TMKS 05. Menolak

Kelopak-kelopak bunga bougenville berjatuhan di atas hamparan rumput manila yang berada di taman rumah sakit. Mereka seakan tak lagi memiliki daya untuk mengeratkan pelukannya kepada sang ranting. Hingga membuatnya berjatuhan dan ada pula yang membiarkan sang bayu membawanya terbang entah kemana.

Hana dan Nara duduk berdampingan di sebuah bangku taman yang terbuat dari beton. Keduanya sama-sama menatap ke arah depan di mana dari tempat mereka duduk saat ini nampak bangunan rumah sakit yang berada di sayap bagian selatan. Serta sama-sama hembusan sang bayu yang sedari tadi terasa begitu sejuk menerpa tubuh keduanya.

"Tanpa sengaja, aku melihat story yang kamu buat di Whatsapp. Ada keperluan apa kamu di rumah sakit ini? Dan siapa yang sakit, Han?"

Sejenak larut dalam keheningan, pada akhirnya Nara bersuara untuk membuka obrolan dengan sang sahabat. Ia benar-benar ingin tahu ada keperluan apa sahabatnya ini sampai berada di rumah sakit.

"Semalam ayah kecelakaan, Ra. Dia ditabrak oleh pengendara sepeda motor yang tengah mabuk..."

Hana menghentikan sejenak ucapannya kala dadanya dipenuhi oleh rasa sesak yang teramat mendera. Jika teringat akan kejadian semalam, rasa-rasanya ia ingin mati saja karena tidak sanggup melihat bagaimana sengsaranya sang ayah dalam melawan maut.

Nara terhenyak dengan kedua bola mata yang terbelalak lebar. "Om Ndaru kecelakaan? Lantas, saat ini bagaimana keadannya Han? Om Ndaru baik-baik saja kan?"

Hana membuang napas sedikit kasar seraya mengangguk pelan. "Iya Ra, ayah sudah ditangani oleh tim dokter. Ayah harus menjalani tindakan operasi karena mengalami gegar otak."

"Ya Tuhan ... Aku turut prihatin mendengarnya Han," ucap Nara dengan nada sendu. Di sudut mata gadis itu juga nampak kristal-kristal bening berkumpul di sana. Mulai jatuh perlahan, satu persatu.

"Terima kasih banyak Ra."

Nara tersenyum tipis. Ia bisa melihat dari raut wajah Hana jika saat ini sang sahabat tengah berada di situasi yang serba sulit. Nara paham betul tentang bagaimana kondisi finansial keluarga Hana. Hana merupakan seorang anak yang hidup di tengah-tengah keluarga kurang mampu. Bahkan mereka harus bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Nara meraih telapak tangan Hana dan ia genggam dengan erat. "Han, kamu adalah sahabatku. Jika ada kesulitan yang sedang kamu alami, jangan sungkan untuk bercerita kepadaku. Aku pasti akan membantumu."

Hana yang sebelumnya menatap ke arah depan, kini ia geser pandangannya ke arah samping di mana Nara berada. Ia yang merasa sedikit tidak paham dengan ucapan Nara, namun tidak dapat ia ingkari jika ucapan Nara ini seperti oase di padang hatinya yang tandus. Di mana ia menemukan jalan buntu untuk melunasi tagihan rumah sakit yang jumlahnya begitu fantastis.

"Ra, aku ....."

Hana tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia teramat takut jika ada yang menganggapnya sebagai orang yang memanfaatkan kebaikan sahabatnya sendiri. Ingin rasanya ia pendam saja beban itu. Namun semua tidak akan pernah bisa untuk membawanya ke dalam sebuah jalan keluar.

"Berapa Han? Berapa total tagihan rumah sakit untuk biaya operasi dan juga pemilihan om Ndaru?"

"Ra..."

"Han, aku adalah sahabatmu sejak kita duduk di bangku SMA. Kamu masih ragu akan niatku ini kah? Aku serius ingin membantu pengobatan om Ndaru."

"Total operasi ayah seratus lima puluh juta dan baru aku bayar sepuluh juta, Ra. Masih ada kekurangan seratus empat puluh juta."

Suara Hana lirih terdengar di telinga Nara. Wanita itu seakan tidak enak hati meminta bantuan kepada sahabatnya ini karena seharusnya biaya operasi sang ayah menjadi tanggung jawabnya.

"Aku akan membantumu Han. Hari ini juga aku akan membayarkan semua tagihan rumah sakit. Namun, aku minta tolong satu hal kepadamu."

Kini giliran tubuh Hana yang terkesiap. Ia yang sebelumnya merasa tidak enak hati karena merepotkan sang sahabat, saat ini keadaan seakan berubah seratus delapan puluh derajat. Ia merasa jika sahabatnya ini begitu pamrih karena ada hal yang harus ia lakukan.

"M-minta tolong perihal apa Ra?"

"Menikahlah dengan kekasihku!"

"Apa???!!!"

"Sssttttt. Jangan teriak Han! Jaga suaramu!"

Dengan gerak cepat, Nara membekap mulut Hana karena suara sahabatnya ini cukup memekakkan telinga. Hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang di sekitar menoleh ke arah mereka. Setelah Hana sedikit lebih tenang, ia kembali melepaskan bekapan tangannya.

"Ra, kamu bercanda? Mana mungkin aku menikah dengan kekasihmu Ra? Gila kamu Ra!"

Hana masih teramat syok dengan apa yang menjadi permintaan Nara. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa Nara memiliki permintaan yang sangat konyol seperti ini.

Nara tersendiri tipis seraya menggeleng pelan. "Tidak Han, aku serius. Aku memintamu untuk menikah dengan kekasihku. Tapi kamu tenang saja, karena ini semua hanya sementara dan pura-pura."

Hana yang masih belum bisa mencerna dengan baik permintaan Nara, kini semakin dibuat bingung akan penjelasan yang diutarakan. Kata sementara dan pura-pura itulah yang membuat Hana dipenuhi oleh berjuta tanda tanya.

"Maksud kamu apa lagi Ra? Sementara? Berpura-pura? Apa maksud itu semua?"

"Jadi begini Han. Kamu menjadi istri kekasihku hanya selama dua ratus hari. Setelah itu kalian bisa bercerai."

"Gila kamu Ra! Aku tidak mau!" timpal Hana sedikit emosi mendengar ucapan Nara yang terdengar menggelitik telinga ini. "Pernikahan itu hal yang sakral Ra. Bukan untuk main-main!" sambungnya pula.

"Pernikahan yang akan kamu jalani dengan kekasihku akan tetap sakral, Han. Namun bedanya ada perjanjian di atas kertas. Dan pernikahan itu harus berakhir jika sudah tiba waktunya."

"Aku sungguh tidak mengerti apa yang kamu pikirkan tentang pernikahan kontrak seperti ini Ra. Aku tetap tidak bisa untuk melakukannya!"

Hana seketika bangkit dari posisi duduknya. Ia berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit meninggalkan Nara yang masih terduduk di bangku taman. Hati wanita itu sedikit mencelos, tidak menyangka jika sahabatnya menawarkan permainan seperti ini.

Nara yang masih terduduk di bangku taman hanya bisa tergelak pelan. Ia masih saja terlihat begitu santai dan tenang. Meskipun Hana nampak menghindar dan tidak menyetujui semua rencananya, namun ia yakin jika sahabatnya ini akan kembali menemuinya untuk mengikuti kemana arah dan tujuannya.

"Kita lihat Han, seberapa kuat kamu teguh dalam pendirian. Aku optimis, paling lambat besok siang, kamu pasti akan menemuiku."

***

Hana berjalan mondar-mandir di dalam ruang rawat sang ayah dengan menggigit-gigit ujung kuku jari telunjuknya. Hati wanita itu seakan begitu kalut luar biasa karena sampai detik ini pun tidak ada yang bisa menolongnya.

"Ah ... Mengapa aku tidak meminta tolong ke mas Taka saja? Barangkali dia bisa membantuku."

Hana mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia cari nomor kontak Taka yang ia yakini bisa menolongnya dalam keadaan seperti ini. Baru saja Hana akan melakukan panggilan telepon, tiba-tiba...

Terdengar pintu ruangan dibuka dari luar. Hana mengedarkan pandangannya ke arah sumber suara dan tak selang lama Taka nampak memasuki ruangan ini.

"Mas Taka!"

"Hai Hana, aku minta maaf karena baru sempat datang menjenguk om Ndaru," ucap Taka dengan nada bersalah. Seharusnya sejak kemarin ia menemani Hana yang notabene sebagai partner dalam berjualan di warung tenda.

Hana tersenyum tipis. "Tidak apa-apa Mas. Aku tahu mas Taka sedang sibuk. Aku justru yang minta maaf karena mungkin untuk beberapa minggu ini, aku belum bisa menemani mas Taka berjualan."

Taka mengacak rambutnya asal seraya membuang napas kasar. Wajah lelaki ini nampak begitu frustrasi.

"Han ... Mulai hari ini kamu tidak perlu lagi memikirkan perihal jualan kita di warung tenda..."

Hana terperangah dengan kedua bola mata yang membulat sempurna. Hari ini ada banyak hal yang tidak ia mengerti namun datang menimpanya.

"M-maksud mas Taka apa? Apa mas Taka memecatku?"

Taka menggelengkan kepala pelan sembari mengusap wajahnya kasar. Ia merasa tidak sampai hati ketika harus membawa berita ini.

"Rumahku kebakaran, Han. Tidak ada yang tersisa selain hanya puing-puing bangunan!"

"Ya Tuhan...."

.

.

.

Terpopuler

Comments

Ahmad Affa

Ahmad Affa

sahabat lucknutttssss tp gpp semoga dengan begini Hana bakalan menemukan kebahagiaan bersama Hiro 😌 biarpun di awal bakalan macem kucing sama tikus kan " witing tresno iku jalaran soko kulino..." 😊 semngat Hana 💪💪

2023-01-06

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

niatnya mau minta tolong..... malah gak jadi🤦....
sama² kena musibah.....😢

2023-01-05

0

Umaymay Sifa

Umaymay Sifa

semangat Nara💪💪

2023-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!