TMKS 04. Sebuah Ide

"Sebenarnya hal penting apa yang ingin kamu bicarakan, Ro? Sampai membuatmu datang sepagi ini ke apartementku?"

Sesuai janji yang terucap, Nara bangun dari tidurnya setelah setengah jam ekstra waktu yang diberikan oleh Hiro telah habis. Ia menyusul Hiro ke balkon dan ia daratkan bokongnya di sebelah Hiro.

"Kakek memintaku untuk segera menikah, Ra!" jawab Hiro singkat, dengan pandangan yang tidak lepas dari hiruk pikuk keramaian jalanan kota yang ada di bawah sana.

"Apa? Kakekmu memintamu untuk segera menikah? Itu artinya kamu ingin agar aku juga bersedia untuk cepat-cepat menikah denganmu?" pekik Nara terkejut setengah mati. "Tidak, tidak, tidak, aku tidak bisa jika saat ini aku harus segera menikah denganmu Ro. Kamu ingat kan apa yang menjadi pembicaraan kita?"

Hiro hanya bisa mengacak rambutnya kasar. Ia ingat betul akan apa yang dibahas dengan Nara perihal pernikahan mereka. Di mana Nara akan bersedia untuk dinikahi setelah masa kontraknya membintangi sebuah iklan produk kecantikan telah usai.

"Iya, aku ingat betul itu Ra. Namun sekarang yang jadi masalah, kakekku tidak setuju jika aku menikah denganmu. Ia memintaku untuk mencari calon lain!"

"Ckckckck ... Kakekmu itu benar-benar aneh. Apa coba yang kurang dariku? Aku wanita mandiri, cerdas, berpendidikan tinggi dan seorang foto model. Apa lagi yang ia cari?"

Nara berdecak kesal setelah mendengar Ichiro tidak menginginkannya untuk menjadi pendamping hidup sang cucu. Ia merasa sudah menjadi wanita paling sempurna dengan segala pencapaian yang ia miliki saat ini. Namun mengapa ada orang seperti Ichiro yang tidak mendambakan cucu menantu sepertinya?

Hiro mengedikkan bahu. Sejatinya ia juga tidak paham mengapa sang kakek sampai tidak menyetujuinya untuk menikah dengan Nara. Ingin rasanya ia mencari tahu akan apa alasannya. Namun, ia sadar bahwa untuk saat ini bukan perkara itu yang harus ia selesaikan. Melainkan jalan keluar seperti apa yang harus ia tempuh.

"Lalu, menurutmu sekarang aku harus bagaimana? Kakek memintaku untuk segera menikah tapi bukan denganmu. Namun di sisi lain, aku tidak bisa menikah jika tidak denganmu, Ra. Karena hanya kamu yang aku inginkan untuk menjadi istriku. Bukan yang lain."

Nara tersenyum penuh arti. Dengan rasa cinta yang Hiro miliki untuknya sudah cukup menjadi senjata untuk bisa mengendalikan kekasihnya ini.

"Tunggu sebentar Ro. Memang apa yang dijanjikan oleh Kakekmu ketika memintamu untuk cepat-cepat menikah? Apakah ada warisan khusus yang akan diberikan kepadamu jika kamu menuruti permintaannya?"

"Ya, memang ada. Kakek akan langsung menyerahkan perusahaan yang saat ini aku pegang kepadaku tanpa harus menunggu beliau meninggal terlebih dahulu. Dan kakek juga sudah menyiapkan sebuah rumah mewah di tepian danau yang bisa aku tinggali setelah menikah nanti."

Wajah Nara terlihat bersinar terang layaknya mentari pagi. Di dalam benak wanita itu sudah bermunculan pundi-pundi rupiah dan kemewahan yang dimiliki oleh Hiro. Nara terdiam sejenak. Wanita itu seakan sedang mencari celah agar bisa keluar dari semua permasalahan ini.

"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu Ro. Sayang sekali jika kamu tidak mengambil kesempatan emas ini."

Kening Hiro berkerut dalam. Ia masih belum bisa menangkap ke mana arah pembicaraan kekasihnya ini.

"Maksud kamu apa Ra? Mana bisa aku menikah jika tidak denganmu."

Senyum manis terbit di bibir Nara. Ia meraih telapak tangan Hiro dan menggenggamnya erat. "Kita pasti akan menikah Ro, tapi nanti. Nanti jika sudah tiba saatnya, di mana aku telah menyelesaikan masa kontrakku."

"Lantas bagaimana aku harus memenuhi permintaan kakek? Sedangkan aku hanya ingin menikah denganmu."

"Berkorbanlah sedikit saja Ro. Berkorban untuk cinta kita nantinya. Kamu sanggup kan melakukannya?"

Bukan pemahaman yang di dapatkan oleh Hiro namun justru rasa bingung yang semakin menjadi-menjadi. Berjuta-juta pertanyaan bermunculan di dalam benak Hiro.

"To the point saja Ra! Apa maksud ucapanmu ini?"

"Aku akan mencarikan untukmu seorang wanita yang bisa kamu nikahi. Namun pernikahan itu hanya sebatas pernikahan kontrak. Pernikahan itu akan berakhir jika masa kontrak itu telah selesai."

Kedua bola mata Hiro terbelalak dan membulat sempurna. Ia tidak habis pikir jika Nara sampai memiliki pemikiran seperti itu. Apa yang disampaikan oleh Nara sungguh bertentangan dengan nuraninya. Di mana ia merasa tidak selayaknya sebuah pernikahan dibuat main-main.

"Apa kamu kamu bilang, Ra? Kamu bercanda? Mana bisa aku melakukan itu semua Ra? Pernikahan itu adalah sebuah ikrar suci yang tidak selayaknya dibuat main-main. Tidak, aku tidak setuju Ra!"

Nara merapatkan tubuhnya di tubuh Hiro. Ia bergelayut manja di lengan tangan sang kekasih. "Ini hanya untuk sementara Sayang. Percaya padaku semua akan baik-baik saja. Anggap saja ini bentuk pengorbanan kita untuk bisa bersama Sayang."

"Lalu, wanita mana yang mau melakukan pernikahan kontrak yang konyol seperti itu Ra? Siapa yang mau?"

"Tenang Sayang. Itu semua biar menjadi urusanku!"

***

Sepulang Hiro dari apartemen miliknya, Nara membuat satu mangkuk sereal untuk mengisi perutnya di pagi hari ini. Kali ini, ia memerlukan waktu sejenak untuk sendiri sembari mencarikan calon untuk Hiro.

Nara mencoba berselancar di dunia maya. Ia mencoba untuk mengakses situs pencarian jodoh online. Ia berpikir barangkali bisa bertemu dengan calon istri kontrak untuk Hiro.

"Eh tunggu, jika melalui situs pencarian jodoh online seperti ini, aku khawatir kalau Hiro akan mendapatkan wanita yang tidak baik. Lebih baik orang yang aku kenal saja."

Nara mengurungkan niatnya. Ia beralih membuka aplikasi whatsapp dan mencoba untuk melihat story yang ada di handphone miliknya. Hingga tatapan mata Nara terhenti pada salah satu story milik seseorang.

"Hana? Ini mengapa Hana ada di rumah sakit? Siapa sebenarnya yang sakit?"

***

Hana mendaratkan bokongnya di sebuah bangku dari beton yang berada di taman rumah sakit. Ia terdiam, membisu dan larut dalam pikirannya sendiri. Merasakan kekalutan yang entah bagaimana caranya bisa menghilang dari pikiran maupun hati.

Hana membuka salah satu aplikasi novel online di mana setiap harinya ia menuangkan ide yang ia punya di sana. Sebuah platform novel online yang selama satu tahun terakhir ini ia gunakan sebagai media untuk berkarya. Meskipun masih amatiran, namun ia merasa sedikit bangga karena ada yang membaca tulisannya. Meskipun itu hanya sekedar hitungan jari.

"Haaahhh .. Seandainya saja aku bisa seperti para penulis-penulis famous itu, pasti aku tidak kebingungan mencari tambahan biaya untuk operasi ayah."

Hana membuang napas kasar melalui mulutnya. Saat ini, ia harus memutar otak untuk bisa membayar tagihan rumah sakit untuk biaya operasi dan pengobatan sang ayah. Pastinya dalam jumlah yang cukup fantastis.

"Tabungan sepuluh juta di rekening sudah habis aku gunakan untuk DP, sisanya aku harus mencari kemana?"

Hana semakin kalut. Apa yang menimpanya seperti sebuah simpul yang sukar untuk terurai. Tidak hanya pikiran, raganya juga harus bertindak untuk bisa segera keluar dari kesulitan hidup ini. Berkali-kali ia bermonolog lirih untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Hana!"

Pikiran Hana yang sebelumnya berkelana sampai mana-mana, kini kembali ke tempatnya semula. Ia menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari balik punggungnya.

"Nara!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Ahmad Affa

Ahmad Affa

egois kamu nara 😌

2023-01-06

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

masih nyimak thor

2023-01-05

0

candra rahma

candra rahma

jangan di bikin hancur lebur ya kak kehidupan hana jikalau hrs nikah sama Hiro bikin Hiro sayang kak sedih bgt dah kita py anak gadis ikut ngrasain gmn rasanya di posisi hana

2022-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!