TMKS 02. Tragedi

Ichiro masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Bedanya, lelaki yang sebelumnya berada di dalam ruang ICU, untuk saat ini ia dipindahkan ke ruang rawat kelas VVIP. Wajah yang sebelumnya terlihat pucat pasi, kini perlahan segar kembali. Bahkan raut penuh kebahagiaan terlukis jelas di wajah saat melihat seluruh anggota keluarganya berkumpul di ruangan ini.

"Pa, Ayumi dengar dari Hiro jika setelah Papa membuka mata, Papa meminta Hiro untuk segera menikah. Apa itu benar Pa?"

Ayumi yang sebelumnya pulang ke rumah untuk berganti pakaian, bergegas kembali ke rumah sakit kala mendapatkan kabar bahwa sang ayah sudah sadar. Bahkan wanita berusia paruh baya itu tidak sempat memoles wajahnya dengan make-up agar bisa segera melihat kondisi sang papa. Meski tidak dipoles make-up namun cantik natural wanita itu masih terpancar jelas.

Ichiro menganggukkan kepala pelan. "Apa yang Hiro katakan benar. Aku meminta agar dia segera menikah. Aku ingin melihat cucuku menikah sebelum aku pulang ke pangkuan Tuhan."

"Pa ... Papa tidak boleh berkata seperti itu. Lihatlah, kondisi Papa berangsur membaik. Papa pasti akan sembuh," ucap Kenji mengingatkan bahwa sejatinya ucapan sang mertua tidaklah pantas untuk dilontarkan.

"Umur seseorang tidak ada yang tahu, Ken. Selagi Papa masih bisa membuka mata dan menghirup udara, Papa ingin melihat cucu kesayangan Papa menikah." Ichiro menautkan pandangannya ke arah Hiro yang terlihat sedikit gusar. "Kamu bisa memenuhi permintaan kakek kan Ro?"

Hiro membuang napas sedikit kasar. Situasi seperti ini sungguh membuat keadaannya semakin terjepit. "Hiro bisa memenuhi permintaan Kakek. Namun kekasih Hiro baru bisa Hiro nikahi enam bulan mendatang Kek. Dia harus menyelesaikan kontrak sebagai bintang iklan terlebih dahulu."

"Itu artinya dia tidak benar-benar mencintaimu Ro. Jika dia benar-benar mencintaimu dan ingin membina rumah tangga denganmu, dia pasti dengan sukarela melepaskan karirnya untuk menikah denganmu."

"Lalu, Hiro harus bagaimana Kek? Hiro tidak bisa memaksa Nara untuk segera menikah dengan Hiro karena masih ada kontrak kerja yang harus ia selesaikan. Jika tidak, dia harus membayar pinalti yang pastinya tidak sedikit nominalnya."

Dengan penuh kesabaran, Hiro memberikan pengertian kepada sang kakek. Satu hal yang menjadi tujuannya. Berharap Ichiro mau mengerti keadaannya.

"Carilah wanita lain. Kakek juga merasa jika kekasihmu itu bukanlah wanita baik-baik. Tidak ada aura keibuan dari wajahnya. Hidupmu tidak akan pernah bahagia jika kamu tetap bersikeras menikah dengan Nara."

"Tapi Kek, hanya Nara yang Hiro cinta. Hiro hanya ingin menikah dengan Nara, bukan dengan yang lain," ucap Hiro dengan lirih.

Kali ini ia harus lebih berhati-hati dalam bertutur kata agar tidak membuat emosi Ichiro memuncak. Jika sampai hal itu terjadi, pastinya akan berdampak buruk bagi kesehatan sang kakek.

"Hiro, kali ini percayalah pada Kakek. Kakek bisa melihat bahwa Nara bukanlah wanita baik-baik. Dan satu hal yang ingin Kakek sampaikan kepadamu dan semua yang ada di sini."

Hiro, Ayumi dan Kenji saling melempar pandangan. Dari kata yang diucapkan oleh Ichiro seakan ada satu hal yang teramat penting yang ingin disampaikan oleh lelaki berusia senja itu.

"Jika dalam waktu satu bulan ini kamu bisa mendatangkan gadis baik-baik di depan Kakek dan jika Kakek menyetujuinya lalu kamu bergegas menikahinya, perusahaan yang saat ini kamu pegang akan langsung Kakek berikan kepadamu. Tanpa harus menunggu Kakek mati terlebih dahulu."

Hiro terhenyak. "Kek, tapi bukan dengan cara seperti ini Kek!"

"Bukan hanya itu saja. Sudah Kakek menyiapkan sebuah rumah mewah yang terletak di tepian danau. Rumah itu bisa kamu tempati bersama istrimu nanti. Rumah itulah yang akan menjadi kado pernikahan untukmu."

Siapapun yang mendengar perkataan Ichiro pasti akan bahagia tiada tara mendapatkan segala kemewahan dan juga perusahaan. Namun sepertinya hal itu tidak terjadi pada Hiro. Hatinya justru dilanda oleh kegampangan dan kegalauan yang luar bisa. Ia memijit-mijit pelipisnya untuk mengurangi rasa pening di kepalanya.

Sekarang aku harus bagaimana Tuhan?

***

Seorang lelaki paruh baya mengendarai motor dua tak warna biru menembus jalanan yang nampak sedikit lengang di malam ini. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Seperti biasa di jam-jam seperti ini, ia harus menjemput sang anak yang sudah selesai bekerja. Pekerjaan sang anak memang dimulai menjelang petang hari, oleh karena itu di tengah malam seperti ini, ia baru selesai dari pekerjaannya.

Terkadang, ada rasa kasihan kepada sang anak. Untuk menyambung hidup, ia rela bekerja sampai tengah malam hanya demi asap dapur tetap mengepul. Meskipun ada rasa iba dan tidak tega, namun lelaki itu harus menampakkan wajah bahagianya ketika nanti ia berhadapan langsung dengan Hana.

Perasaan getir menguasai hati lelaki paruh baya itu. Sang anak yang seharusnya berbahagia dengan menikmati masa muda, yang terjadi justru sebaliknya. Hana harus pontang-panting bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidup.

Lima belas menit menyusuri jalanan kota, pada akhirnya, lelaki itu tiba di tempat yang ia tuju. Sejenak, ia hentikan motornya di bahu jalan dan ia tatap dari kejauhan sang anak yang sedang membereskan kursi-kursi plastik yang sebelumnya digunakan sebagai tempat duduk para pelanggan.

"Hana!" teriak lelaki itu ke arah sang anak.

Hana yang baru saja selesai membereskan kursi-kursi plastik, seketika menoleh ke arah sumber suara. Seutas senyum terbit di bibir kala melihat siapa gerangan yang memanggilnya. Seorang laki-laki yang begitu ia cintai terlihat melambaikan tangannya dari seberang jalan.

"Ayah!"

Hana selalu saja terlihat bahagia jika tiba waktunya dijemput oleh sang ayah setelah menyelesaikan pekerjaannya. Satu-satunya orang tua yang ia miliki sekaligus menjadi harta paling berharga yang ia punyai setelah ditinggal pergi oleh sang ibu untuk selama-lamanya pada saat melahirkannya ke dunia. Maka, untuk saat ini tidak ada lagi mimpi yang ia punya selain membuat hidup sang ayah bahagia. Ia rela bekerja hingga larut malam seperti ini hanya demi kebahagiaan sang ayah.

Sejatinya, ia memiliki sebuah profesi yang bisa menghasilkan uang dengan menjadi penulis di sebuah platform online. Namun, hasil yang ia dapatkan dari menulis belum sanggup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Hingga ia pun juga memutuskan untuk bekerja di warung bakmi Jawa milik Taka.

"Tunggu sebentar Nak!"

Hana mengerutkan kening kala sang ayah memintanya untuk menunggu. Pandangannya tertuju pada gerak-gerik sang ayah. Ia memberhentikan motor yang ia bawa di bahu jalan dan memilih untuk berjalan kaki menuju suatu tempat.

Hana sedikit kebingungan, mau kemana ayahnya ini. Ternyata Ndaru menuju penjual balon gas yang berada di persimpangan jalan. Hana tersenyum. Ia baru mengerti bahwa sang ayah berniat membelikan balon gas untuknya.

Ndaru, yang tak lain adalah ayah Hana menghampiri penjual balon gas di depan minimarket di persimpangan jalan. Lelaki paruh baya itu sedikit terenyuh melihat penjual balon gas ini. Seorang ibu dengan membawa dua anaknya yang masih kecil-kecil.

"Tengah malam seperti ini mengapa masih berjualan Bu?" ucap Ndaru sedikit penasaran.

"Ini saya tidak sedang berjualan Pak," jawabnya yang justru membuat Ndaru kebingungan.

"Tidak berjualan tapi mengapa Ibu masih ada di depan minimarket seperti ini?"

Si penjual balon hanya tersenyum tipis. Entah ada gejolak apa yang ada di dalam hatinya karena mata penjual itu tiba-tiba memanas dan membentuk titik-titik air di sudut mata.

"Setiap malam saya memang tidur di sini Pak, karena saya tidak memiliki tempat tinggal. Dan jika pagi sudah datang, saya meninggalkan tempat ini dan mulai berkeliling untuk berjualan balon."

Ndaru semakin terhenyak dengan cerita yang disampaikan oleh penjual balon gas ini. Pandangannya tertuju pada dua anak balita yang tengah tertidur pulas meskipun hanya beralaskan kardus bekas.

Hati Ndaru seakan tercubit. Ia baru sadar jika masih banyak orang-orang yang berada jauh di bawahnya. Namun mereka masih bisa tersenyum untuk menjalani hari-hari meskipun terasa begitu berat dan pahit.

Ndaru terhenyak. Tanpa terasa ia larut dalam pikirannya sendiri. "Kalau begitu, saya beli lima balon ini ya Bu."

Wajah Ibu penjual balon itu nampak terkejut namun tidak dapat diingkari jika ada binar kebahagiaan yang terpancar di sana.

"Bapak serius? Beli lima balon?"

Ndaru menganggukkan kepala. "Serius Bu. Kebetulan putri saya senang sekali dengan balon gas seperti ini. Saya ingin membelikannya."

Penjual balon itu terlihat bersemangat mengambil lima balon untuk Ndaru. Bahkan wanita itu tiada henti menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Ini balonnya Pak. Semoga putri Bapak senang."

"Berapa ini Bu?"

"Lima puluh ribu saja Pak!"

Ndaru merogoh saku celananya. Ia ulurkan lembaran uang seratus ribuan. "Nah, ini uangnya ya Bu. Kembaliannya Ibu simpan saja untuk jajan anak-anak Ibu."

Penjual balon seakan tak mampu untuk berkata apa-apa. Dengan tangan bergetar ia menerima uang dari Ndaru.

"Pak, ini..... Terima kasih banyak Pak, terima kasih!"

"Sama-sama Bu. Kalau begitu saya permisi."

Ndaru kembali mengayunkan tungkai kaki untuk menuju motor yang ia tinggal di bahu jalan. Ia berencana menyeberang jalan untuk menghampiri Hana yang masih sibuk membereskan tenda.

Dengan santai, Ndaru menyebrangi jalan. Namun tanpa disangka dari arah kiri terlihat sebuah motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ndaru terkejut setengah mati. Apalagi lampu motor pengendara itu terasa begitu menusuk kornea mata.

Ckiiiiiiitttttttt......

"Aaaahhhhhhh .....!!!"

Brak.... Brak.... Brak.....

Suara decitan rem, teriakan seseorang dan dan sesuatu yang terjatuh terdengar memenuhi udara. Hana membalikkan badan. Seketika kedua bola matanya terbelalak dan membulat sempurna kala mengetahui sang ayah yang sudah terkapar di tengah jalan dengan bersimbah darah. Dan balon-balon gas yang sebelumnya dibeli oleh Ndaru berterbangan di angkasa.

"Ayahhhhhh!!!!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

kenapa ada bawang...😭😭😭😭😭

2023-01-05

0

candra rahma

candra rahma

pingin nangis inget bpkku😢😢😢itu bpknya,semoga ga kenapa" ya

2022-12-31

1

Arthi Yuniar

Arthi Yuniar

Nama2 tokoh di novel ini bernuansa Jepang ya kak

2022-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!