Realita Tidak Seindah Ekspektasi

Realita Tidak Seindah Ekspektasi

Gadis yang memiliki banyak kekurangan

Aku iri dengan semua orang. Mereka hidup dengan wajah yang rupawan, maka dari itu mereka mendapatkan beberapa teman.

Sedangkan aku? tidak ada yang istimewa dalam hidupku. Wajahku tidaklah cantik dan aku juga bukan gadis kaya raya.

Aku hanya gadis yang memiliki banyak kekurangan, maka dari itu tidak ada yang ingin berteman denganku.

Namun suatu ketika, ada seorang murid baru yang ingin berteman denganku.

Ya benar, ada anak baru yang ingin berteman denganku. Kini anak baru itu duduk di sampingku sambil tersenyum kepadaku.

"Hai, aku Talitha. Nama kamu siapa?"

"Nama aku Elena Asteria."

"Namanya cantik seperti orangnya."

Elena terdiam, ia merasa Talitha mengejeknya. Ia kira Talitha orang yang baik, namun ia sama saja seperti teman-teman yang lain.

Disaat jam pelajaran, semua siswa dan siswi diharuskan untuk membagi kelompok. Disaat ini juga Elena hanya bisa pasrah, karena ia tahu bahwa tidak ada yang ingin sekelompok dengannya.

Ketika yang lain sibuk mencari kelompok, Elena hanya diam sambil menatap teman-temannya yang berlalu lalang.

"Elena!" panggil Bu Andira.

Elena menoleh kearah gurunya. "Ada apa, Bu?"

"Sudah dapat kelompok?"

Elena hanya menggeleng. Disisi lain, teman-temannya sibuk mengobrol seolah-olah mereka tidak ingin memasukkan Elena kedalam kelompoknya.

"Austin, masukkan Elina ke kelompok kamu ya," ujar Bu Andira.

"Baik, Bu"

Elena berjalan kearah kelompoknya. Saat berjalan, ia hanya menundukkan kepalanya karena ia tahu pasti Austin terpaksa menerima Elena.

Setelah duduk, Elena mengedarkan pandangannya kearah teman-teman kelompoknya. Dan benar saja bahwa mereka menatap sinis kearah Elena. Tetapi cuma Austin saja yang tidak menatap sinis kearah Elena, karena dia sibuk mencari materi di buku catatannya.

"Boleh pinjam buku catatan kamu gak?" tanya Austin.

"Boleh," ujar Elena sambil memberikan buku catatannya kepada Austin.

Setelah beberapa menit, akhirnya kelompok kami menuliskan jawabannya.

"Tulisan kamu rapih banget," puji Austin.

"Makasih."

"Apa kamu aja ya yang tulis, soalnya tulisan kita bertiga jelek banget."

Elena sadar akan hal itu. Austin memuji tulisan Elena agar dia bisa memanfaatkan Elena.

Apa boleh buat, sudah untung Elena mempunyai sebuah kelompok. Jadi mau tidak mau, Elena harus mengerjakan tugas kelompok ini walaupun ia harus menuliskan semua jawabannya.

Saat menuliskan jawabannya, terlihat dari sudut mata Elena jika dua orang temannya sedang berbisik sambil tertawa. Elena sangat yakin bahwa mereka sedang menertawakan Elena yang sedang dikerjai oleh Austin.

20 menit kemudian...

Selesai mengerjakan tugas kelompok, semua ketua kelompok langsung mengumpulkan tugasnya di meja. Setelah itu, semuanya pergi menuju kantin karena bel masuk baru saja berbunyi.

Seperti biasa, Elena pergi ke kantin tanpa seorang teman. Dari dulu sampai sekarang, ia selalu sendiri. Bahkan jika seseorang mengajaknya ke kantin, ia tidak mau. Karena pada saat di kantin, pasti ujung-ujungnya mereka bercanda soal fisik Elena.

Kulit Elena memang tidak putih seperti kebanyakan siswi yang lain. Jadi mereka sering mengatai Elena karena kulit Elena tidak seputih mereka.

Memang kecantikan tidak dilihat dari seberapa putihnya kulit seseorang. Tetapi jika perempuan mempunyai kulit putih, mereka akan terlihat lebih cantik.

"Elena," sapa seorang cowok.

Sontak Elena menoleh kearah cowok itu. Lalu cowok itu berbisik ke temannya. Kemudian mereka berdua tertawa sambil menatap jijik kearah Elena.

Elena hanya bisa menahan emosinya, ia tidak bisa melawan karena memang itu kenyataannya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seseorang yang jelek.

Kadang terbesit di pikiran jika ia ingin melakukan operasi plastik. Namun apa daya, Elena tidak mempunyai uang yang banyak. Jadi, ia urungkan niatnya itu, lagipula ia juga sebenarnya sangat takut jika harus melakukan operasi plastik.

Berbagai macam cara telah Elena lakukan. Mulai dari membeli scrub, handbody bahkan perawatan kulit wajah. Namun tetap saja tidak ada perubahan.

DOR!

Elena tersentak saat seseorang mengagetkannya. Ia menoleh kebelakang dan ternyata ada Talitha dibelakangnya.

"Ih ngagetin tahu!"

"Maaf ya," ujarnya sambil cengengesan.

Talitha mengajak Elena untuk pergi menuju kantin, karena ia tidak ingin pergi sendirian.

Meskipun Elena tahu bahwa Talitha tidak serius ingin berteman dengannya, ia tetap saja menerima ajakannya. Lagipula ia juga bosan jika istirahat sendirian.

Tetapi tetap saja, jika suatu hari nanti Talitha sudah mempunyai teman, dia pasti akan meninggalkan Elena. Dan pada akhirnya Elena tetap menyendiri.

...****************...

Talitha tersenyum, entah apa yang dipikirkannya. Tapi yang jelas, Elina tahu bahwa dia sedang mengejek Elena.

"Elena, kamu gak punya teman di sekolah ya?"

Elena menatap kearahnya. "Iya, aku gak punya teman sama sekali."

"Kenapa kamu gak coba berbaur dengan yang lain?"

"Aku udah berusaha berbaur sama mereka, tapi mereka selalu menjadikan aku sebagai bahan candaan. Makanya aku lebih memilih menjauh dari mereka."

Dari raut Talitha terlihat jelas bahwa dia merasa kasihan terhadap Elena.

Talitha mengambil ponselnya dan menunjukkan ponselnya kepada Elena.

Mata Elena membulat, ia tidak percaya bahwa Talitha menunjukkan daftar harga operasi plastik.

"Mau gak? kebetulan aku kenal sama dokternya. Karena aku kenal, jadi siapa tahu kamu bisa dapat diskon."

Memang niat Talitha baik, ia ingin agar Elena terlihat cantik. Namun seharusnya ia tidak langsung menyuruh Elena agar melakukan operasi plastik, karena itu membuat hati Elena sedikit sakit.

"Gimana? kamu mau gak?"

"Aku gak punya uang buat melakukan operasi plastik."

Tiba-tiba terlintas dipikiran Elena, ia berpikir bahwa Talitha juga telah melakukan operasi plastik.

"Aku boleh tanya sesuatu gak?"

"Boleh," jawab Talitha.

"Kamu operasi plastik ya?"

"Enggak kok. Aku kasih saran ke kamu agar kamu operasi plastik bukan karena aku juga melakukan operasi plastik," ujarnya dengan penuh penegasan.

Padahal Elena hanya bertanya, namun Talitha malah menjawabnya dengan nada kesal. Jadi, itu membuktikan bahwa memang benar bahwa dia telah melakukan operasi plastik.

Elena terus memperhatikan wajah Talitha dengan seksama, tetapi ia bingung dengan bagian wajah mana yang di operasi. Setelah dilihat baik-baik, sepertinya Talitha mengoperasi hidungnya.

"Kamu kenapa lihat aku kayak gitu? pasti kamu mengira aku operasi plastik ya?" sinis Talitha.

"Enggak kok. Aku lihat kamu karena terpesona sama kecantikan kamu."

Talitha tersipu malu dengan perkataan Elena. Yang tadinya dia kesal, kini berubah kembali menjadi ramah.

"Oh iya! habis pulang sekolah, kamu mau kemana?"

"Ya pulang lah."

"Gimana kalau kita jalan-jalan dulu. Soalnya kan aku baru pindah kesini, jadi aku pingin tahu tempat-tempat hits disini."

"Kalau kamu mau cari tempat hits, lebih baik kamu tanya ke yang lain deh. Soalnya aku gak pernah pergi ke tempat kayak gitu."

Terpopuler

Comments

Riyu AM

Riyu AM

"kau mengagetkanku"
rsanya lbh pas deh thor

2023-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!