Kring! Kring!
Bel istirahat berbunyi, semua siswa dan siswi langsung bergegas menuju kantin sekolah.
Selain dengan Talitha, Elena juga pergi ke kantin bersama dengan Manda.
Manda memang bukan orang yang sering mem-bully Elena, hanya saja dulu Elena tidak suka dengannya karena dia terlalu frontal. Meskipun dia begitu, namun Elena yakin bahwa Manda tidak seperti Feby dan kawan-kawannya.
"Kenapa lihatin aku?" sinis Manda.
"Gak kenapa-napa kok," ujar Elena sedikit takut.
Ya, Manda memang begitu. Dia seolah-olah mempunyai sorotan mata yang membuat lawan bicaranya ketakutan.
Sesampainya di kantin, kami bertiga langsung membeli makanan dan minuman. Saat mengantri, banyak pasang mata yang memandang kearah Elena.
Elena menyadari tatapan orang-orang. Bagaimana tidak, ia sekarang menjadi murid baru dan pastinya orang-orang merasa asing dengan wajah Elena.
Seseorang menepuk pundak Elena, spontan Elena menoleh kebelakang. Elena sangat kesal dengan orang yang menepuknya, sebab orang itu adalah salah satu orang yang mem-bully fisik Elena.
"Murid baru ya?" tanya orang itu.
Karena pada dasarnya Elena sosok yang sabar, ia akan berusaha agar tidak emosi terhadap orang itu.
"Iya, aku murid baru," jawab Elena.
"Nama kamu siapa?"
"Alena," jelas Elena, karena tidak mungkin ia berkata bahwa dirinya bernama Elena.
"Boleh minta nomer teleponnya gak?"
Seumur-umur baru kali ini Elena dimintai nomer telepon oleh lelaki. Apalagi lelaki yang meminta nomer teleponnya adalah orang yang mem-bully Elena.
"Maaf sebelumnya, tapi aku gak mau kasih nomer aku ke orang yang baru dikenal."
"Ya udah kalau gitu kenalin nama aku Erick," ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
Karena Ibu kantin memberikan pesanan Elena, jadinya Elena malah menghiraukan uluran tangan Erick.
"Aku kesana duluan ya, soalnya lapar banget" ujar Elena kepada Talitha dan Manda.
Ada sedikit rasa bersalah karena tidak membalas uluran tangannya. Namun bagaimana tidak kesal, dia adalah orang yang mem-bully Elena dan sekarang dia tiba-tiba menjadi baik kepada Elena.
Memang benar kata orang, fisik adalah segalanya. Dengan memiliki wajah yang cantik, seseorang dapat dihargai.
Saat menikmati makanan, pandangan Elena terfokus pada seseorang yang berada lurus didepannya. Ia melihat Austin yang sedang menikmati makanan sambil melamun seperti seseorang yang sedang memiliki masalah.
Elena mengira bahwa orang sempurna seperti Austin tidak memiliki banyak pikiran. Namun ternyata semua orang sama saja, pasti ada saja masalah yang dihadapinya.
"Naksir ya sama Austin?" tanya Manda yang tiba-tiba duduk disebelah Elena.
"Enggak kok."
"Kamu naksir Austin? sama dong kalau gitu," sahut Talitha.
"Kamu suka sama Austin?" tanya Manda kepada Talitha. Lalu, Talitha mengangguk mengiyakan pertanyaan Manda.
Manda mengira bahwa Elena dan Talitha menyukai Austin, jadi dia memberitahu keduanya bahwa Austin tidak cocok dijadikan sebagai gebetan. Sebab, banyak sekali wanita-wanita yang menyukainya, namun tak ada satupun yang dipilih Austin.
Jadi, Manda menduga bahwa Austin tidak menyukai perempuan.
"Jangan suudzon, siapa tahu belum ada kriteria perempuan yang cocok sama dia."
"Iya bener, kamu jangan asal tuduh. Lagian aku lihat dia kayak lelaki normal kok," ujar Talitha yang tak terima Austin dijelek-jelekkan.
"Kalau gak percaya, coba kamu deketin dia deh. Nanti kalau Austin sama sekali gak tertarik, berarti dia benar-benar gak suka perempuan," ujar Manda kepada Elena.
"Kenapa harus aku yang deketin dia?"
"Soalnya menurutku, kamu yang paling cantik di kelas. Jadi aku suruh kamu deketin dia, karena biasanya gak ada lelaki yang menolak cewek cantik."
Elena tersipu malu dengan perkataan Manda. Meskipun wajah ini bukan wajah asli Elena, tetapi Elena senang mendengar pujiannya.
"Aku gak mau deketin Austin, soalnya kan Feby suka sama dia," jelas Elena.
Manda dan Talitha saling bertatapan, mereka heran mengapa Elena bisa mengetahui Feby, padahal Elena merupakan murid baru di sekolah ini.
"Kamu kok bisa tahu Feby," heran Manda.
Elena terdiam sejenak. "Soalnya waktu di kelas aku gak sengaja dengar dari orang kalau Feby suka sama Austin."
...****************...
Austin masuk kedalam kelas dan ia mengumumkan bahwa guru mata pelajaran terakhir tidak hadir hari ini. Jadi, semua murid kelas X MIPA 1 diperintahkan untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Elena mengambil tasnya dan ia berniat pergi keluar. Tiba-tiba, Austin mencegah Elena agar tidak keluar dari kelas. "Mau kemana?"
"Aku mau kerjakan tugasnya di perpustakaan."
"Oh gitu. Ya udah nanti jangan lupa kumpulkan tugasnya di meja."
Terdengar sorakan dari beberapa murid, hingga membuat Elena dan Austin kebingungan.
"Jangan lupa kumpulkan tugasnya ya," ejek beberapa orang.
"Apaan sih! gak jelas banget," ujar Austin sambil duduk di kursinya.
Ketika hendak pergi, Elena melihat tatapan sinis dari Feby. Ia merasa takut dengan tatapan itu. Karena Elena takut, akhirnya ia kembali duduk di kursinya. Sebab, jika ia keluar, takutnya Feby akan menyakitinya lagi seperti waktu itu.
"Kenapa gak jadi ke perpustakaan?" tanya Talitha.
"Soalnya aku malu kalau kesana sendiri," bohong Elena.
"Austin! temenin Elena ke perpustakaan sana!" teriak Manda.
"Ke perpustakaan sendiri aja. Manja banget sih jadi orang," sewot Austin.
Jleb!
Baru kali ini perkataan Austin membuat sakit hati. Padahal Elena sendiri bukan sosok perempuan yang manja, tapi Austin malah seenak jidat berkata seperti itu.
"Kamu kali yang manja!" kesal Elena.
Austin menahan tawanya, karena baru kali ini ada perempuan yang membalas perkataan Austin dengan nada kesal.
Melihat Austin yang seperti sedang mengejek, akhirnya membuat Elena memutuskan untuk pergi menuju perpustakaan.
Saat berada diambang pintu, Elena mendengar ucapan Austin yang berkata bahwa Elena sangat cengeng.
Skip
Selama di perpustakaan, bukannya mengerjakan tugas, tetapi Elena malah membaca novel. Elena tadi memang baru mengerjakan sedikit, namun karena capek menulis, akhirnya ia lebih memilih membaca novel.
Saking asiknya membaca novel, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Jadi, Elena buru-buru mengerjakan tugasnya karena ia ingin cepat-cepat pulang.
"Udah selesai belum tugasnya?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Elena.
Elena sekilas melihat kearah orang itu, lalu ia melanjutkan pekerjaannya tanpa menjawab pertanyaan orang itu.
"Cepetan!" perintah Austin.
"Sabar dikit dong, lagian kamu ngapain harus nunggu aku sih?" heran Elena.
"Kamu itu kan murid baru disini, jadi kamu gak akan tahu dimana mejanya Bu Poppy?"
"Ya nanti aku tanya aja ke guru-guru."
Setelah mendengar ucapan Elena, akhirnya Austin segera pergi meninggalkan Elena.
5 menit kemudian, tugas Elena sudah selesai. Ia buru-buru pergi menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments