Seperti yang kemarin sita sarankan. Hari ini aku bangun pagi-pagi sekali. Bahkan aku rela bangun subuh hanya untuk memoles wajahku dengan make up yang memang jarang sekali aku pakai. Belum lagi sulitnya menggambar alis yang entah sudah berapa puluh kali aku lukis lalu aku hapus kembali hanya karena ukurannya yang tak pernah sama. Kali ini aku baru menyadari, betapa menyesalnya aku saat membiarkan sita membawa cetakan alisku berpindah tempat ke rumahnya .
Aku sudah bersiap dengan kemeja putih yang aku masukkan kedalam rok sebawah lutut dengan belahan pendek di bagian belakang. Aku merapikan tatanan rambut yang sengaja ku buat sedikit curly dan berponi padahal biasanya aku hanya mengikat rambut ku yang ku gelung keatas dan sengaja ku buat sedikit berantakan. namun kali ini aku memang ingin tampil beda dan tak ingin menunjukkan sisi buruk ku didepan calon bos ku yang mungkin akan membuatnya berat menerimaku saat dia tau bagaiamana penampilan ku biasanya.
Aku kembali berdiri didepan cermin lemari hanya untuk memastikan bahwa penampilanku sudah pantas atau belum untuk memasuki kawasan kantor elite dan ternama di kota ini.
"ternyata aku cantik juga kalo dandan begini" aku tersenyum setelah memuji penampilanku sendiri. Maklum lah, dirumah ini aku tinggal seorang diri. Lalu kalau bukan aku yang memuji sendiri mau siapa lagi ??
.
Aku bergegas keluar rumah saat taksi yang aku pesan secara online sudah tiba dipelataran rumahku. Hari ini aku sengaja tak memesan ojek online karena aku takut tatanan rambut yang sudah ku buat sampai separuh nafasku hampir terhenti tiba-tiba menjadi rusak karena terkena angin.
selama diperjalanan aku mengembangkan senyum karena rasa riang yang tak dapat aku ungkapkan. Sesekali aku lihat supir taksi yang mengantarkanku melirik kearahku dari kaca spion tengah yang berada dihadapannya. Entah karena dia kagum akan kecantikanky atau dia mengira aku kurang waras sejak tadi selalu tersenyum.
Bagaimana aku tidak bahagia setelah selama tujuh tahun aku menantikan pekerjaan semacam ini. Dan baru hari ini aku mendapatkan kesempatan itu. Itupun karena sita yang memilih aku untuk menggantikannya yang cuti untuk melahirkan. Kini bagiku, ada untungnya juga sita memilih untuk menikah muda .
.
Mobil yang aku tumpangi mulai memasuki area gedung yang akan menjadi kantor tempatku bekerja. Setelah memberi uang untuk membayar, aku pun bergegas turun dan mulai menapakkan kaki memasuki area lobi kantor. Tak lupa aku kembali merapihkan rambutku sebelum aku benar-benar masuk kedalam kantor itu.
"ada perlu apa mbak?" tanya seorang resepsionis saat aku tiba di lobi kantor dan nampak bingung.
"saya ingin bertemu pak briyan" ucapku.
"apa sebelumnya mbak sudah membuat janji dengan pak briyan?" tanya resepsionis itu.
"bagaimana caranya aku buat janji sama pak briyan. Tau muka nya aja aku gak pernah !" gerutu ku dalam hati.
Aku menggeleng menjawab pertanyaan resepsionis yang menghambat perjalananku itu. Kemudian resepsionis itu menelpon sesorang melalui telepon kantor dihadapannya. Tak lama kemudian ia mempersilahkan aku untuk menuju ruangan pak briyan dan memberikan arahan dimana ruangan itu berada.
Aku mengikuti kemana arah yang tadi rssepsionis itu berikan. Tibalah aku dilantai 10 dan sudah berada didepan pintu sebuah ruangan yang nampak begitu berbeda dengan ruangan lainnya. Dari luar saja sudah dapat di deskripsikan bahwa ruangan ini pasti ruangan big bos di kantor ini.
Aku menelan saliva ku kasar. Entah mengapa kakiku menjadi gemetar. Belum lagi tangan dan tubuh yang mendadak menjadi dingin dan kaku. Detak jantungku pun menjadi lebih kencang dan sulit untuk ku kendalikan.
Aku menghirup nafasku dalam setelah itu ku hembuskan perlahan. Aku lakukan berulang kali sebelum aku mengetuk pintu bos besar itu.
setelah ku rasa keadaan diriku sudah membaik. Aku segera memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sejak tadi sudah berada dihadapanku.
Terdengar suara dingin dari si pemilik ruangan ini mempersilahkan aku masuk. Aku melangkan dengan pelan namun pasti, berusaha untuk seanggun mungkin memperlihatkan bahwa aku wanita cantik yang tak sembrono seperti biasanya. Karena biasanya aku memang terkenal tomboy, jauh berbeda dengan penampilanku saat ini.
"permisi pak" sapaku ramah pak lelaki yang masih sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya .
"perkenalkan dirimu" jawabnya datar.
Aku mulai memperkenalkan tentang diriku dengan komplit yang setelah itu hanya mendapat anggukan dari lelaki dingin yang akan menjadi bos ku.
Aku menghela nafas panjang karena merasa lega setelah selesai mengontrol diri didepan bos baru ku ini.
"kenapa?" tanya nya yang mendengar hembusan nafas panjang yang aku lakukan meski matanya masih fokus memeriksa formulir data diri yang tadi aku bawa dalam map.
"tidak apa-apa pak " jawab ku berusaha semanis mungkin dan tersenyum meski pak briyan tak menatapku.
"kamu membuang nafas sama saja membuang virus !" ucapnya datar namun terkesan ketus bahkan mampu menembus ulu hati ku.
Aku menatapnya tajam sambil menaikkan alisku karena merasa geram setelah ku dengar bahwa nafasku membawa virus. Seandainya dia bukan bos ku sudah ku jedotkan kepalanya keatas meja kaca kebanggan miliknya ini.
"lain kali, kalau hendak membuang nafas seperti tadi harus tutup mulut !" ucapnya seolah jijik dengan hembusan nafas yang aku hembuskan.
"ini berkas-berkas yang harus kamu kerjakan. Kamu sudah dapat mulai bekerja hari ini"
pak briyan menyodorkan beberapa berkas kehadapanku. Yang mau tak mau harus aku ambil berkas itu.
"sita sudah memberitau kamu kan. Apa saja yang harus kamu kerjakan !" ucap nya. Lagi-lagi dia tak pernah menatapku saat berbicara dan langsung sibuk dengan laptop dihadapannya.
"yasudah sana kerjakan ! Kenapa masih terdiam saja disitu" titahnya yang secara tak langsung mengusirku untuk pergi keruangan yang aku sendiri tak tau dimana ruangan kerjaku yang sebenarnya.
Tanpa menjawab apapun aku langsung pergi meninggalkan bos yang dalam hitungan menit sudah bisa ku simpulkan bahwa bos itu bos gila.
Aku segera menelpon sita setelah aku masuk kedalam ruanganku. Untunglah ada seorang lelaki yang mau berbaik hati menunjukkan dimana ruangan untukku yang terletak tak jauh dari ruangan bos gila itu.
Aku mulai mengadukan semuanya pada sita. Dan sita hanya tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku. Seolah saat ini sita sedang bahagia diatas penderitaan orang. Berulang kali aku mendengus kesal namun sita kembali mengingatkanku bahwa ini pekerjaan yang sejak dulu aku dambakan.
Akupun mulai menanyakan apa saja yang harus aku kerjakan pada sita. Dengan sabar sita memberitau apasaja pekerjaan ku yang dengan mudah langsung dapat ku pahami.
mulai hari ini, aku memulai pekerjaan baruku menjadi sekretaris tuan briyan big bos muda disebuah perusahaan ternama.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments