Bukan dari ucapan orang lain.
Lelaki itu keluar dari mobil dan melenggang masuk ke dalam rumah. Ken sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Tuan William berdiri di teras belakang. Kemudian Ken menghampiri kakak iparnya tersebut.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tegur Ken dan mengalihkan perhatiannya.
Tuan William sontak menoleh. "Ken, kau sudah kembali." bukannya menjawab pertanyaan Ken. Tuan William malah balik bertanya.
"Kau sedang memikirkan sesuatu?" Ken menatapnya penasaran.
Tuan William menghela napas. "Ya, Sherly. Besok aku dan kakakmu akan kembali ke luar negeri. Sebenarnya aku tidak tega untuk meninggalkannya. Tetapi tidak mungkin juga aku membawanya pergi bersamaku. Dia sudah menikah dan memiliki suami. Jujur saja aku tidak tenang meninggalkannya, Ken."
Ken terdiam selama beberapa detik. "Kalau begitu biar aku saja yang menjaganya disini!!"
-
-
Sherly tiba di kamarnya dan mendapati kamarnya dalam keadaan kosong, Eric tak ada di sana. Gadis itu tertawa sinis, dan sepertinya Sherly tau dimana keberadaan suaminya itu saat ini. Dia sedang pergi dengan ibunya.
"Sayang, kau belum tidur?"
Perhatian Sherly teralihkan oleh kemunculan Maria di kamarnya. Gadis itu tersenyum tipis, kemudian dia menyambut sang ibu tiri yang baik hati itu untuk masuk ke dalam. "Bibi, tadi melihat Eric pergi bersama ibumu."
Sherly mengangguk. "Iya, Bibi. Mereka pergi ke Busan."
Bukan hanya Ken saja yang mencium aroma tidak beres antara Bianca dan Eric, tetapi Maria juga. Tetapi dia tidak berani mengatakan apa-apa karena takut melukai perasaan Sherly. Akhirnya Maria juga memilih untuk bungkam dan biar Sherly tau dengan sendirinya.
"Ini sudah malam, sebaiknya kau segera tidur." Pinta Maria, Sherly mengangguk.
"Baiklah, Bibi."
Dan ketika Sherly hendak menutup matanya. Terdengar deru suara mobil memasuki halaman. Dan Sherly tahu mobil siapa itu, bukan menyambut kepulangannya dia malah mengabaikannya. Sherly menutup matanya dan tidur.
-
-
Sherly menghampiri Maria di kamar tamu. Ibu tirinya itu sedang bersiap-siap. Rencananya hari ini dia akan kembali ke Canada bersama ayah dan kedua kakak Sherly. Sedangkan Ken akan tinggal selama beberapa Minggu lagi. Ada pekerjaan yang masih harus dia selesaikan di negeri ginseng ini.
Maria menatap Sherly dengan bingung. Biasanya Putri angkatnya itu terlihat murung seperti itu. "Ada apa, Sayang? Kenapa kau terlihat murung?" Tanya Maria sambil menangkup wajah Sherly.
Gadis itu lalu menggenggam tangan Sherly yang ada di wajahnya. "Bibi, tidak bisakah kepulangan kalian di tunda saja? Aku masih kangen kalian berempat." Mohon Sherly sambil memasang wajah memelas.
"Sebenarnya Bibi juga tidak ingin cepat-cepat pulang, Sayang. Tetapi pekerjaan papamu bisa terbengkalai jika ditinggalkan terlalu lama. Dan ketika ada waktu, pasti Bibi akan mengunjungimu lagi." Jawab Maria sambil membelai wajah cantik Putri tirinya ini.
"Hm, baiklah Bibi."
Hubungan antara mereka berdua memang terjalin dengan sangat baik. Meskipun status Maria hanya sebagai ibu tiri, tetapi bukan rahasia lagi jika hubungannya dan Sherly terjalin dengan sangat baik. Maria menyayangi Sherly layaknya putrinya sendiri, dan begitupun sebaliknya.
Meskipun pada kenyataannya, mereka lebih pantas menjadi kakak beradik dibandingkan ibu dan anak. Karena usia Maria dan Sherly yang hanya berbeda beberapa tahun saja.
"Maria, kita harus berangkat sekarang jika tidak kita berempat bisa ketinggalan pesawat." Ucap Tuan William menengahi obrolan mereka berdua.
Maria mengangguk. Sekali lagi dia memeluk Sherly sambil mencium kedua pipi Putri tirinya. "Ya sudah, kami pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. Ken, kau harus menjaga keponakanmu yang cantik ini dengan baik."
Dari Sherly pandangan Maria bergulir pada adiknya. Namun Ken tak memberikan tanggapan apa-apa. Dia hanya diam dan menatap sang kakak dengan pandangan dingin.
Bianca memeluk Maria. Dia meminta maaf karena tak bisa mengantarkan mereka ke bandara. Dan rumah pun menjadi sepi sekali setelah kepergian mereka berempat. Rasanya belum puas Sherly melepaskan rindunya pada ayah, kakak serta ibu tirinya. Tetapi waktu begitu cepat memisahkan dirinya dari mereka semua.
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
ayo Sherly cati bukti kecurigaanmu
2023-01-02
1
Franda Frans
happy new year makk,,,
ih gemes deh sama Erik dan nyonya Bianca
2023-01-01
0
Ros Sita
Sherly ayo dong cari tau hubungan antara ibu dan suami mu setelah itu cerai kan si eric dan nikah sama Ken ..hehe
2023-01-01
0