"Mamak!" Seru Moana, seraya menghampiri Butet yang sedang menikmati segelas teh manis dingin untuk mendinginkan hatinya yang sedang gundah karena ucapan Moana di depan kelas tadi.
"Eh, kok keluar kau? Udah selese rupanya sekolahnya?" Tanya Butet yang merasa heran melihat Moana sedang di luar kelas.
"Udah mak. Tapi kata bu Tini, mamak disuruh ke kantor sekarang."
"Eh, kenapa ni? Apa gara-gara mulot si Moana tadi? Arghhh! malu kali." Batin Butet.
"Hmmmm, ya udah lah, yok!" Butet beranjak dari duduknya, dan membayar teh manis dingin yang ia pesan dari kantin sekolah tersebut. Lalu ibu dan anak tersebut pun melangkah menuju kantor guru di sisi barat gedung sekolah tersebut.
Saat mereka tiba di depan kantor guru, Butet terlihat gelisah. Butet tahu betul mengapa ibu Tini memanggil dirinya ke kantor, semua itu tidak lain untuk membahas tentang ucapan Moana di depan kelas tadi.
"Mak, masok lah..." Ucap Moana, seraya mengguncang tangan Butet.
Butet menatap Moana dengan seksama, lalu ia menghela nafas panjang dan menatap langit-langit koridor tersebut. Lalu ia kembali menatap Moana yang terlihat santai saja, tanpa tahu apa yang akan di hadapi oleh ibunya.
Tok! Tok! Tok!
Akhirnya Butet memberanikan diri untuk mengetuk pintu kantor tersebut.
"Ya, silahkan masuk."
Terdengar suara ibu Tini dari ruangan tersebut.
Butet kembali menghela nafas panjang dan mulai membuka pintu ruangan tersebut.
"Permisi bu. Kata Moana, ibu memanggil saya?" Tanya Butet berbasa-basi.
"Iya bu, silahkan duduk." Pinta ibu Tini, seraya menunjuk kursi yang berada di depan meja kerjanya.
Butet dan Moana pun beranjak masuk dan duduk di hadapan ibu Tini.
"Ada apa ya bu?" Tanya Butet, seolah dirinya tidak tahu maksud dari ibu Tini memanggil dirinya ke kantor tersebut.
"Hmmm, Moana sayang. Moana bisa tunggu mamanya di luar dulu?" Tanya ibu Tini kepada Moana.
"Bisa bu." Sahut Moana.
"Anak pintar. Sekarang izinkan ibu berbicara sama mamanya ya," Ucap ibu Tini lagi.
"Siap bu." Moana berlari ke arah pintu dan keluar dari ruangan tersebut, diiringi senyum dari bu Tini dan Butet.
Kini di ruangan itu tinggallah Butet dan ibu Tini saja. Ibu Tini, wanita berusia empat puluh tahun tersebut kini menatap Butet dengan seksama.
"Maaf bu, saya bukan mau ikut campur dengan apa yang terjadi di rumah. Namun, saya hanya ingin tahu kondisi psikologi Moana. Karena sebagai wali kelasnya, saya harus mengetahui latar belakang anak didik saya, agar saya dapat memahami dan juga mempunyai cara untuk mengatasi anak tersebut saat di sekolah." Terang bu Tini.
Butet menghela nafas panjang dan tertunduk malu.
"Moana anak semata wayang ya bu?" Tanya ibu Tini, yang mulai menggali tentang Moana dan keluarganya.
"Iya bu." Sahut Butet.
"Maaf sebelumnya, apa Moana tumbuh dengan pengasuh?" Tanya ibu Tini lagi.
"Tidak bu, saya sendiri yang asuh." Jawab Butet.
"Oh, begitu." Ibu Tini mengangguk paham.
"Mohon maaf ya bu, bila saya banyak bertanya tentang keluarga ibu."
"Tidak apa bu." Sahut Butet lagi.
"Hmmm, begini. Apa benar yang di katakan Moana di depan kelas tadi bu?" Tanya Bu Tini.
Butet terdiam beberapa saat, lalu ia memberanikan diri untuk menatap ibu Tini. Lalu Butet mulai mengangguk dengan pelan diiringi wajah yang terlihat merah padam, karena menahan rasa malu.
"Baik bu. Begini, sebelumnya saya bukan mau menggurui ibu. Namun, anak-anak itu adalah makhluk yang polos dan begitu jujur. Lebih baik, apapun yang terjadi dengan kita, terutama orangtuanya, jangan sampai anak di libatkan bu. Selain itu, anak-anak adalah makhluk peniru yang handal. Kalau bisa bila ibu dan bapak di rumah bertengkar, jangan di depan Moana. Sekali lagi saya mohon maaf bu, bukan saya mau menggurui ibu yang sudah pasti lebih tahu kondisi di rumah. Hanya saja, saya ingin mengatakan bila Moana tampaknya tahu semua tentang ibu dan bapaknya." Terang ibu Tini.
"I-iya bu. Saya minta maaf juga, bila Moana terlalu lepas saat berbicara," Ucap Butet.
"Saya maklum bu, tidak apa-apa. Hanya saja.... menurut saya, Moana ini anak yang terlalu pintar. Jadi, sangat bahaya bila dirinya menceritakan hal-hal yang seperti tadi pada semua orang. Atau juga, ia terpengaruh dengan kondisi di rumah. Jadi dia agak sulit di kendalikan kedepannya bu. Mohon maaf sekali lagi bu, ini demi kebaikan anak kita, Moana, juga."
"Iya bu. Saya sangat berterima kasih sebelumnya," Ucap Butet.
"Baik bu, segitu dulu. Terima kasih kembali," Ucap bu Tini.
"Iya bu, saya permisi dulu."
"Silahkan bu," Ucap ibu Tini.
Butet pun melangkah meninggalkan ruangan tersebut. Lalu ia memanggil Moana yang sedang asik berbincang dengan teman barunya.
"Moana.." Panggil Butet seraya melambaikan tangannya ke arah Moana yang sedang berada di ujung lorong tersebut.
Moana menoleh, dan berjalan menghampiri Butet, bersama dengan temannya yang belum di jemput oleh orang tua anak tersebut.
"Lagi ngapain kau nak?" Tanya Butet.
"Gadak, cerita aja." Sahut Moana.
Deggg..!
Butet mulai mencurigai Moana yang suka asal berbicara dengan semua orang.
"Cerita apa kau rupanya boruku?" Tanya Butet lagi.
"Kata Moana, mamanya suka potong ayam peliharaannya." Celetuk teman Moana.
"Eh..." Butet terbelalak, lalu ia menatap Moana dengan wajah yang cemas. Tetapi bocah tersebut tampak santai saja.
"Kami pulang dulu ya dek, gosah kau dengar apa cakap si Moana ini. gadak nya ibuk potong ayamnya dia. ibuk beli di pajak nya," Ucap Butet, seraya menarik tangan Moana.
*
"Moanaaaaaaaa...., memanglah kau mirip kali sama bapakmu!" Keluh Butet saat dirinya dan Moana baru saja masuk kedalam mobil mereka.
"Mirip lah mak. Aku kan anaknya." Sahut Moana.
"Ish! pening aku nengok anak ini lah. Kek gini ya anakku..., maksud mamak kau ini, jangan kau cakap atau cerita-cerita kek gitu sama orang-orang nakku."
"Kenapa rupanya?" Tanya Moana yang terlihat mulai asik bermain game di gadget nya.
"Kau tau malu gak? Malu kalok kita cakap kek gitu sama orang. Satu lagi ya nakku, jangan kau dengar bapakmu itu. Gadak bagos-bagosnya dia kalok cakap," Ucap Butet.
"Kata bapak pun sama, 'jangan kau dengar cakap mamakmu boruku, gadak bagos-bagosnya apa cakap mamakmu' gitu dia bilang."
"Kek gitu dia bilang?" Tanya Butet yang mulai terpancing emosinya.
"Iya," Sahut Moana, tanpa melepaskan pandangannya dari game yang sedang ia mainkan.
"Ishhhh...! tengok lah kau Moan ya!" Batin Butet, geram.
"Eh mak, teringat ku, ada yang mau aku tanyak dulu sama mamak."
"Apa itu?" Tanya Butet seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Kenapa namaku Moana? Sukak rupanya mamak sama karakter kartun itu?" Tanya Moana.
Butet terdiam, lalu ia menyenderkan punggungnya di sandaran jok mobilnya. Ia menghela nafas panjang dan kembali menatap Moana dengan seksama.
"Moana itu di ambil dari nama mamak dan bapak nak."
"Oh ya?" Moana terlihat antusias dan meletakkan gadget miliknya di pangkuannya.
"Ya," Sahut Butet seraya tersenyum kecil.
"Moana. Moa dari HaloMoan. Na, itu dari AriNauli, nama mamak mu ini." Terang Butet.
Moana pun mengangguk paham.
"Ya udah, ayok kita pulang," Ucap Butet.
"Sebentar dulu mak, ada lagi yang mau aku tanyak." Moana mencegah Butet yang hendak melajukan mobilnya.
"Apa lagi?" Tanya Butet.
"Sebenarnya mamak sama bapak kenapa lagi? kenapa kita harus pisah rumah sekarang? Kenapa kita gak bisa kek dulu lagi. Aku rindu loh mak."
Butet menelan salivanya. lalu ia menatap langit-langit mobilnya dengan wajah yang terlihat begitu risau.
"Nantik lah mamak cerita ya. Tapi kau janji dulu, jangan kau cerita sama orang-orang. Malu loh..." Protes Butet.
"Gak, aku gak cerita," Ucap Moana.
"Alah, mana ada. Nanti mulut mu itu beserak. Cerita kau sama guru-guru kau dan kawan kau." Sesal Butet.
"Gak loh... Cerita lah mak." Desak Moana.
"Gak lah, mulutmu beserak."
"Mak, ish kek gitu kali mamak."
"Gadak cerita! Trauma aku sama kau!" Ucap Butet seraya melajukan mobilnya dan meninggalkan halaman sekolah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
im3ld4
moanaaaa bagooosss.. abis mamak kao kelewatan galak🤣
2023-04-30
4
wien moel
baru baca ikut nebak.. apa karena masih ngiler🤭
2023-02-23
4
ama luph endhe
bener tuch Butet kta Bu Tini kl gi btengkar dg misua jgn d depan anak tktnya psikologi anak tganggu,d tmbh Moana pinter bgt yawh...
d tunggu part cerita np Butet n moan pisah rmhnya yawh tp pelan2 ja🤗🤗
2023-01-18
4