5. Pasar Enam Belas

Semburat surya menggila-gila. Pasar 16 Ilir bermandikan pendaran cahaya nan menyengat. Banjirlah umat Wong Kito dalam bertransaksi ria. Rupiah kian berpindah-pindah dari tangan ke tangan. Dirasa Menteri Ekonomi patut berkunjung ke pasar nomor wahid di Kota Pempek ini, lalu tercengang menyaksikan geliat perekonomian yang sungguh luar biasa. Jika dipandangi dari helikopter, akan tampaklah anak-anak manusia serupa ribuan semut yang berhulu-hilir. Kicauan mereka laksana suara kerasak-keresek TV yang antenanya rusak. Hampir setengah jam dia berkeliling-keliling mencari Dodi. Entah Dodi ada di mana. Yang pasti Masayu sedang risau. Apa sebaiknya langsung ke parkiran, mungkin Dodi menunggu di mobil?

Sementara ada seorang lelaki yang berjalan tepat di belakang Masayu. Celana hitam ketat, baju kaos hitam bergambar tengkorak, kalung rantai yang melilit leher, gelang besi yang ada sedikit korosi menempel, dan ikat pinggang tengkorak, menyelimuti penampilannya. Raut wajahnya sangar dan matanya merah seperti habis menenggak dua botol whiskey. Kumisnya yang tebal dan rambutnya yang gondrong semakin menambah cap jiwa antagonisnya. Sedari tadi dia menguntit setiap pergerakan Masayu. Setiap tarikan napasnya terasa berat. Tiba-tiba Masayu berhenti di depan sebuah toko sandal. Dia ingat bahwa mamanya tadi menitip dibelikan sandal.

Cukup dua jari saja, tangan hitamnya berhasil menggasak dompet yang isinya bukan main banyaknya. Uangnya tak kurang dari dua juta rupiah. Dan dia kembali berpura-pura membeli sandal. Untungnya, Masayu merasa ada yang aneh. Lelaki di samping kanannya ini terlihat tampak mencurigakan. Lalu Masayu melihat isi tasnya dan tak dinyana dia merasa dompetnya telah lenyap. Masayu menjerit.

“Copet! Copet!”

Dengan gesit berandal pasar itu bergegas lari dengan sekencang-kencangnya. Dia sedikit beruntung sebab salah satu jalan di pasar ini sedikit sepi sehingga dengan leluasa dapat melarikan diri. Sementara Masayu bingung mesti berbuat apa selain dari minta tolong dari orang sekitar. Mendengar teriakan Masayu, beberapa orang terkejut, lalu dengan sigap menanyakan mana copet tadi.

“Yang pakai baju hitam....”

Sementara si copet sudah lumayan jauh dan perlahan-lahan mulai hilang di tengah kerumunan orang-orang. Celakalah nasibnya kalau sudah kedapatan oleh orang-orang pasar.Para pengejar berpencar pas tiba di ujung deretan ruko. Ada yang ke kiri dan ada yang ke kanan. Salah satu dari pengejar melihat seseorang yang mencurigakan.

“Woi! Copet!”

Ramai orang-orang mencari-cari orang yang dimaksud.

“Sini, mana dompet yang kau copet?!”

Lelaki penjaga pasar yang berbadan bak seorang TNI tanpa kompromi langsung menonjok wajah bujang itu. Tak cukup sekali, dia kembali memukuli wajahnya hingga memar.

“Dasar copet! Hebat nian kau di sini, berani nian kau!”

Dia coba mengelak dari pukulan dan tendangan. “Aku dak bersalah. Aku bukan copet.”

“Kalau ada maling yang ngaku, penjara bakal penuh.”

Pemilik toko keluar dari tokonya; pemilik lapak meninggalkan lapaknya; dan pembeli meninggalkan barang yang ingin dibelinya. Semua orang mau melihat si copet. Bahkan ada di antara mereka yang juga ingin memukulinya karena saking marahnya.

Wajahnya babak-belur. Bibirnya pecah dan berdarah. Pakaiannya kotor dan kusam. Dia masih saja menutupi kepalanya. Dan lelaki berbadan besar penjaga pasar berusaha mencekik lehernya.

“Kembalikan dompetnya!”

“Aku dak tahu, Kak,” jawabnya meringis-ringis.

Dia menghela napas pelan-pelan.

Satu tinjuan lagi mendarat di wajahnya sehingga dia terpental ke belakang dan terjengkang.

Seseorang masuk di antara kerumunan. Dia tercengang melihat kawannya. Tak percaya dia dengan apa yang terjadi.

“Ini kawan aku, Kak. Mana mungkin dia nyopet. Masya Allah!”

Orang itu mencoba berdiri di tengah-tengah, tepat di hadapan orang-orang yang main hakim sendiri. Dia dengan berani dan lantang menunjuk semua orang yang telah menggebuki kawannya atas tuduhan yang tidak benar. Dengan marah dia mendorong-dorong penjaga pasar yang telah membuat sahabatnya hampir mati.

“Kau salah, kalian salah. Dia bukan copet. Pokoknya kalian harus bertanggung jawab!”

Bujang yang sudah terkapar lemah ini menahan perih di badannya dan berusaha mengambil uang kertas sepuluh ribu dan secarik kertas catatan bordiran pesanan orang yang akan dibawanya.

“Pokoknya kawan aku harus dibawa ke rumah sakit!” Dia mendekati kawannya sambil mengusap air yang baru menetes dari matanya. Sungguh sedih hatinya kala ini melihat kawannya tadi tersungkur-sungkur. Dia berusaha membopong kawannya.Untungnya Masayu segera tiba di sana. Dia menanyakan mana dompetnya yang hilang.

“Benar dia copetnya?” tanya penjaga pasar.

Masayu memperhatikan wajahnya.

“Bukan.”

Semua orang terperanjat nian.

“Dik, kami minta maaf. Kami salah orang,” kata penjaga pasar.

“Ya sudah, Kak, dak apa-apa,” balas bujang itu.

“Apanya yang dak apa-apa, Raden? Kau sekarang terluka parah.”

Preman pasar bersama teman-temannya mengajak kedua bujang itu pergi ke Rumah Sakit A.K. Gani, lumayan jauh dari Pasar 16 Ilir.

***

Masayu masih berada di Pasar 16 Ilir. Banyak orang-orang yang menyuruhnya agar melaporkan ke polisi atas kasus yang terjadi tadi. Tapi katanya tidak usah karena dia tidak mau urusan itu jadi tambah ribet. Bukan masalah dompet dan uang di dalamnya, sungguh bukan, melainkan Masayu memikirkan keadaan bujang tadi. Kalau tidak kepikiran dengan pacarnya, ingin rasanya dia menjenguk bujang tadi.Akhirnya Masayu memutuskan untuk meninggalkan Pasar 16 Ilir. Kini dia sudah berada di Taman Nusa Indah lagi. Berteduh sejenak. Dia berjalan menuju parkiran. Dan tibalah Masayu di dekat mobil Dodi. Dodi dengan sigap membuka pintu mobil. Dilihatnya Masayu sedang kelelahan. Dodi menanyakan tadi pacarnya itu ke mana saja dan kenapa bisa berpisah di tengah pasar. Tapi Masayu menjawab bahwa dia tidak ingin bicara sekarang ini dan ingin tenang dulu.

Yaris merah itu berhenti di sebuah jalan di Perumahan OPI di Jakabaring. Tak terlalu jauh dari Jalan Kutilang. Di pinggir jalan ini Masayu selalu menunggu kedatangan Dodi ketika mau berpergian dan di sini pula Masayu selalu turun ketika sehabis diantar. Tak pernah sekalipun Dodi berkunjung ke rumah Masayu.

***

Sudah mafhum bahwa sejarah dan budaya Palembang tak terlepas dari pengaruh Melayu dan Jawa. Di zaman kerajaan dulu, orang-orang dari Jawa banyak menikah dengan orang Melayu yang tinggal di Palembang. Raden Muhammad merupakan sosok keturunan Jawa. Sementara Molek, istrinya, berkulit kuning langsat dan tatanan rambutnya bergelung. Perempuan itu berdarah Melayu. Raden Muhammad membuka toko kecil tempat membuat nomor plat kendaraan dan stempel di pinggir jalan yang tak jauh dari Masjid Agung. Sementara Molek bekerja di sebuah toko penjual pempek sebab beliau ahli membuat pempek. Karena tak punya modal besar untuk membuka usaha sendiri, beliau hanya bekerja ikut dengan orang dan bayarannya lumayan untuk menambah biaya keperluan sehari-hari. Dan kebetulan pekerjaan beliau itu sama seperti pekerjaan dari ibunya Vio. Keakraban mereka menjalar ke anak-anak bujang mereka rupanya.

Keseharian dari Raden Muhammad adalah bangun pagi sebelum matahari tampak dari ufuk timur, shalat Subuh berjamaah di langgar yang tak jauh dari rumahnya, dan siap-siap mengurusi tokonya ketika pagi. Sebelum pergi, sering beliau menyeruput kopi hitam buatan istrinya tercinta sambil menikmati udara segar di sekitar Kampung Sekanak.Seperti suaminya, Molek yang sudah berumur lebih dari empat puluh tahun juga bangun pagi-pagi, shalat Subuh di rumah, menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua anaknya, ketika matahari sudah mencuat beliau pergi ke Pasar Sekanak, lalu sekitar jam 9 beliau menuju Pasar 26 Ilir untuk bekerja. Di rumah panggung besar itulah sebuah keluarga hidup dengan sederhana dan apa adanya. Tak muluk-muluk, tak banyak kehendak, tak banyak tingkah. “Orang iliran itu lebih baik berdagang saja.” Raden Muhammad pernah berkata demikian pas Rama baru tamat SMA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!