4. Selamat Datang, Nona

"Bos mungkin sedikit kasar dan galak dalam berbicara. Tapi, sebenarnya dia sangat baik."

***

Zoya tak tahu dengan jelas apa salahnya pada Gallen. Yang jelas, pria itu langsung meninggalkannya dan bersikap dingin sejak dia menjemput Zoya kembali beberapa saat yang lalu. Bahkan sampai sekarang, saat akhirnya mereka sampai di rumah. Ekspresi wajah kagum saat melihat betapa besar dan mewahnya rumah pria itu langsung berubah menjadi ekspresi masam saat Gallen lagi-lagi bersikap kekanakan dengan berjalan acuh setelah menyenggol kasar bahunya.

"Bos kenapa, sih? Kurang makan sayur, ya? Kok jalannya aneh begitu sampai menabrak orang?" Komentar gadis itu dengan suara pelan. Gallen yang telah berjalan jauh di depan tentu tak mendengar. Namun Alby yang masih berjalan di belakang langsung terkikik setelah mendengar ucapan spontan gadis itu.

"Anda memang selalu blak-blakan ya, Nona." Gadis itu menoleh mendengar jawaban Alby. Meski mereka sudah satu mobil selama perjalanan kembali, tapi atmosfir yang dingin membuat tak satupun diantara mereka membuka suara.

"Nama saya Alby. Nona adalah Zoya, bukan?" Tanyanya. Tangan Alby terulur untuk bersalaman dengan Zoya. Gallen sudah menyebut nama gadis itu saat menceritakan kesalahannya pagi ini jadi tentu saja pria itu langsung mengingatnya dengan jelas.

Zoya mengangguk. Ia menerima uluran tangan hangat dari pria di depannya tanpa ragu, "Ya. Apa pekerjaan Anda di rumah ini? Kita akan menjadi rekan kerja karena mulai hari ini saya akan bekerja disini juga." Senyuman lebar mengembang sempurna di wajahnya.

Sama halnya seperti pegawai baru di suatu tempat kerja, Zoya yang periang juga berusaha untuk mengakrabkan diri dengan Alby. Dipikirnya, pria itu juga pasti sama dengan dirinya yang bekerja di rumah ini. Orang baru seperti Zoya tentunya harus lebih ramah kepada senior yang telah bekerja lama di rumah ini agar mereka bisa bekerja sama dengan baik. Lagipula, orang yang rela datang pagi-pagi untuk menjemput pria galak seperti Gallen di hari libur yang menyenangkan ini tentunya adalah bawahan pria itu, bukan?

Tapi, dandanannya cukup rapi untuk seorang supir. Kira-kira apa pekerjaannya, ya? Apa semua pekerja di tempat ini pasti memakai pakaian bagus?

"Haha." Alby tertawa kecil. Lucu, apa semua gadis desa selalu polos seperti ini?

"Saya memang bekerja dengan Bos Gallen, tapi saya tidak bekerja di rumah ini." Jelasnya. Zoya memandang wajah pria itu, meski otaknya yang tak seberapa itu menjadi bingung setelah mendengar penjelasan Alby.

"Anda tidak bekerja di sini? Kalau begitu, Anda bukan rekan kerja saya, dong?"

Alby mengangguk. Mungkin untuk kategori pegawai, mereka berdua tentu memiliki bos yang sama. Tapi untuk tempat kerja dan kedudukan, tentu saja tidak.

"Saya sekretaris bos Gallen di perusahaan, jadi mungkin kita masih sering bertemu meski tidak berada di tempat kerja yang sama."

Zoya melepaskan pegangan tangannya secara spontan. Sekretaris katanya? Artinya pria di depannya ini memiliki kedudukan yang tinggi?

"A-Ah, maaf. Saya hanya sedikit terkejut. Itu adalah posisi yang sangat bagus dan juga cocok untuk Anda, hehe." Lagi-lagi ia tersenyum. Namun kali ini, sedikit canggung.

Padahal harusnya ia lebih merasa malu pada Gallen yang merupakan atasan pria itu, tapi saat mendengar bahwa Alby adalah seorang asisten di sebuah perusahaan langsung saja membuatnya tremor. Mungkin karena sikap Alby lebih terkesan formal, sedangkan Gallen selalu marah-marah padanya. Karena itu bagi Zoya, Alby lebih terlihat berwibawa dibandingkan bosnya. Dan melihat bagaimana penampilan pria di depannya ini ...

Dia adalah pengantin pria yang sempurna.

Zoya tersenyum kecil. Meski ia tahu bahwa tidak mungkin baginya untuk mendapatkan pasangan dengan kualifikasi macam Alby, tapi Alby bisa menjadi patokan untuk para gadis dalam memilih pasangan!

Hehe, tapi sepertinya standarnya terlalu tinggi kalau menjadikan sekretaris Alby sebagai patokan. Dia terlalu sempurna!

"Lalu, Nona --- "

"Zoya," potong gadis itu, "Panggil Zoya saja. Saya bukan Nona keluarga bangsawan atau orang yang berkedudukan tinggi, jadi lebih baik panggil dengan nama." Usulnya. Alby mendengar permintaan itu dengan baik, lalu tersenyum karena merasa ekspresi gadis itu yang menggemaskan.

"Baiklah, Zoya. Kalau begitu Anda boleh panggil saya Alby, atau jika merasa aneh untuk langsung memanggil nama langsung, Anda boleh memanggil saya dengan panggilan apapun." Katanya. Zoya yang mendengar itu hanya mengangguk dengan patuh, sambil memikirkan panggilan apa yang cocok untuk digunakan pada pria di hadapannya ini.

"Saya hanya ingin menjelaskan. Bos mungkin sedikit kasar dan galak dalam berbicara. Tapi, sebenarnya dia sangat baik. Karena itu, jangan terlalu tersinggung dengan kata-katanya." Pria itu membela bosnya.

Zoya yang awalnya serius pun langsung terkikik mendengar kata-kata Alby. Tentu saja, lagipula bukan satu atau dua kali Gallen memanggilnya dengan sebutan 'bodoh'. Pria itu terus mendorongnya, bersikap kasar, dan berbicara dengan pedas. Namun Zoya tak pernah menganggap serius setiap perkataan pria itu. Ia terlalu santai untuk bisa marah hanya karena hal-hal semacam itu. Anggap saja, itu memang gaya bicara dari seorang Gallen. Pria yang malu-malu saat berbicara lalu akhirnya berkata kasar seperti Gallen memang tidak banyak dirinya temui, namun jika ia saja bisa bertahan selama dua puluh tahun di rumah yang sama dengan bapaknya yang pemarah, bagaimana mungkin ia langsung merasa sakit hati hanya karena perkataan sehari dari pria itu?

"Tenang saja. Saya tidak masalah, kok." Gadis itu tersenyum dengan menampakkan gigi. Alby yang melihat itu ikut tersenyum, entah mengapa merasa percaya bahwa Zoya benar-benar bisa diandalkan.

"Baguslah, saya percaya kamu pasti bisa melewatinya dengan baik."

Alby tahu tak baik mempercayai orang yang baru saja dirinya temui, namun rasanya dia bisa percaya pada gadis ini. Pembawaan Zoya yang ceria dan polos tersebut membuatnya merasa yakin bahwa tak mungkin gadis itu memiliki maksud lain. Lagipula, Zoya tak begitu pandai menyembunyikan perasaan hingga semua yang dipikirkannya seolah tertulis jelas di depan wajah. Jadi, untuk apa dia takut?

"Kalau begitu, saya --- "

"Zoya!" Teriak seseorang.

Keduanya sama-sama menengok ke arah sumber suara. Di depan pintu besar, Gallen melipat tangan di depan dada dengan wajah yang terlihat kesal.

Aaaaaa, aku tidak mau dipecat!

***

Zoya benar-benar merasa sangat kecil sekarang. Jika saat berdiri saja pria itu sudah terlihat seperti raksasa, bagaimana dengan sekarang dimana Zoya bersimpuh di lantai sedang Gallen berdiri di depan dengan mata yang memelototinya? Bukankah ia tak ada ubahnya seperti seekor tikus kecil di depan seekor kucing yang kelaparan?

"Bos, sebenarnya sampai kapan Anda ingin menghukum saya?" Tanya Zoya akhirnya.

Gallen tak memarahinya sedari tadi. Dia hanya membuat gadis itu terus seperti itu tanpa melakukan apapun. Meski tak menyakiti secara langsung, bukankah itu tidak ada bedanya dengan hukuman? Keadaan menjadi sangat tidak menyenangkan saat Zoya harus terus diam tanpa melakukan apapun di tengah suasana yang mencekam seperti ini.

"Kau suka Alby?" Tanya Gallen tiba-tiba. Pertanyaan yang cukup random setelah semua perlakuan aneh yang dirinya lakukan. Zoya mengangkat kepalanya, merasa aneh dengan pertanyaan tersebut.

"Mengapa pertanyaannya jadi itu?"

Gallen tak menjawab. Alih-alih memberikan penjelasan yang sesuai dengan pertanyaan Zoya, pria itu justru memalingkan wajah dan menjawab dengan kata-kata yang dapat membuat siapapun merasa jengkel, "Tentu saja. Aku adalah bos. Siapa yang akan melarangku untuk bertanya." Ucapan yang cukup sombong dengan ekspresi wajah yang mendukung.

Zoya ingin mengumpat, namun sayangnya jawaban Gallen memang benar. Terpaksa, ia harus menahan dalam hati setiap umpatan yang ingin dirinya katakan pada pria yang merupakan bosnya itu.

Gallen melirik diam-diam. Melihat Zoya yang tak terlihat ingin menjawab, tiba-tiba saja dirinya kesal. Kembali dia teringat dengan ekspresi malu-malu yang terlihat dengan jelas saat Zoya menatap Alby. Gallen mendecih, langsung menekuk kedua lututnya. Bak seorang Pangeran yang berlutut di depan Putri, Gallen menatap Zoya yang menatap balik kepadanya dengan ekspresi wajah yang serius, "Hei, aku bertanya padamu!" Tanyanya kemudian dengan suara yang naik beberapa oktaf.

Zoya sedikit terperanjat, lalu terdiam dengan mata yang terbuka lebar. Ia memang tak berharap akan ada adegan romantis dalam pembicaraan ini, tapi bukankah seharusnya Gallen berbicara dengan lebih baik?

Jika Pangeran dalam dongeng memiliki sedikit saja sifat seperti Bos, cerita romantisnya pasti akan gagal total!

Zoya hanya bisa membatin.

Meski saat ini Gallen terlihat marah kepadanya, Zoya sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari pria itu. Memangnya Gallen pikir Zoya takut kepadanya? Jika benar pria itu berpikir demikian, maka jawabannya adalah tidak. Ia sama sekali tak merasa demikian. Alih-alih merasa takut, Zoya hanya merasa memiliki tanggung jawab yang harus dirinya penuhi. Dan tanggung jawab itu berkaitan dengan Gallen. Jadi, dengan ekspresi yang tak kalah serius, gadis itu menatap Gallen yang masih mengerutkan dahi tersebut.

"Bos, apa mungkin ... " Gallen menatap gadis itu. Zoya terlihat serius dengan kata-katanya. Ia tak langsung melanjutkan apa yang hendak dirinya katakan, membuat Gallen merasa semakin penasaran.

"Sialan, apa yang sebenarnya mau kau katakan?" Gallen menjadi semakin tidak sabaran.

Zoya mungkin pegawai baru di rumah ini. Ia juga tak begitu mengenal Gallen seperti Alby mengenal pria itu. Tapi, apa mungkin?

Gallen masih menatap serius gadis itu.

Zoya menghela napas. Mungkin, ia akan dimarahi. Bukankah seharusnya ia tak boleh terlalu lancang? Apalagi, sampai membaca perasaan bosnya sendiri seperti ini.

Setelah mempertahankan ekspresi wajah seriusnya selama beberapa saat, Zoya akhirnya kembali menunjukkan ekspresi wajah polos tanpa dosa. Dengan wajah keduanya yang hanya berjarak satu jengkal, secara berat hati ia akhirnya melanjutkan kembali kata-kata yang terpotong barusan meski dengan konsekuensi akan dimarahi.

"Anda cemburu?" Tanya Zoya.

***

Terpopuler

Comments

Sari Nu Amoorea

Sari Nu Amoorea

🤣🤣🤣🤣🤣

2023-05-03

0

Amelia Syharlla

Amelia Syharlla

klo ini nyata aku pasti ketawa sendiri 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-02-23

1

Joey Joey

Joey Joey

🤣 🤣 🤣 🤣 🤣 🤣 🤣

2023-01-21

2

lihat semua
Episodes
1 1. Gadis Aneh
2 2. Gallen
3 3. Melamar Pekerjaan
4 4. Selamat Datang, Nona
5 5. Cemburu?
6 6. Ternyata Seperti Ini Rasanya?
7 7. Berbelanja Bersama
8 8. Mulai Terbiasa Bersama
9 9. Tertipu
10 10. Malam Panas
11 11. Melarikan Diri
12 12. Kecurigaan
13 13. Ketakutan yang Menjadi Nyata
14 14. Dafa Bersedia Menikahi Zoya
15 15. Persalinan
16 16. Buah Hati
17 17. Pertengkaran Kecil Zoya dan Noah
18 18. Noah Mulai Curiga
19 19. Rencana Noah
20 20. Kekesalan Zoya
21 21. Bertemu Kembali
22 22. Kebohongan yang Zoya Buat
23 23. Ide Noah
24 24. Kedatangan Gallen di Rumah Zoya
25 25. Milo Beraksi!
26 26. Lamaran
27 27. Hasil Lamaran
28 28. Gagal
29 29. Noah Mulai Ragu
30 30. Pilihan Baru Lagi
31 31. Kejutan Setelah Liburan
32 32. Bertemu Kembali
33 33. Tawaran
34 34. Menginap di Rumah Gallen
35 35. Mulai Mengandalkannya
36 36. Seperti Keluarga
37 37. Kesempatan?
38 38. Pindahan
39 39. Bos Berubah!
40 40. Konsultasi bersama Alby
41 41. Rumah Sakit
42 42. Keputusan Zoya
43 43. Hati yang Mulai Terbuka
44 44. Keluarga Prawijaya
45 45. Gallen dan Keluarga Prawijaya
46 46. Mengetahui Masa Lalu Gallen
47 47. Bos Ambekan
48 48. Membohongi Dafa
49 49. Salah Lokasi
50 50. Kegaduhan di Rumah
51 51. Tanda Merah dari Gallen
52 52. Salah Sangka
53 53. Gallen, Bapak, dan Santan Sachetan
54 54. Konsultasi Bersama Winona
55 55. Teman Masa Kecil Zoya
56 56. Pesta
57 57. Pertolongan
58 58. Pertanyaan dan Pernyataan
59 59. Pasangan Baru
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Gadis Aneh
2
2. Gallen
3
3. Melamar Pekerjaan
4
4. Selamat Datang, Nona
5
5. Cemburu?
6
6. Ternyata Seperti Ini Rasanya?
7
7. Berbelanja Bersama
8
8. Mulai Terbiasa Bersama
9
9. Tertipu
10
10. Malam Panas
11
11. Melarikan Diri
12
12. Kecurigaan
13
13. Ketakutan yang Menjadi Nyata
14
14. Dafa Bersedia Menikahi Zoya
15
15. Persalinan
16
16. Buah Hati
17
17. Pertengkaran Kecil Zoya dan Noah
18
18. Noah Mulai Curiga
19
19. Rencana Noah
20
20. Kekesalan Zoya
21
21. Bertemu Kembali
22
22. Kebohongan yang Zoya Buat
23
23. Ide Noah
24
24. Kedatangan Gallen di Rumah Zoya
25
25. Milo Beraksi!
26
26. Lamaran
27
27. Hasil Lamaran
28
28. Gagal
29
29. Noah Mulai Ragu
30
30. Pilihan Baru Lagi
31
31. Kejutan Setelah Liburan
32
32. Bertemu Kembali
33
33. Tawaran
34
34. Menginap di Rumah Gallen
35
35. Mulai Mengandalkannya
36
36. Seperti Keluarga
37
37. Kesempatan?
38
38. Pindahan
39
39. Bos Berubah!
40
40. Konsultasi bersama Alby
41
41. Rumah Sakit
42
42. Keputusan Zoya
43
43. Hati yang Mulai Terbuka
44
44. Keluarga Prawijaya
45
45. Gallen dan Keluarga Prawijaya
46
46. Mengetahui Masa Lalu Gallen
47
47. Bos Ambekan
48
48. Membohongi Dafa
49
49. Salah Lokasi
50
50. Kegaduhan di Rumah
51
51. Tanda Merah dari Gallen
52
52. Salah Sangka
53
53. Gallen, Bapak, dan Santan Sachetan
54
54. Konsultasi Bersama Winona
55
55. Teman Masa Kecil Zoya
56
56. Pesta
57
57. Pertolongan
58
58. Pertanyaan dan Pernyataan
59
59. Pasangan Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!