Tidak tahu adab

Mas Jaka mematikan motornya.

" Ayah gimana keadaanya sa." ujar kak Yuni setelah berada di samping motor mas Jaka.

" Sudah di tangani dokter, ada flek di paru paru ayah." ujar ku menjelaskan.

" Jaka nanti bisa jemput kakak tidak kakak ingin kerumah sakit juga."

" Ya udah kakak tunggu aja aku antar Lisa dulu." jawab mas jaka mendengar permintaan kak Yuni.

" Kami berangkat dulu ya kak." pamit ku pada kak Yuni.

Kak Yuni mengangguk dan berlalu menuju rumah kami.

"Gimana keadaan ayah mu sa." tanya kak Widya saat kami berpapasan di depan saat kami sedang memilih milih sayur di tukang sayur keliling.

"Sudah lebih baik kak ada flek di paru paru ayah kami." sahut ku.

" Maaf ya sa, aku belum bisa menjenguk karena menunggu suami libur dulu baru bisa pergi kesana."

" Iya kak tidak apa apa."

Bu de yang dari tadi sibuk melayani pembeli bertanya.

" Ayah kalian di rawat dimana dek.?"

" Di rsud bude." ujarku seraya menyodorkan uang untuk membayar belanjaan ku tapi di luar dugaan bude menolak uang ku.

" Sudah dek ambil aja." ujar bude sambil mendorong tangan ku yang hendak memberikan uang padanya.

" Janganlah bude, untung bude pun gak seberapa." aku merasa tidak enak hati.

" Gak apa apa dek kan gak tiap hari bude ngasih."

" Terima kasih banyak ya bude semoga laris manis dagangannya."

" Aamiin ya Allah." setelah semua membayar belanjaannya bude beranjak pergi.

" Yuuuuuur sayuuuuuuur." suara bude terdengar khas menawarkan daganganya.

Aku bersyukur masih banyak orang yang berhati baik di sekitar ku seperti keluarga kak Widya dan bude sayur contohnya, segera kusiangi sayuran dan ikan pemberian bude dan memasak nya sebelum aku berangkat kerja nanti.

Setelah masakan siap aku menyuruh Dita dan Arif makan

Sebelumnya aku memasukan makanan kedalam rantang untuk mamak di rumah sakit sekalian kuantarkan saat akan berangkat kerja nanti.

Sudah tahu ayah mertuanya sakit bang Andi tidak juga menampakan batang hidung nya .

"Bang Johan sudah datang mak?."

"Sudah semalam mereka datang bersama Neni sekalian."

Neni adalah kakak ipar bang Johan kakaknya Luna.

" oouhh."

" Bang Andi.?"

" Tak ada, nelfon pun tidak." sahut mamak.

" Dasar menantu tidak tahu adab." ujar ku geram.

" Biarkan saja lah di jenguk atau tidak sama dia tidak ada pengaruhnya." ujar mamak mencoba tabah.

Sejak awal pernikahan mereka memang aku merasa keluarga ku di remehkan sekali oleh keluarga bang Andy suami nya kak Yuni.

Hanya karena keadaan kami yang serba pas pasan padahal ayah dan mamak pun tidak pernah sekalipun meminta bantuan pada mereka , justru ayah sering diam diam menyisihkan uang yang dia dapat dari upah menjahit untuk di berikan pada kak Yuni untuk sekedar membeli beras ataupun jajan cucu cucunya.

Dokter datang mengontrol ayah dan mengatakan bahwa kemungkinan lusa ayah sudah di perboleh kan pulang.

Karena perjalanan ketempat ku bekerja cukup jauh aku segera pamit pada mamak untuk pergi bekerja.

"Pergi dulu ya mak, kalau ada yang di butuhkan telfon saja."

" Iya hati hati nak,"

Tiba di tempat kerja aku mendapat kejutan teman teman ku sesama spg yang bekerja di mall itu mengumpulkan uang untuk di berikan padaku sebagai tali kasih aku sangat terharu dengan rasa solidaritas mereka yang tinggi.

" Lisa ini dari kami." ujar Emi memberikan amplop putih padaku saat aku sedang menaruh tas dan jaket di loker.

"Apa ini Mi? ."Tanyaku sambil memandangi amplop putih Di tangan ku yang Emi berikan.

" Dari kami sa untuk ongkos taxi saat ayah mu pulang nant.i" sahut Emi sambil tersenyum tulus.

" Ya allah Mi terima kasih kalian baik sekali" ujarku aku merasakan mataku memanas bulir bulir air mata menetes dari sudut mataku.

" Eeeits jangan nangis, semangat." ujar Emi sambil menggandeng tangan ku menuju stand.

Hari ini mall tidak begitu ramai karena bukan week end otomatis tidak banyak orang yang datang ke stand ku.

hfft! pasti bulan ini aku tidak bisa mencapai target.

Bagaimana mau mencapai target kalau pengunjung mall aja sepi seperti kuburan.

" Lisa kok penjualan mu menurun sekali ya bulan ini. "

Bu Hana supervisor ku heran dengan hasil penjualan ku bulan ini karena biasanya aku selalu mencapai target yang telah di tentukan.

" Pengunjung sepi bu ," kilah ku.

Bulan bulan sebelumnya aku selalu mencapai target karena ku juga menawarkan dagangan ku di luar mall.

Bahkan kak Widya pernah memborong 6 buah bra dari brand dimana aku menjadi SPG nya juga tetangga yang lain.

Tetapi bra bukan atau jenis pakaian yang lainnya bukan lah kebutuhan primer jadi tidak selalu di cari konsumen berbeda dengan makanan.

" Semangat ya Lisa." ujar bu Hana aku mengangguk.

Sesaat sebelum jam pulang aku meminta tolong pada Emi sahabat ku sekaligus rekan kerja ku

" Mi bisa minta tolong gak."

"Tolong apa sa, kalau bisa aku usahakan."

" Gini mi besok ayah ku pulang dari rumah sakit boleh kita tuker jadwal off.?

" Oouh ya udah ,kebetulan besok juga kalau off aku di rumah aja."

" Makasih ya Mi."

" Iya sa , besok kalau sempat aku kerumah mu jenguk ayah mu.

" Makasih Mi" ucap ku sekali lagi.

****************************************************

" Bang masuk sift apa?." Tanya ku pada bang Johan melalui sambungan telfon.

" Siang, kenapa dek?."

" Ayah pulang hari ini bantuin lah masa aku sendirian yang kalang kabu.t"

" Kan ada kak Yuni dia kan gak kerja juga." elak bang Johan.

" Macam gak tahu aja sifat suaminya itu." ujar ku kesal

" Ya udahlah nanti abang datang langsung kerumah sakit."

Setelah hampir sepuluh hari di rawat di rumah sakit akhir nya ayah kembali ke rumah.

Seperti pesan dokter, ayah harus menghentikan kebiasaan nya merokok.

" Nach dengar kan ayah kalau dokter juga menyaran kan untuk berhenti merokok."

" Kalau tidak merokok itu terasa asam" kilah nya

Hingga ayah pulang kerumah pun itu menantu tidak tahu diri tetap tidak menampakan batang hidung nya.

Kalaupun tidak bisa datang langsung setidak nya berbasa basi melalui telfon menanyakan kabar ayah pun sudah membuat kami senang dan merasa di harga tapi ini sama sekali tidak ada.

Entah terbuat dari apa hatinya bukan kah dia juga punya orang tua? .

"Suami kak Yuni datang dek?." tanya mas Jaka saat dia kebetulan libur dan datang mengunjungi kami.

" Gak ada mas. "

" Astaghfirullah terbuat dari apa hati nya itu."

" Dari batu mungkin mas, dia mati pun gak sudi aku datang melayat."

" Hussst gak baik seperti itu, doakan saja." sergah mas Jaka mendengar ku berkata begitu.

" Sakit hati ku mas, apa karena kami orang miskin pantas di perlakukan seperti ini?." Ujarku mulai terisak

" Dek ,ga usah sedih masih banyak kan yang baik" mas jaka menyeka air mata yang mengalir di pipi ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!