Di suatu tempat...
Terlihat Moan dan teman-temannya sedang berbincang sambil tertawa di sebuah cafe. Seperti pada umumnya, bila lelaki sedang berkumpul, pembahasan mereka tidak jauh dari hobi dan juga tentang perempuan. Pun dengan sekumpulan lelaki-lelaki yang rata-rata berusia empat puluh tahunan ini. Mereka sedang asik membicarakan sepeda motor yang menjadi hobi mereka, hingga terbentuklah club sepeda motor yang berdiri sejak beberapa bulan yang lalu.
"Woi bro, gimana? lanjut kita?" Tanya Donny, salah satu member club motor tersebut.
"Lanjut kemana kita?" Tanya Bono, yang juga member club motor itu.
"Kemana lagi? diskotik lah." Sahut Donny.
"Ah, kasihan anak istri bro..!" Ucap Bono.
Donny tertawa terbahak-bahak, lalu dengan sikap meledek, ia pun mencolek Moan yang duduk tepat di sebelahnya.
"Takut dia sama istri." Celetuk Donny.
Moan hanya tersenyum dan mematikan bara rokoknya di atas asbak.
"Gimana kita mampir ke rumah kedua saja?" Ujar Joko, seraya tersenyum m*sum.
"Rumah kedua?" Tanya Moan dengan polosnya.
"Wah... tidak tahu kamu ya Moan?" Tanya Joko.
"Macam mana pulak dia bisa tau? Kawan kita ini anak baek-baek." Timpal Choky, lelaki yang berasal dari daerah yang sama dengan Moan.
Ucapan Choky pun di sambut gelak tawa teman-teman Moan yang berada di sana.
"Rumah kedua itu, rumah istri kedua maksud kelen?" Tanya Moan dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu polos.
"Bah! apa aku bilang?" Choky dan semua teman Moan kembali tertawa terpingkal-pingkal.
"Kimbek nya, aku nanyak. Ketawa pulak kelen!" Keluh Moan.
"Hahahahaha..., jadi kek gini sodaraku," Ucap Choky seraya merangkul pundak Moan.
"Jadi, rumah kedua itu hotel. Biar alus aja kami cakapnya." Jelas Choky.
"Oooo... ku kira binik kedua," Ucap Moan yang kembali di sambut gelak tawa teman-temannya.
"Kau pun polos kali." Keluh Choky.
"Hehehe, maklum lah bro. Binik awak kek penjaga neraka. Ngeri kalau awak liar kan?"
Semua kembali tertawa mendengar celetukan Moan.
"Jadi, ke hotel sama binik?" Sambung Moan.
Seketika seluruh teman-teman Moan terdiam, mereka tampak saling bertatapan.
"Ah, gilak kau! Gak ngerti juga rupanya kau Moan!" Keluh Choky.
"Apa pulak, jadi kek mana?" Tanya Moan lagi.
"Hahahahahaha..!" Serentak teman-teman Moan kembali tertawa, tanpa diaba-aba sebelumya.
"Ish, kau ini polos atau kek mana? Jadi kek gini sodaraku Halomoan Pangaribuan. Kau dengarkan ini baek-baek ya."
"Ha, apa cerita?" Tanya Moan yang langsung memasang wajah serius, seraya mencoba mendengarkan penjelasan dari Choky yang mulai mendekatkan wajahnya ke telinga Moan.
"Kami bawak cewek lah. Jangan kau bawak binik. Cari yang lebih segar lah. Masak makan ayam teros kita di rumah. Sekali-kali makan daging wagyu kita diluar." Bisik Choky.
"Ah, gilak kau!" Ujar Moan, seraya menatap wajah Choky yang tersenyum lebar kepadanya.
"Eh, laki-laki kalau gak ada maen, gak laki-laki namanya. gadak power! Cemana nya!" Hasut Choky.
Moan terdiam, selama ini memang banyak kesempatan baginya untuk bermain api. Namun ia lebih memilih tidak macam-macam di luar. Bukan karena ia takut kepada Butet, istrinya. Namun sejak menikah dengan Butet, Moan sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk tidak akan mengkhianati cintanya kepada Butet dan sakralnya janji pernikahan mereka di hadapan Tuhan.
"Jadi cemana?" Tanya Choky.
"Ah, gak lah. Aku gak suka wagyu, aku suka daging ibab." Seloroh Moan.
Serentak teman-temannya pun tertawa geli mendengar ucapan Moan.
"Ah payah memang si Moan ini. Terlalu sayang kali sama keluarga." Celetuk Choky.
"Ya sayang lah aku. Bukan apa-apa, payah dapat binik ku dulu. Kalok sempat macam-macam aku di luar, tau dia, dah lah... gak selamat idop ku. Mati aku kalau kehilangan si Butet, boru Aritonang itu."
"Hahahaha... iya iya iyalah...! Yang sayang istri jangan ikut-ikut sama kita," Ucap Joko.
"Jadi cemana we?" Tanya Choky pada teman-temannya yang lain.
"Gasssss!" Sahut hampir dari mereka semua.
"Ceweknya?" Tanya Choky lagi.
"Cari di aplikasi Men_Creet aja." Celetuk Joko.
"Nah! Passs...! Kalian pilih lah, terus janjian kita di karoke. Siap itu kita bungkus!" Seru Choky.
"Wah... good idea!" Sahut Donny.
Masing-masing mereka pun langsung bergegas membuka aplikasi yang di sarankan oleh Joko. Namun Choky mendadak terlihat panik, karena ponselnya mendadak mati.
"Bah! mati pulak hape ku!" Keluh Choky.
"Di cas lah!" Celetuk Joko.
"Gak bawak cas aku. Cemana ini. Apa suruh aja cewek bawaanmu bawa kawannya juga Jok?" Tanya Choky.
"Boleh..." Sahut Joko.
"Ah, tapi takut aku kenak tipu. Kek belik kuceng dalam karong ku rasa. Rugi pulak aku kan. Pas datang, rupanya bekurok dia. Hahahaha!"
Mereka semua pun terpingkal-pingkal mendengar perkataan Choky.
"Ha, kek mana kalok ku pinjam aja hape mu Moan," Ucap Choky, seraya meraih ponsel Moan yang tergeletak di atas meja.
"Eh, apa ni? Janganlah.., dosa kau nanti aku ikot nanggung!" Ucap Moan.
"Halahhh.., dosa gak bejendol nya Moan. Sikit aja nya. Mana? Pinjam lah aku. Ku install dulu, siap tu aku uninstall balek," Ucap Choky, yang berusaha untuk meyakinkan Moan.
"Ck! ajab kali bah!" Moan menggerutu.
"Mana? Cepatlah, nanti aku jadi obat nyamok pulak, nengok orang ni bawak cewek!" Ucap Choky seraya meraih ponsel milik Moan dari tangannya.
Mau tidak mau, Moan terpaksa meminjamkan ponselnya pada Choky, dan membiarkan Choky menginstall aplikasi yang lelaki itu inginkan. Cukup lama Choky terlihat asik dengan ponsel Moan. Sambil menunggu, Moan kembali membakar sebatang rokok untuk mengusir rasa jenuhnya.
Satu persatu, teman-teman Moan tampak tersenyum puas dan mengantongi ponselnya. Tanda mereka sudah mendapati apa yang mereka mau. Sedangkan Choky belum kunjung mendapatkan apa yang dirinya mau.
"Eh, cepatlah!" Ucap Moan, yang terlihat mulai kesal.
"Sabar dulu! Jelek-jelek kali stock nya bah! Ada satu yang agak lumayan, tapi belom di balasnya pesanku." Keluh Choky.
Mau tidak mau, Moan hanya bisa pasrah dengan alasan Choky.
"Gimana? cabut kita?" Tanya Donny.
"Sebentar dulu wee.., baru di balas sama cewek ini pesanku. Deal dulu awak kan? Baru bisa jalan. Kek gini aja lah, nantik room karoke aku yang bayar! Minom dan laen-laen, kelen lah ya! Masak aku semua!"
"Ah..., begitu dong! Sepakat!" Ucap Joko.
Sekitar lima belas menit pun berlalu. Namun ponsel Moan belum juga dikembalikan oleh Choky.
"Ah, lama kali pon!" Keluh Moan.
"Sabar dulu, ini aku lagi kasih tau lokasiku sama cewek ini," Ucap Choky seraya mengerutkan keningnya dan menatap Moan dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Ish.. tah lah!" Keluh Moan, seraya meraih gelas kopinya yang berisi sisa kopi yang sudah dingin.
Dreeettt! Dreeeett! Dreeettt!
"Eh, Moan! Binik kau telepon!" Seru Choky.
"Kan, apa ku bilang. Aku udah janji mau pulang cepat sama dia." Keluh Moan, seraya merampas ponselnya dari tangan Choky. Lalu ia beranjak keluar dari cafe itu dan menerima panggilan dari Butet.
"Halo sayang.." Sapa Moan.
"Di mana kau bang? Gadak kabar kau dari tadi bang. Hampir aja ku kira aku udah janda, hampir juga ku perli pak erte," Ucap Butet dari ujung sana.
"Eh, jangan kau cakap kek gitu sayang. Ini abang mau pulang. Sabar ya kau sayangku, istri cantikku. Ini abang lagi jalan ke parkiran," Ucap Moan, seraya melirik teman-temannya yang terlihat mulai beranjak meninggalkan kursi mereka.
"Oh, ya udahlah. Hati-hati kau ya bang bawa keretanya. Biaya pemakaman mahal bang. Jadi tetap kau idop ya."
"Makkk... gilak binik ku ini lah." Celetuk Moan.
"Hahahaha! Ecek-ecek ajanya aku. Seloroh nya itu, jan kau ambek ati bang," Ucap Butet, seraya tertawa geli.
"Iya lah. Tunggu abang ya dek. Oh iya, mau ku bawakkan apa kau dek?" Tanya Moan.
"Bawak aja sosis mu itu utuh-utuh, gak penting aku yang laen."
"Ish mak, manceng dia! Iya lah! Pulang cepat aku sekarang!" Seru Moan dengan bersemangat.
"Ya, cepat kau pulang bang!"
"Iya dek. Udah dulu ya."
"Ok," Ucap Butet, seraya mengakhiri perbincangannya dengan Moan.
Tanpa sadar, Moan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tanpa sempat mengecek kembali, apakah aplikasi yang di install oleh Choky, sudah di hapus oleh lelaki itu atau belum.
"Yok lah cabot!" Ucap Choky.
"Yok!" Sahut Moan, seraya beranjak bersama teman-temannya ke halaman parkir, tempat di mana terparkirnya motor-motor gede milik mereka. Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan cafe tersebut ke tujuan mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
ariyatti
teh aku mampir setelah sekian lama,ketemu butet sama si moan alamaak bahagianya ngakak aku diawal ntah kebelakangnya.ketika moan ngantongin hp nya konflik dimulai..
2023-06-08
4
Oppo Black
sukak kali aku bacanya❤️❤️❤️❤️❤️
2023-02-24
4
ama luph endhe
aduuuuuuuh tjadilah perang duni Butet n moan krna salah paham 😩😩
2023-01-18
4