Kebanyakan orang mungkin akan langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah. Namun tidak denganku, terkadang aku selalu pergi ke dermaga untuk melihat-lihat perahu sambil merenungkan nasibku.
Aku memang sering merenung, entah itu memikirkan masalah keluarga ataupun hal lainnya.
Jika bertanya soal orang tua, jujur aku capek mendengarkan ucapan mereka yang selalu membahas mengenai uang.
Ya, mereka selalu meributkan masalah uang. Bahkan saking tidak mempunyai uang, ayahku sering meminjam uang kepada kedua orang tuanya, alias pada nenek dan kakekku.
Tanpa sadar, air mataku menetes. Sebenarnya ada satu hal yang membuatku menangis, yaitu aku ingin mempunyai banyak teman. Aku ingin orang-orang menghargai aku walaupun aku tidak memiliki wajah yang cantik.
Beruntung sekali orang-orang yang memiliki wajah cantik, pasti ia menikmati kehidupan dengan mudah.
Dengan posisi sekarang, aku jadi berniat ingin menjatuhkan diri ke laut, supaya aku tidak memikirkan beban lagi.
Aku berdiri dan berjalan lurus kedepan. Entah kenapa pikiranku sangat kacau hari ini, bahkan terdengar suara-suara yang menyuruhku untuk mengakhiri hidup.
Byurrr!
Aku tenggelam kedalam laut. Mungkin dalam beberapa menit saja, aku akan mati.
"Elena!"
Terdengar samar-samar suara yang memanggilku. Aku tidak tahu itu siapa, tetapi aku harap dia tidak menolongku.
...****************...
Kring! Kring!
"Alena, bangun!" teriak seseorang.
Spontan aku membuka mataku. Aku terkejut saat seseorang membangunkanku.
"Cepat mandi, habis itu sarapan."
Aku masih mematung, karena aku tidak tahu ini dimana. Yang aku ingat, aku tenggelam di laut. Tapi mengapa aku masih hidup?
"Kok malah bengong sih."
Aku menatap pada orang itu. "Anda siapa?"
Orang itu hanya tertawa. "Pagi-pagi udah ngelawak."
Aku semakin bingung karena aku sama sekali tidak mengenal orang itu.
"Cepat mandi! oh iya, nanti Mamah aja ya yang antar ke sekolah baru kamu," ujarnya, lalu ia keluar dari kamar.
Ada apa ini? mengapa orang itu menyebut dirinya Mamah?
Aku memandang kesekitar. Melihat keadaan kamar ini, membuat aku yakin kalau ini rumah orang kaya.
Apa jangan-jangan keinginanku untuk menjadi orang kaya terkabul? kalau hal ini terkabul, mungkin wajahku juga akan berubah menjadi cantik.
Aku berjalan kearah cermin besar dan betapa terkejutnya aku saat melihat diriku.
Cantik.
Itulah kata yang mendefinisikan diriku saat ini. Mungkin aku sangat percaya diri, namun kenyataannya sekarang aku memang cantik.
Cklek!
Orang yang menyebut dirinya sebagai Mamah datang lagi menghampiriku.
"Alena, kamu kenapa sih? Mamah kan udah bilang cepetan, tapi kok kamu malah senyum-senyum sambil lihatin cermin."
Alena? jadi namaku berganti menjadi Alena?
"Iya. Alena sekarang mau mandi kok," ujarku.
Skip
Aku menikmati sarapan pagi bersama kedua orang yang menyebut dirinya sebagai Mamah dan Papah.
Oke, mulai sekarang aku harus melupakan kehidupanku yang dulu dan fokus untuk kehidupanku yang baru. Mulai sekarang namaku Alena, bukan Elena. Dan mulai hari ini juga, kedua orang yang kini bersamaku akan ku anggap sebagai kedua orang tuaku.
"Pah, biar Mamah aja ya yang antar Alena ke sekolah," ujar Mamah.
"Ya udah, tapi bawa mobilnya hati-hati," ujar Papah.
"Iya, Pah."
Tiba-tiba Papah memberikan sesuatu kepadaku. "Ini handphone baru buat kamu. Tapi ingat, jangan dihilangkan lagi handphonenya." Lalu, aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Papah.
...****************...
Selama diperjalanan, Elena hanya tersenyum. Baru kali ini ia merasakan kehidupan yang sangat menyenangkan.
Entah mimpi atau bukan, tapi yang pasti Elena sangat menyukainya.
"Mah, sekolah baru aku dimana?."
"Kamu aneh deh. Kamu waktu itu kan bilang kalau kamu mau sekolah di SMA Merdeka."
Kebetulan macam apa ini? bisa-bisanya aku ke sekolah itu lagi. Padahal aku ingin sekali pindah dari sekolah yang sebagian isinya adalah pembully.
"Mah, aku gak mau sekolah disana."
"Kamu udah daftar disitu loh, masa iya harus pindah lagi."
Aku terdiam dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Semoga nanti orang-orang tidak mengejekku lagi.
"Kamu kenapa berubah pikiran sih? padahal kamu sendiri yang ingin sekolah disitu."
"Aku takut di-bully, soalnya ada rumor yang bilang kalau sekolah itu banyak pembully."
"Kamu tenang aja. Kalau kamu di-bully, nanti bilang aja ke Mamah sama Papah."
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, akhirnya Elena sampai di sekolahnya.
Elena dan Mamahnya pergi menuju ruang guru. Disepanjang perjalanan kesana, banyak sekali orang yang menatapnya.
Elena takut dengan tatapan mereka. Mungkin juga karena ia sering di-bully, makanya dirinya merasa ketakutan.
"Kamu kenapa nunduk jalannya?"
"Aku malu. Soalnya aku gak cantik."
"Kamu ngomong apa sih. Kamu itu cantik Alena. Lihat! orang-orang memperhatikan kamu karena mereka terpesona sama kamu."
Elena menatap kesekitar, lalu orang-orang tersebut tersenyum kepada Elena. Sepersekian detik, Elena tersadar bahwa sekarang dirinya memang menjadi perempuan yang cantik.
"Jadi gini rasanya jadi orang cantik," batin Elena.
...****************...
Elena masuk kedalam kelas bersama wali kelasnya. Sejujurnya ia sedikit takut, karena ia berada dikelasnya, yaitu kelas X MIPA 1.
Wali kelas menyampaikan kepada murid-muridnya bahwa ada murid baru. "Alena, silahkan perkenalkan diri kamu," perintahnya.
"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Alena."
"Hallo Alena," sahut beberapa murid lelaki.
"Alena silahkan duduk dikursi yang kosong," tunjuk wali kelas pada kursi disebelah Talitha.
Elena berjalan kearah Talitha. Lalu, ia duduk disebelah Talitha.
Saat duduk, semua pandangan tertuju pada Elena. Akhirnya ia menunduk karena sedikit canggung.
"Nama kamu Alena?" tanya Talitha. Kemudian, Elena hanya mengangguk.
"Oh iya! kenalin nama aku-"
"Talitha," ujarku.
"Kok kamu bisa tahu," heran Talitha.
Elena bingung harus menjawab apa, harusnya tadi ia tidak menyebutkan nama Talitha.
"Pasti kamu salah satu followers aku ya?" tanya Talitha. Lalu, Elena hanya mengangguk.
"Btw, aku denger katanya ada murid yang bunuh diri. Menurut kamu, dia gimana orangnya?" tanya Elena, karena ia ingin tahu bagaimana reaksi Talitha tentang Elena yang bunuh diri.
"Aku gak tahu sih, soalnya aku juga murid baru di sekolah ini. Jadi aku gak begitu tahu sifat asli dia," jelas Talitha.
Benar juga apa kata Talitha, wajar jika dia bilang seperti itu. Harusnya Elena bertanya kepada yang lain tentang pendapat mereka mengenai Elena.
"Tapi aku yakin kalau dia orang baik kok, cuma ya minusnya dia kurang bergaul sama teman-teman," ujar Talitha tiba-tiba.
"Dia gak bergaul mungkin karena ada alasan."
"Iya sih, waktu itu dia sempat bilang kalau dia di-bully sama beberapa teman di kelas," ujar Talitha.
Ternyata Talitha memang orang yang baik, terbukti dengan perkataannya yang persis dengan apa yang Elena katakan padanya waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments