Empat bulan yang lalu.
"Kenapa mukak kau? Asam kali ku tengok, kek ketiak," Ucap Butet saat ia baru saja melihat temannya yang pernah satu kampus dengannya dulu, mampir di cafe milik Moan, suaminya, yang mereka kelola bersama.
"Pusing aku Tet. Aku pesan Cappucino ya." Pinta temannya yang bernama Margaret, kepada Butet.
"Itu aja? Gak makan kau?" Tanya Butet lagi.
"Gak selera makan aku Tet." Sahut Margaret.
"Omakjangggg..., biasanya semua kau libas. Aneh aja ku tengok kau gak selera makan."
"Cepatlah Tet, buatkan minumanku," Ucap Margaret yang malas berseloroh dengan Butet.
"Yadahlah, sana kau gabong sama kawan-kawan yang laen nya." Butet menunjuk dengan bibirnya ke arah teman-temannya yang lainnya, yang sudah biasa berkumpul di cafe milik suaminya itu.
"Ya sudah." Sahut Margaret, seraya melangkah gontai menuju ke meja teman-temannya yang sudah lebih dahulu duduk di sana.
"Kek hidup segan, mati tak mau gitu ku tengok dia." Gumam Butet seraya melangkah menghampiri karyawannya untuk memberitahukan pesanan Margaret. Lalu ia melangkah mendekati meja teman-temannya dan duduk bergabung di sana.
"Kenapa memangnya kau?" Tanya Butet lagi pada Margaret.
"Pusing aku."
"Berat kali beban di mukak nya yakan wee..." Ucap Butet, kepada teman-temannya yang lainnya.
"Iya, kamu kenapa Ret?" Tanya Nella, teman Butet yang satunya.
"Iya, pusing banget kayaknya? Ribut lu sama suami lu?" Tanya Pipit, teman Butet yang lainnya.
Margaret menatap temannya satu persatu. Lalu kini ia mulai tertunduk, menyembunyikan air matanya.
"Eh, kau kenapa?" Butet terlihat begitu cemas saat melihat ekspresi Margaret yang terlihat semakin bersedih.
"Suamiku selingkuh," Ucap Margaret, dengan ujung suara yang tercekat.
Sontak saja Butet, Nella dan Pipit terdiam dan saling bertatapan.
"Padahal sudah enam tahun kami berumah tangga, anak dua. Tapi semua gak ada artinya bagi dia. Masih saja melihat perempuan lain di luar. Kadang aku berpikir, apa kurangku? Sampai dia tega mendua." Margaret menangis tersedu-sedu.
Butet, Nella dan Pipit menggeser kursi mereka dan mendekat ke Margaret yang terus terisak, mengekspresikan rasa lukanya.
"Lu tenang dulu Ret, memangnya ada bukti dia selingkuh?" Tanya Pipit, penasaran.
"Kalau gak ada, gak mungkin aku menangis kayak gini. Kalian pun..." Sesal Margaret.
Kini Pipit, Nella dan Butet kembali saling berpandangan.
"Buktinya apa?" Tanya Butet.
"Banyak, map nya di handphone. Mereka sering ke tempat-tempat kayak karoke, hotel, restoran dan mall. Terus chat, Kata-kata mesra, janji bertemu, sampai membahas masalah tidur." Terang Margaret.
Butet tersentak, lalu ia terlihat begitu iba dengan Margaret dan apa yang telah wanita itu alami.
"Foto mesra, juga." Sambung Margaret lagi.
Kini Butet dan dua temannya yang lain, dengan bersamaan menghela nafas panjang.
"Kok bisa sampai begitu sih?" Tanya Nella yang tak habis pikir dengan tingah suami Margaret.
"Entahlah, aku capek rasanya. Gak kuat." Keluh Margaret.
"Janganlah kek gitu Ret. Sabar ya Ret, ingat anak-anak kau." Butet berusaha untuk menyemangati Margaret.
"Aku sudah berusaha Tet. Kayaknya aku mending cerai saja."
"Ah gilak kau Ret!" Butet terkejut mendengar ucapan Margaret yang berniat untuk mengakhiri pernikahannya dengan suaminya.
"Gue bukan maau jadi kompor ya, tapi memang semua laki-laki gak bisa di percaya." Timpal Pipit.
"Eh, kok memperkeruh suasana kau Pit!" Tegur Butet.
"Bukan begitu Tet, laki-laki, memang kurang sama satu wanita." Sahut Pipit lagi.
"Pernah rupanya kau tau lakikmu selingkuh?" Tanya Butet.
Pipit tersenyum kecut. Lalu dia menghela nafas panjang.
"Kasus gue berbeda, walaupun intinya sama."
"Maksudnya?" Tanya Butet lagi.
"Dia pakai aplikasi untuk mencari wanita-wanita yang bisa menemani dia satu malam." Terang Pipit.
"Hah!" Butet tampak begitu terkejut.
"Jujur, aku juga." Timpal Nella.
Butet semakin terkejut mendengar pengakuan dari Nella.
"Kau juga apa ini?" Tanya Butet, penasaran.
"Ya, dari aplikasi gitu. Pernah ketahuan sekali. Pengakuannya sih dia gak jadi sama cewek itu. Tapi gimana ya, aku gak percaya. Tapi ya sudahlah, kita sebagai perempuan hanya bisa pasrah. Aku gak pernah cerita saja. Padahal aku menyimpan ini sudah tiga tahun." Cerita Nella.
Butet terdiam membisu. Pikirannya mulai di hantui rasa takut akan tingkah Moan, suaminya, bila berada di belakangnya.
"Begitulah lelaki, kurang puas dengan satu wanita. Padahal istri sudah cantik begini, masih saja selingkuh," Ucap Pipit.
"Suamimu bagaimana Tet?" Tanya Nella.
"Hah? lakikku? Baek-baek aja nya dia. Gak akan berani nya dia selingkuh pun. Mau patah batang lehernya ku buat?" Ucap Butet dengan ekspresi yang berapi-api.
"Jangan salah Tet, laki-laki itu pintar menyembunyikan perselingkuhan. Terutama mereka yang suka booking cewek-cewek yang gak benar." Pipit mulai memprovokasi Butet.
"Maksud kau apa?" Butet mulai terpancing.
"Sekarang ada aplikasi berwarna hijau, namanya Men_Creet. Coba kamu cek, jangan-jangan ada suamimu di aplikasi itu." Nella juga mulai memprovokasi Butet.
Butet mengerutkan keningnya saat mendengar nama aplikasi yang di sebutkan oleh Nella.
"Ish, jelek kali nama aplikasinya!. Gadak nama lain rupanya? Masih idop memangnya orang yang buat aplikasinya? Jelek kali namanya! Mual pulak aku!" Butet mulai mengalihkan rasa gelisahnya dengan mengomentari nama aplikasi yang dimaksud teman-temannya.
"Yah, begitulah nama aplikasinya Tet. Kalau lu gak percaya, lu cek aja di internet. Lu bisa baca review buruknya tentang banyaknya perselingkuhan yang terjadi di sana." Terang Pipit.
Butet terdiam. Hatinya pun mulai gelisah karena terpancing ucapan teman-temannya. Sebenarnya selama ini Butet tidak pernah mencurigai Moan, suaminya. Karena kehidupan rumah tangganya dengan Moan begitu bahagia.
Moan lelaki yang penuh tanggung jawab. Moan juga penyayang dengan anak istrinya. Moan juga selalu memiliki waktu untuk dirinya dan Moana, anak semata wayang mereka. Maka dari itu, tidak ada alasan bagi Butet untuk mencurigai suaminya itu.
Namun beberapa bulan ini, memang Butet sempat bertanya-tanya dengan Moan yang mulai terlalu sibuk. Walaupun Moan sudah menjelaskan kepada Butet, bila dirinya memiliki hobi baru, yaitu bergabung dengan club motor bersama dengan mantan teman-teman kuliahnya. Moan mengeluhkan, bila selama ini ia hanya sibuk bekerja dan membutuhkan sedikit waktu saja untuk hobinya.
Awalnya Butet dapat mencoba berpikir positif. Memang benar adanya, Moan selalu sibuk membangun kerajaan bisnis mereka sendiri. Bahkan Moan sudah memiliki bisnis cafe ini sebelum Moan lulus kuliah. Moan adalah lelaki yang begitu mempersiapkan masa depan dengan baik. Hal itu tidak tanpa alasan bagi Moan. lelaki itu ingin hidupnya dan anak istrinya tidak akan kesulitan saat dirinya berumah tangga.
Moan memiliki bisnis tersebut juga karena Butet yang terus mendorongnya agar memiliki usaha dan tidak merepotkan orang tua saat mereka menikah. Apapun Moan lakukan, termasuk segala permintaan Butet kepada dirinya. Hal itu karena Moan sangat mencintai Butet, yang dirinya anggap sebagai pelabuhan hatinya yang terakhir. Hal itulah yang membuat Butet tidak mampu melarang Moan untuk mengikuti hobinya yang baru, yaitu masuk ke club motor.
"Eh Butet, over thingking lu yak?"
Butet tersentak saat Pipit mencolek lengannya.
"Ah enggak, biasa aja. Gak mungkin lakikku begitu," Ucap Butet dengan penuh keyakinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
ama luph endhe
wah aplikasi yg bkin deg2n😁
2023-01-18
4
Aris
belum release up yang baru thor?
2022-12-30
4
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
si Butet jadi kepikiran Moan 🤭
2022-12-29
4