bag. 2 Rencana

Jangkrik dan ciang-ciang saling bersahutan menunjukkan eksistensi hewan malam. sesekali terdengar suara burung hantu dari arah pohon duren yang berada di belakang rumah Surya Jaya, kodok kodok pun tak tinggal diam seolah ingin memeriahkan waktu malam. begitulah keadaan di Kampung cipelang, ditambah rumah Surya Jaya yang berada di pinggir Kampung, membuatnya terasa ramai oleh hewan-hewan yang biasa bersuara malam.

Hamidah terus memperhatikan babi yang berada di dalam kandang, dia memindai seluruh tubuh babi itu dari ujung kepala sampai ujung ekor.

"Benar-benar aneh...! Kenapa ada babi pakai anting, Apakah babi siluman atau babi peliharaan yang kabur?" ujar Hamidah sambil terus memperhatikan babi itu, merasa belum puas dia pun mendekatkan senter yang dibawanya, sekarang terlihat jelas oleh mata Hamidah, babi itu memiliki bulu yang lembut tidak seimbang dengan Badannya yang sangat besar, ditambah tidak mengeluarkan bau seperti bau yang ada pada babi biasanya.

Setelah mendapat keyakinan bahwa babi yang berada di hadapannya itu adalah babi yang sangat luar biasa, Hamidah pun bangkit dari tempat jongkoknya, kemudian dia kembali ke arah surya Jaya yang sedang terlihat asik mengobrol bersama kedua tukang pikul yang mengantar babi aneh itu.

"Bagaimana aneh kan?" tanya Surya Jaya sambil menatap ke arah Hamidah yang sudah duduk di sampingnya.

"Iya Kang...! babi itu benar-benar aneh, bulunya sangat lembut, baunya tidak seperti bau babi pada umumnya, ditambah telinganya memakai anting, antingnya juga anting emas," ujar Hamidah menjelaskan penemuannya.

"Syukurlah kalau percaya...!" jawab Surya Jaya yang mengulum senyum merasa bangga dengan apa yang ia temukan.

Akhirnya mereka pun melanjutkan obrolan yang sempat tertunda, sambil melepas lelah sehabis melaksanakan perjalanan jauh, hingga akhirnya kedua tukang pikul pun meminta izin untuk pulang.

"Nggak nginep aja di sini Kang?" tawar Surya Jaya mengakui tamunya.

"Aduh...! kalau untuk nginep Saya tidak berani Kang, soalnya tadi sebelum ke sini Saya tidak meminta izin untuk menginap kepada istri. saya takut orang di rumah menunggu," jawab seorang tukang pikul.

"Ya sudah, kalau nggak mau diakui. tapi saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena akang-akang sudah mau membantu saya," ujar Surya Jaya sambil mengeluarkan uang Rp5.000, kemudian diserahkan ke tukang pikul.

"Terima kasih banyak Kang!" ujar tukang pikul yang terlihat bahagia, karena uang segitu setelah dibagi dua kalau kuli mencangkul harus tiga hari berturut-turut.

"Ntar dulu, itu buat buruh pikul. nah, ini bonus dari saya, karena Akang sudah mau membantu," jelas Surya Jaya sambil mengeluarkan uang Rp2.000 lagi Kemudian diserahkan ke laki-laki yang paling tua.

"Aduh...! kalau begini saya yang seharusnya mengucapkan terima kasih, karena akang memang benar-benar orang baik, kalau begitu saya pulang dulu kang!"

"Ya sudah, hati-hati di jalan! nih, bawa rokoknya ,"ujar Surya Jaya sambil memberikan sisa rokok yang masih ada di dalam bungkusan, membuat kedua tukang pikul itu mengulum senyum.

Akhirnya mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah Surya Jaya, untuk kembali ke kampung Selakaso, sedangkan Hamidah dengan telaten Dia merapikan bekas jamuan kedua tamunya.

Selesai merapikan piring dan gelas Hamidah pun menghampiri kembali Surya Jaya yang sudah masuk ke tengah rumah, terlihat suaminya sedang meluruskan kaki dengan menyandarkan tubuh ke dinding, seperti orang yang sangat kecapean.

"Rencananya mau diapakan babi itu kang?" tanya Hamidah setelah duduk di hadapan suaminya.

"Akang sudah berencana akan membuat sirkus kecil-kecilan, di mana hewan sirkusnya adalah babi, bukan harimau atau bukan singa."

"Emang bisa babi dididik seperti hewan sirkus, apalagi babinya sudah besar seperti itu?"

"Belum tahu juga, tapi akang memiliki keyakinan seperti itu. Oh iya, Tolong babinya kasih makan dan minum!"

"Iya sebentar kang!" jawab Hamidah sambil bangkit kembali dari tempat duduk, kemudian dia masuk ke dapur lalu tak lama dia pun kembali dengan membawa wadah berisi singkong dan Ember buat minum.

Hamidah yang pernah Merawat babi, dia tidak sedikitpun ketakutan ketika dia memberikan makan, bahkan semakin lama penasarannya semakin tumbuh ingin mengenal lebih jauh dengan sosok babi yang sudah ada di rumah.

Selesai memberi makan babi, Hamidah pun kembali masuk ke rumah, kemudian duduk di samping suaminya.

"Emang nggak ada cara lain untuk mendapatkan hasil dari babi itu?" tanya Hamidah yang masih meragukan niat suaminya.

"Kayaknya nggak ada Dah! soalnya kalau diadukan sama anjing, anjingnya tidak mau menggigit, Jalan satu-satunya agar babi itu menghasilkan uang, yaitu mengadakan sirkus kecil-kecilan!"

"Terus kapan Akang mau mulai melatih babi kita?"

"Paling lusa, besok Akang mau membetulkan kandangnya terlebih dahulu, agar babi kita betah tinggal di rumah kita. karena seperti yang kamu ketahui babi kita sangat aneh, jadi kita harus memperlakukannya dengan cara yang istimewa," jelas Surya Jaya mengungkapkan niatnya.

Mendengar penjelasan suaminya, Hamidah pun hanya manggut-manggut seolah mengerti, hingga akhirnya mereka pun terlarut dengan pembahasan-pembahasan dan rencana-rencana indah yang akan mereka lalui.

Kira-kira pukul 10.00, akhirnya sepasang suami istri pun masuk ke dalam kamar untuk mengumpulkan tenaga demi menatap masa depan yang sudah terlihat sangat cerah.

Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Surya Jaya sudah berangkat menuju ke kebun bambu, untuk memperbaiki kandang babi sesuai dengan apa yang direncanakan tadi malam.

Sebelum membetulkan kandang, Surya Jaya pun memindahkan Ranti terlebih dahulu masuk ke dalam tandu yang tadi malam membawanya. Surya Jaya yang memiliki kelebihan dia bisa melakukannya sendirian.

Setelah babinya dipindahkan, Surya Jaya pun mulai membetulkan kandang babi yang berada di samping rumah, kandang yang sudah lama tak terpakai, semenjak hewan peliharaannya dibunuh oleh pihak yang berwajib.

Surya Jaya terlihat bersemangat membetulkan kandang babi, bambu-bambu yang sudah rapuh dia ganti dengan bambu yang baru, ikatan-ikatan yang sudah longgar dia Kencangkan kembali, bahkan ia tambah dengan ikatan yang baru agar lebih kuat. sebagian lantai kandang babi dibuat lantai dari bambu, kemudian ditata sedemikian rupa agar berbentuk kamar. jadi kandang itu selain mempunyai lantai tanah, ada juga lantai bambu, mungkin Surya Jaya ingin memanjakan hewan peliharaannya, agar ketika malam datang hewan itu tidak kedinginan.

Di dekat pintu masuk Surya Jaya membuat pintu kecil agar mudah ketika memberi makan hewan peliharaannya. dia terus terlarut dengan pekerjaan seorang diri, hingga akhirnya waktu sore pun tiba, Surya Jaya Baru bisa menyelesaikan renovasi kandang babi.

Setelah kandang babi selesai dibuat, Ranti yang sejak dari tadi berada di tandu dia pun dipindahkan kembali ke dalam kandang, membuat Ranti merasa lega karena bisa bergerak dengan bebas.

Hamidah yang sejak tadi pagi dia terus menyiapkan makanan buat sang babi ngepet, namun makanan yang disuguhkan tidak ada satupun yang dimakan, jangankan dimakan disentuh pun tidak.

"LAh kamu tuh maunya makan apa sih?" ujar Hamidah sambil menatap ke arah babi yang sedang berjalan-jalan di kandang yang agak besar.

Merasa tidak mendapat jawaban, Hamidah pun mendekat ke arah suaminya yang sedang merapikan sisa-sisa bambu bekas membetulkan kandang.

"Kenapa ya, Kang babi itu nggak mau makan?"

"Kamu itu nggak usah bingung, kan Akang sudah memberitahu. Bahwa babi yang kita miliki babi yang sangat istimewa, Makannya juga harus Luar biasa. Nah, kamu kasih nasi kalau lauknya seadanya saja. sama sambal goang juga pasti akan dilahap sampai habis!"

"Ahh, masa iya sih!" tanya Hamidah yang tidak percaya.

"Yeeeh! Dikasih tahu Malah nggak percaya," Ketus Surya Jaya.

"Ya Udah Hamidah coba!"

"Sana!"

Hamidah pun masuk ke rumah melalui pintu dapur, kemudian dia menyentong nasi dimasukkan ke piring, kebetulan lauknya Dia mempunyai goreng mujair, ditambah dengan kerupuk dan sambal oncom, setelah piring terisi penuh dengan nasi dan lauk pauknya. Hamidah pun keluar kembali kemudian mendekat ke arah kandang. tanpa berpikir panjang dia pun membuka pintu kecil yang sudah disiapkan Surya Jaya, ketika mau mengasih pakan hewan peliharaannya.

"Silakan dimakan babi! kalau kamu nggak mau singkong dan nggak mau talas mentah. awas...! jangan sampai nggak dimakan, karena kalau kamu tinggal di sini, kamu harus mau makan! agar tubuhmu gemuk. Nanti ke depannya kamu akan disuruh bekerja, sedangkan kalau kerja itu harus mempunyai tenaga yang ekstra. Ya sudah! ayo makan, kalau nggak dimakan nanti aku bunuh...!" ancam Hamidah sambil terus menatap ke arah sang babi ngepet.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!