Topeng

Adhara hampir percaya saat kepala sekolah bilang kalau Ellena benar-benar tulus. Tapi apa yang dia dengar hari ini justru kembali membuatnya berpikir sebaliknya.

Adhara baru akan masuk ke ruang guru yang sepi saat dia mendengar Ellena sedang bicara dengan seseorang di telepon. Dia tidak menguping, tapi suaranya itu cukup keras jadi adhara bisa dengar.

"iya. aku masih di sekolah sekarang. Aku harus memenuhi kredit jam kehadiran kalau tidak aku tidak akan mendapatkan nilai. Menyebalkan sekali" ucapnya mengeluh.

Kalimat singkat itu kembali membuatnya masuk dalam daftar hitam Adhara. Hanya begitu saja, kebaikan yang Ellena tampakkan sebelumnya seperti sia-sia.

"sudah kuduga" gumam adhara lirih. Dia masih berdiri di depan pintu saat Ellena mengetahui keberadaannya. Tapi Ellena hanya merespon biasa saja, tidak terkejut ataupun takut. Dia menutup telepon sebelum bicara dengan Adhara.

"Oh, anda kesini lagi? apa ada jadwal mengajar?" tanya Ellena menyapa Adhara yang masuk ke ruangan. Adhara hanya diam meletakkan tas dan bukunya di atas meja. Niatnya untuk bicara dengan perempuan ini sudah hilang lagi karena kalimatnya di telepon barusan.

"permisi" Adhara baru akan pergi ke kelas saat Ellena menahannya lagi. Dia agak ragu meminta bantuan orang yang hanya banyak diam ini. Tapi bagaimana lagi, hanya adhara yang bisa membantunya kali ini.

"saya ingin mengajari anak-anak menyanyi di kelas pertama saya. Boleh saya minta bantuan untuk mengiringi musiknya?" tanya Ellena. Dia tau dari kepala sekolah kalau adhara bisa memainkan piano dengan baik. Jadi dia memberanikan diri untuk meminta bantuan, lagipula ini untuk kebaikan muridnya. Jadi mungkin saja Adhara mau membantu kan.

Adhara hanya mengangguk, kalau untuk mengajar dia tidak bisa menolak. Karena itu untuk kebaikan murid-muridnya yang berharga. Dia akan mengorbankan waktunya sedikit hari ini untuk membantu. Toh Adella juga sudah biasa menunggu agak lama. Jadi dia mungkin hanya akan kesal sedikit.

Setelahnya adhara pergi ke kelasnya sendiri, meninggalkan Ellena yang agak resah di ruang guru. Dia sudah memikirkan beberapa hal untuk dia ajarkan hari ini, tapi tetap dia tidak bisa berhenti gugup.

Sepulang sekolah Ellena menjelaskan rencana mengajarnya pada Adhara, dan itu cukup menarik. Mereka belajar menyanyi dengan bantuan piano untuk mencocokkan nadanya. Walau Adhara agak tidak yakin karena suara Ellena yang pernah dia dengar itu agak jelek kalau menyanyi. Tapi dia tidak berkomentar tentang itu. Barangkali menyanyinya sudah menjadi agak lebih baik kan, siapa tahu.

...****************...

Hari ini adalah jadwal Ellena mengajar seni. Sesuai rencananya dia akan dibantu oleh Adhara. Adhara sendiri juga menganggapnya sebagai sebuah tes tanpa Ellena tahu. Bertemu muka adalah cara paling mudah untuk membuktikan sebuah ketulusan, dan dia mau memeriksanya sendiri sekarang apakah Ellena benar-benar peduli atau hanya melakukan kewajiban saja. Hal itu akan mempengaruhi caranya memperlakukan Ellena ke depannya.

Mereka belajar di ruang musik untuk ini, sebelumnya Ellena harus membawa muridnya berpindah dari ruang kelas menuju ruang musik. Hal itu cukup sulit sebenarnya untuk pemula, tapi Ellena bisa mengarahkan anak-anak dengan cukup baik meski ada hal buruk yang terjadi.

"tunggu. sepertinya ada yang belum masuk ke dalam kelas." ucap Ellena panik. Jumlah kehadiran dan jumlah siswa yang ada di ruang musik sekarang tidak cocok. Ada satu anak yang tidak ada di kelasnya.

"pak Adhara, boleh tolong jaga anak-anak sebentar?” tanya Ellena buru-buru. Adhara mengangguk dan setelah itu Ellena langsung berlari ke arah kelas sebelumnya.

Langkah Ellena terhenti, dia mendengar suara tangisan begitu memasuki pintu. Itu suara anak perempuan, muridnya yang tertinggal. Ellena mendekat perlahan tidak ingin membuat si anak yang menangis itu terkejut.

" Hai Risa... ini kakak" ucapnya. Suaranya justru membuat Risa menangis lebih keras lagi. Ellena segera memeluk anak kecil itu hingga dia tenang kembali. Memang memakan waktu agak lama, tapi dia harus memastikan anak itu benar-benar baik-baik saja.

"maafkan kakak ya... tadi kakak tidak tahu kalau kamu tertinggal disini sendiri, kamu takut?" tanya Ellena dengan sabar. Risa mengangguk, dia belum mau bicara sekarang.

"sudah, tidak apa-apa. Kakak ada disini. Sekarang kita pergi ke kelas musik ya... kita bergabung dengan yang lain" ucap Ellena lagi. Dia tidak menyalahkan atau mempertanyakan kenapa Risa bisa tertinggal di kelas. Dia hanya menunggu Risa tenang, dan itu berhasil. Perlahan mereka berjalan bergandengan menuju kelas musik. Ellena sudah mengusap air mata anak kecil itu, hingga dia tampak lebih baik daripada sebelumnya.

"Risa tertinggal di kelas sebelumnya, tapi sekarang sudah saya bawa kesini. Kita bisa melanjutkan belajar musik" ucap Ellena melapor pada Adhara yang hanya dibalas senyum tipis. Tunggu, laki-laki dingin itu tersenyum? Ellena mengusap matanya sendiri karena tak percaya. Tapi... jujur, senyum Adhara itu manis sekali, pikir Ellena.

Kelas seni pertama Ellena berjalan lancar hari ini. Iringan piano dari Adhara berhasil membuat anak-anak menyanyi dengan lebih mudah, meski beberapa masih kesulitan. Tapi anak-anak cukup senang saat belajar menyanyi, dan itu sudah di anggap berhasil bagi Ellena.

Setelah kelas selesai, Ellena kembali membawa anak-anak kembali ke kelas sebelumnya. Agaknya dia sangat bahagia karena kelasnya berhasil, dia tersenyum sepanjang waktu. Sayangnya, Adhara tidak bisa melihat betapa Ellena tersenyum dengan sangat tulus. Meski begitu, Adhara punya pandangan baru tentang Ellena... Sepertinya, dia agak baik juga.

"pak." panggil Risa yang berada di barisan terakhir memanggil adhara dengan tangan yang agak meraba-raba. Begitu berhasil menarik lengan Adhara dia membisikkan sesuatu.

"bu Ellena baik, aku mau titip terimakasih" ucapnya malu-malu. Anak ini manis sekali, meski pemalu dan tidak banyak bicara. Dia agak kesal karena Ellena melihatnya menangis di kelas tadi. Dia tidak bicara apa-apa sampai tidak sempat berterimakasih. Tapi dia tidak berani bicara pada guru itu langsung, jadi dia mengatakannya pada Adhara, guru yang sedikit lebih akrab dengannya dibandingkan dengan Ellena.

"boleh. Tapi suatu saat kamu harus berterimakasih sendiri" ucap Adhara. Dia mengajarkan anak kecil ini untuk membalas budi pada kebaikan paling kecil sekalipun. Karena bagi orang yang memiliki kekurangan seperti mereka, bertemu orang baik dalam hidup adalah hadiah dari Tuhan yang sangat jarang di temukan, jadi jika bertemu orang yang memperlakukan mereka dengan baik, mereka harus berterimakasih dan menghargai orang itu, siapapun dia.

"hmmm. Terimakasih pak" jawab Risa lagi sebelum kembali berjalan mengikuti teman-temannya yang lain. Dia tidak mau tertinggal lagi seperti sebelumnya. Sendirian itu, menakutkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!