Lapor polisi

TOK TOK TOK TOK!!!

Ketukan di pintu depan membuat ku terkejut aku tidak langsung keluar kamar tapi aku duduk di tempat tidur untuk meyakinkan pendengaran ku bahwa ketukan dipintu itu bukan berasal dari mimpi ku.

TOK TOK TOK TOK!!!

Ketukan itu terdengar kembali kusambar handphone untuk melihat jam berapa sekarang

4.50 pagi! Siapa kira kira yang nekat mengetuk pintu rumah orang pagi pagi buta begini?.

Apakah orang mabuk yang nyasar? Aku berjalan berjingkat mendekati jendela depan ku sibak kan gorden sedikit untuk mengintai siapa gerangan yang ada di luar dan mengetuk pintu pagi pagi buta begini.

Aku mengucek ucek mataku untuk memastikan bahwa aku tidak salah lihat.

Ternyata aku memang tidak salah lihat yang berdiri di depan pintu rumah kami adalah kak Yuni dan 2 keponakan ku yang menggigil kedinginan.

Segera ku putar anak kunci dan membuka pintu rumah.

"Kak ngapain pagi pagi buta begini kesini?." ujarku setengah berbisik.

Kak Yuni tidak menjawab tapi dia menghambur ke pelukan ku aku segera memberikan kode pada 2 keponakan ku untuk masuk dan ku tutup kembali pintu rumah.

"Kenapa kak?." ujar ku masih dengan setengah berbisik suasana kamar ku yang remang remang membuat ku tidak bisa melihat dengan jelas kondisi wajah kak Yuni.

Terlebih lagi kak Yuni membiarkan rambutnya yang panjang dan ikal tergerai menutupi sebagian wajahnya, kak Yuni segera berbaring di susul dua keponakan ku.

Aku memutuskan untuk pergi kekamar mandi mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh setelah sholat subuh aku putuskan kepasar berbelanja sayur mingguan.

Sudah ada 2 minggu bude sayur tidak datang karena pulang kampung jadi akhirnya aku berbelanja sayur kepasar, aku mengguncang badan kak Yuni untuk mengajaknya kepasar .

" Kak, kak ayok kepasar mumpung masih pagi."

" Gak lah dek kakak ngantuk sekali." kak Yuni menarik seliput dan menutupi sekujur tubuhnya akhirnya aku berangkat sendiri kepasar.

Belum juga aku menurun kan standard motor ku dan menurunkan belanjaan, ku dengar dari dalam rumah suara tangisan pilu mamak.

Aku buru buru menurunkan standard dan tergopoh gopoh masuk kedalam rumah sambil membawa belanjaan ku,melalui pintu samping.

Setelah ku taruh belanjaan di dapur aku segera ke ruang tamu karena aku tadi masuk lewat pintu bangunan sambung dari papan yang ayah buat untuk lapak menjahit ayah yang langsung menembus ke dapur.

Jadi aku tidak tahu apa yang tengah terjadi di ruang tamu yang letaknya di rumah utama

Mamak ayah, kak Yuni dan semua adik dan ponakan ku berkumpul mamak dan kak yuni menangis sambil berangkulan .

" Ada apa ini?." tanyaku

Mamak melepaskan pelukannya pada kak Yuni di saat itulah aku melihat kondisi muka kak Yuni bawah matanya lebam membiru dan yang mengerikan adalah pembuluh darah di bola matanya pecah sehingga penampilan matanya terlihat mengerikan.

Aku mengucap istighfar berkali kali dada ku terasa sesak sekali, aku mengarah kan kamera handphone ke wajah kak Yuni dan mengambil foto kondisi wajah kak Yuni.

Sudah bulat tekat ku untuk memenjarakan manusia tidak punya hati yang satu itu aku mengirimkan foto kak Yuni pada Bang Johan dan Mas Jaka .

"Mak hari ini mamak yang masak ya, tadi aku dah belanja."

Setelah itu aku bergegas masuk kamar dan berganti baju aku lemparkan kerudung pada kak Yuni dan menyuruhnya menganti baju.

"Bangun ayok kita kekantor polisi." ucap ku ketus pada kak Yuni ayah dan mamak terkejut mendengar ucapan ku .

" Tidak usahlah nak nanti malah panjang urusannya." cegah mamak

" Gak bisa mak kalau begini terus lama lama mati anak mamak di buat nya!."

" Ini juga si bodoh udah tahu di perlakukan seperti sampah masih juga bertahan" ujar ku sambil menoyor kepala kak Yuni saking kesalnya.

" Jangan lah nak seperti itu ke kakak mu." ratap mamak pilu.

"Biar mak!! biar dia mikir jangan jadi beban saja hidupnya!."

Ayah beranjak bangun dari duduknya dan keluar rumah tidak berkata sepatah kata pun.

" Kali ini kak Yuni menurut dia mengganti baju dan mengenakan kerudung kami berjalan beriringan menuju motor.

"Mak.,Yah kami pergi dulu nanti kalau bang Johan datang kasih tahu saja kami di kantor polisi." pesan ku pada ayah dan mamak.

" Iya nak , hati hati ya." seru ayah melepas kepergian kami.

Setibanya di kantor polisi kami di arahkan ke bagian SPKT.

Petugas jaga hari itu mengintrogasi kak yuni karena tempat kejadian perkara bukan berada di bawah polsek yang kami datangi akhirnya kami diarah kan ke polsek yang terdekat dengan tempat kejadian perkara dan dianjurkan untuk melakukan visum.

Kami mendatangi polsek yang di arahkan dari petugas polsek yang pertama kami datangi akhirnya laporan kak yuni di terima dan buat kan BAP.

Kami di rujuk kerumah sakit untuk melakukan visum terlebih dahulu.

Saat membuka jendela pagi hari aku terkejut melihat ada baju berserakan di halaman rumah kami dan sebagian di jalan depan rumah.

Aku keluar menuju teras untuk memeriksa baju siapakah yang berserakan itu.

Tidak menyangka bahwa yang berserakan itu adalah baju kak Yuni dan pelaku nya adalah suaminya sendiri .

" Bang keluarga kita itu benar benar di lecehkan oleh si brengsek itu." ujarku saat mengadu pada bang Johan.

" Udah diam kan saja dek anggap saja dia gak waras."

" Abang diam saja.?"

" Terus abang mesti gimana? Habisi dia.? , kalau abang tidak ada anak istri sudah abang buat dari dulu dek!."

Benar juga apa yang bang Johan katakan jangan sampai melakukan perbuatan bodoh karena orang bodoh.

Bang Andi melakukan hal itu karena sudah tiga hari tiga malam tidak pulang kerumah suaminya

Kami melarang kak Yuni dan anaknya pulang kerumah mereka.

"Berani kakak pulang kerumah si brengsek itu aku haramkan rumah ini buat kakak" ancam ku pada kak Yuni .

Hanya aku yang berani tegas pada kak Yuni sejak, aku yang mengambil alih tugas menjadi tulang punggung bagi keluarga ini ayah dan mamak tidak banyak berkata apa apa.

Aku sudah muak dengan segala drama yang terjadi dengan kehidupan kak Yuni meskipun usia nya jauh lebih tua dariku tapi kak Yuni tidak bisa di harapkan dalam hal apa pun.

Jangankan untuk mengambil alih tugas ayah sebagai tulang punggung keluarga untuk mengurus dirinya pun tidak becus.

Bukan membanggakan diri sendiri tapi begitulah kenyataannya mungkin tempaan hidup yang membuat ku menjadi perempuan tegar ,tegas meskipun di dalam hati ku kadang rapuh.

Semua itu semata mata karena memang tidak ada bahu untuk bersandar sementara mas Jaka dia juga mempunya beban hidupnya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!