part 03. teman baru

setibanya dirumah aku langsung menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Rasanya lelah sekali disaat hari pertama bekerja aku harus dituntut untuk lembur . Siapa lagi yang memintanya kalau bukan bos baru yang aku bilang bos gila itu.

"apa seperti ini pekerjaanmu setiap hari ta?"

tanyaku sendiri disaat tiba-tiba aku membayangkan betapa tangguhnya sahabat ku satu itu apabila dia juga bekerja bagai kuda seperti yang aku lakukan hari ini.

karena lelahnya yang aku rasakan hari ini, tanpa aku sadari kini aku terlelap tanpa harus membersihkan tubuhku terlebih dahulu atau hanya sekedar mengganti pakaian kerjaku.

Aku mengerjapkan mata berulang kali saat cahaya matahari menembus kamarku seolah menyapa dengan ramah bahwa hari ini aku harus kembali bekerja.

"cepet banget sih pagi nya" gumam ku sambil merentangkan tangan melemaskan otot otot ku setelah aku membuka hordeng kamar dan berdiri menyambut mentari pagi.

aku menguap berkali-kali. Entah mengapa kali ini malam begitu cepat bergulir berganti cahaya mentari. Karena biasanya, malam terasa begitu lama bagiku yang kerjanya hanya rebahan diatas tempat tidur saja.

Aku segera bersiap untuk pergi ke kantor. Namun hari ini aku tak sempat untuk berdandan seperti kemarin. namun aku yakin pak briyan tak kan memecatku karena aku tak sempat berdandan dengan anggun . Aku hanya memoles wajahku dengan makeup tipis yang terlihat flawless. Rambut yang tak sempat ku buat curly pun hanya aku sisir serapi mungkin. Aku kembali berdiri didepan cermin untuk memastikan penampilan yang aku kenakan apakah sudah sangat oke menurut versiku.

Aku memesan ojek online. Setelah ku fikir-fikir bahwa aku harus menghemat ongkos setiap kali aku akan pulang pergi kantor. Karena ini hari kedua aku bekerja, berarti aku harus menghemat uang ku agar cukup sampai dua puluh delapan hari lagi.

Tukang ojek yang mengantarkanku pun telah menurunkanku di depan kantor. Aku memberikan selembar uang untuk membayar dan menunggu tukang ojek itu memberikan kembalian. Maklumlah, aku bukan orang kaya yang dengan mudah bisa bilang 'sudah ambil saja kembaliannya'.

Aku bergegas masuk kedalam kantor. Karena terburu-buru aku menabrak bahu seseorang yang aku sendiri tak menyadari mengapa lelaki itu tiba-tiba muncul di depanku.

"maaf" ucapku seraya memunguti berkas yang tadi berada digengamanku namun kini jatuh berserakan dilantai.

"gak apa-apa aku juga minta maaf" ucap lelaki itu lalu membantuku mengumpulkan lembaran-lembaran berkas itu.

" kamu?" aku menatap wajah lelaki itu. Dia lah lelaki yang kemarin memberitau ku dimana ruangan kerja sita yang akan aku pakai. Namun aku tak tau siapa namanya karena dia tak sempat memperkenalkan dirinya.

"iya. Kamu pegawai baru yang kemarin kan? Aku nathan" lelaki itu tersenyum seraya mengulurkan tangan bukti bahwa dia ingin berkenalan denganku.

"kimberly" aku pun menyebutkan namaku seraya membalas uluran tangannya itu.

"kamu yang menggantikan sita kan? Wah ternyata kita satu devisi ya"

"benarkah? Semoga kita bisa menjadi partner kerja yang baik ya than" ucapku tersenyum.

Aku berjalan beriringan dengannya sambil berbincang ringan menyusuri koridor kantor untuk menuju ruangan kerja kami. Tanpa aku sadari bahwa di tempat lain, pak briyan telah menunggu berkas yang kini telah kembali aku pegang.

"oiya. Itu tadi berkas-berkas tentang apa kim?" tanya nathan sambil melirik ke arah tanganku yang memegang berkas itu.

"ya ampun... Aku duluan ya!" aku langsung pergi setengah berlari meninggalkan nathan yang nampak bingung menatap kepergianku yang belum sempat menjawab pertanyaannya.

Aku langsung masuk keruangan pak briyan setelah mengetuk pintu. Terlihat dadaku naik turun karena ngos-ngosan setelah berlari untuk menuju keruangannya.

"mana berkas nya !" pintanya tanpa sedikitpun menanyakan mengapa aku sampai seperti ini.

Aku menyerahkan berkas itu kehadapan pak briyan dan duduk dikursi yang berada dihadapannya.

"mengapa telat ?!" tanya pak briyan datar namun matanya terus menelusuri tulisan diberkas yang kini sudah berpindah ketangannya.

"tadi... Eemmm ituuu" nafasku yang memburu membuat lidahku terasa kelu untuk memberi alasan.

pak briyan tetap diam dengan sikap dinginnya yang membuat ruangan berAC ini menjadi semakin dingin.

pak briyan menggeser gelas berisi air minum didepannya karena sepertinya ia tau bahwa aku sedang kelelahan.

Aku meminum air putih itu sampai tandas. Setidak kini aku tak lagi merasa kehausan meskipun sebelum berangkat tadi aku sudah banyak minum dirumah.

"kenapa kamu minum?" tanya pak briyan menatapku heran.

"lho bukankah tadi bapak yang menggeser gelas ini untuk saya minum?" balasku yang juga heran.

"saya menggeser gelas ini karena gelas ini menghalangi berkas yang akan saya taruh disini" jawabnya.

deghhh

"mati aku!!"

ucapku dalam hati. Aku menelan salivaku kasar bahkan rasanya kali ini tenggorokanku terasa kering kerontang saat mendengar penuturan pak briyan.

"saya ambilkan lagi ya pak" ucapku merasa bersalah. Karena rasa bersalah yang begitu besar, aku sedikit gugup untuk mengatakan penawaran itu. Jantungku berdegup lebih kencang melebihi ritme jantung yang tadi saat aku ngos-ngosan.

"tak perlu. Apa kamu mau jadi OB dikantor ini?"

"apasih maksudnya ini? Atau jangan-jangan bos gila ini akan menurunkan jabatanku?! YaTuhan baru sehari bekerja menjadi sekretaris, masa iya harus langsung turun jabatan"

hatiku bermonolog sendiri merasa cemas atas pertanyaan pak briyan yang sepertinya lebih dapat diartikan bahwa itu sebuah tawaran yang pak briyan ajukan .

Aku menggeleng tanpa mau menjawab apapun lagi yang nantinya akan membuat ku terlihat begitu bodoh saat berhadapan dengan bos tampan ini, eh maksudku bos gila ini.

"yasudah sana lanjutkan pekerjaanmu yang lain. Saya akan memeriksa dulu semua berkas-berkas ini" ucapnya datar.

aku menghela nafas lega tak lupa aku menutup mulutku sebelum menghela nafas itu seperti titah yang kemarin bos gila ini sampaikan.

Aku meninggalkan ruangan dingin yang membuat tubuhku seperti akan beku. Semua itu semata-mata bukan karena pendingin udaranya, namun karena sikap penghuninya yang seperti es balok. Bahkan dari kemarin, aku tak pernah melihat pak briyan berbicara santai atau menyunggingkan senyum ke arah para pegawainya.

.

"kim" aku menoleh saat mendengar suara seseorang memanggil namaku dari kejauhan.

"hey than.. Ada apa?" tanyaku dengan ramah.

"kamu mau makan kan? Yuk bareng "

aku pun langsung menyetujui permintaan nathan dan berjalan beriringan seperti pagi tadi.

dikantor tempatku bekerja memang tersedia makan siang gratis untuk para pegawainya dalam bentuk prasmanan. Aku memilih menu yang aku suka secukupnya, begitupun dengan nathan.

Kami memilih tempat duduk kosong yang berada di sudut belakang.

"kamu makannya dikit banget" kata nathan melirik ke arah piring makanku.

"kamu lagi diet ya" ledek nathan sedikit terkekeh ketika melihat raut wajahku yang sedikit malu-malu.

"mana ada tubuh kurus sepertiku melakukan diet" jawabku mencoba untuk sesantai mungkin.

"tapi kamu itu gak kurus loh kim, kamu itu ideal" mungkin saat ini pipi ku telah berubah menjadi merona saat mendengar pujian yang nathan berikan. Namun aku berusaha untuk tidak mudah memunculkan bunga-bunga dihatiku karena bagiku semua lelaki sama gombalnya.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!