Penawaran Mengejutkan

Awalnya dia merasa kondisinya baik-baik saja, tetapi ternyata nasib buruk menimpa. Bagaimana dia akan hidup nantinya jika kaki saja tidak berfungsi? Begitulah yang di pikirannya saat ini. Keadaan yang memaksa dia harus bekerja di kota—membantu ibunya yang hanya berprofesi sebagai penjahit di kampung. Namun, setelah ini dia sepertinya akan kesusahan jika bekerja. Dia hanya akan bisa merepotkan sang ibu dalam segala hal.

“Nak tenanglah.” Fatimah berusaha menenangkan Nayra.

“Bagaimana Nayra bisa tenang, Bu. Nayra nggak bisa jalan, Nayra lumpuh!” Nayra semakin histeris.

Operasi yang dilakukan dokter sebelumnya bertujuan untuk membantu proses penyembuhan fraktur fermur atau patah tulang paha yang dialami Nayra. Akan memakan waktu kurang lebih tiga sampai enam bulan masa penyembuhan. Selama itu, dia tidak disarankan banyak bergerak dan disarankan mengonsumsi makanan yang mempercepat pemulihan.

Sementara itu, Zayn yang ikut mendengarnya dari luar, dia merasa sangat terpukul atas apa yang dialami wanita yang dicintainya. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri, jika saja hari itu di tidak mengatakan semuanya, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Namun, takdir tetaplah garis hidup, tak ada satu pun yang tahu dan bisa menebak bahkan satu detik ke depan.

“Dokter, tolong datang ke ruang Rose. Ada pasien yang membutuhkan pertolongan.” Arkha memanggil dokter melalui tombol yang terletak di dinding—menghubungkan ke ruangan dokter.

Tak lama dokter pun masuk dan memeriksa kondisi Nayra. Lelaki yang memakai jas putih terebut lantas memberikan obat penenang agar Nayra tidak histeris. Beberapa saat kemudian, Nayra pun tertidur.

Zayn masih berdiri di balik dinding ruang Nayra, dia enggan beranjak dari tempat tersebut. Entah apa yang membuatnya tetap bersikeras menunggu wanita itu, yang jelas dia ingin memastikan keadaannya. Meskipun sebenarnya dia ingin merawat wanita itu penuh kasih, tetapi hal itu seperti mustahil jika Nayra saja tidak pernah mau melihat dirinya.

Keesokan harinya sebelum pergi ke kantor, Arkha mendatangi Nayra lagi. Kali ini, di tangannya membawa seikat bunga lily bercampur dengan mawar merah, juga terdapat bunga baby breath yang semakin membuat rangkaian bunga tangan itu terlihat manis. Baru saja Arkha masuk, Nayra dan ibunya sudah bisa mencium aroma wangi dari bunga tersebut, membuat perasaan yang menghirupnya menjadi tenang.

“Arkha, bagus sekali bunganya. Terima kasih, ya.” Fatimah tersenyum, sedangkan Nayra hanya menatapnya sebentar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Semoga dapat membangunkan mood Nona Cantik ini, Bu.” Arkha tersenyum. “O iya, maaf kalau diizinkan, saya mau bicara berdua dengan Nona Nayra boleh?”

“Tentu saja boleh, silakan!” Fatimah pun beranjak dari duduknya dan berniat keluar, tetapi sebelum itu dia berpamitan pada anaknya. “Sayang, Ibu keluar dulu, ya. Kalian berbicaralah.”

Nayra tak mengenal siapa Arkha sebenarnya, kenapa dia begitu perhatian terhadapnya. Padahal, jika dipikir-pikir lelaki itu orang yang sibuk—menghabiskan waktu di kantor, tetapi dia masih bisa menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah sakit. Sementara Zayn, dia disarankan untuk tidak datang lagi menjenguk Nayra karena setiap kali melihat Zayn, emosi anaknya itu akan memuncak. Untuk menghindari hal tersebut, Zayn pun mengerti dan sangat memaklumi meskipun dalam hatinya begitu berat.

Kondisi Nayra kini sedikit lebih baik dari kemarin, setidaknya dia tidak lagi meratapi kesakitannya dan mulai berdamai dengan keadaan. Disesali dan ditangisi pun akan percuma, semua tidak akan kembali seperti semula. Pasrah dengan semuanya, mungkin itu jalan lebih baik untuk sekarang

“Nona Nayra, aku akan—“

 

“Nayra, panggil Nayra saja!” Belum sempat Arkha mengatakan tujuan dan niatnya, ucapannya dipotong oleh wanita itu. Pandangan Nayra kosong, mengarah pada sudut ruang. Dia enggan menatap lelaki asing itu. 

“Baiklah, Nayra. Begini, aku akan menawarimu sesuatu yang menguntungkan. Aku sangat berharap kamu menerima tawaranku.”

“Tawaran ... bahkan kau belum mengatakan apa pun. Bicaralah yang jelas.”

“Jadi begini ....” Arkha mengatur posisi duduknya, mempersiapkan barisan kalimat yang hendak disampaikan kepada Nayra. Berharap wanita itu tidak akan sakit hati dan salah paham dengan ucapannya.

Tujuan Arkha kali ini memang untuk menawarkan sesuatu yang sangat penting dan cukup menguntungkan keduanya. Lelaki itu sejak tiga hari yang lalu diam-dia menyuruh seseorang untuk mencari informasi tentang Nayra, kehidupannya, bahkan masalah percintaannya. Arkha juga tahu, lelaki yang berpapasan dengannya waktu itu adalah kekasihnya, lebih tepatnya lagi disebut mantan kekasih.

“Sebelumnya aku minta maaf, jika penawaranku ini agak sedikit berlebihan, atau mungkin kamu akan merasa tidak nyaman. Tapi, maksud tujuanku hanya untuk membantumu. Setidaknya kita saling menguntungkan, Nayra.”

“Langsung saja ke intinya, tidak perlu berbasa-basi.” Nayra dengan ketus menyela pembicaraan Arkha.

 

“Baiklah. Aku sangat paham keadaanmu sekarang, aku ingin membantu perawatanmu sampai sembuh, tetapi ada satu hal yang aku inginkan. Bersedialah menikah denganku setelah sembuh. Bagaimana?”

“Apa? Apa aku tidak salah dengar, Anda pikir dengan semua uang yang Anda miliki, bisa seenaknya mengatur hidup orang dengan sebuah penawaran konyol seperti itu?”

“Satu lagi. Aku juga akan menjamin biaya hidup kamu dan ibu kamu selama kamu sakit. Bukankah ekonomi kalian ... maaf, maksudku, sepertinya tidak ada salahnya memikirkan kembali penawaranku.”

“Mau sebesar apa tawaran yang akan kamu berikan. Aku tidak akan tertarik, Tuan Arkha. Jadi, sebaiknya pergilah, percuma jika terus di sini. Cari saja wanita lain yang bisa jadi boneka kamu. Dan, biaya rumah sakit, aku pastikan akan membayarnya nanti. Terima kasih.”

“Aku hanya berniat membantumu, dan aku juga membutuhkan pertolonganmu. Jadi, kita sama, kan?”

“kamu pikir aku wanita apa, segampang itu mengajak menikah. Meskipun aku gadis miskin, setidaknya aku punya harga diri.”

“Maaf, saya saama sekali tidak bermaksud merendahkanmu, Nona Nayra. Hanya saja, aku menawarkan hal ini, siapa tahu kamu bersedia menerimanya.”

Tidak pernah terpikirkan dalam benak Nayra jika dirinya akan bertemu lelaki seperti Arkha, menggunakan kekuatan uang untuk menghalalkan segala cara. Apa pun alasannya, Arkha memang sudah memikirkan hal ini matang-matang. Dia merasa risi jika terus-terusan mendapat tekanan dari ibunya yang terus menjodohkannya dengan wanita pilihan.

“Pikirkan baik-baik, Nayra. Usia 24 tahun sudah cukup dewasa, aku benar-benar ingin menikahimu dan bukan untuk main-main. Apa kamu tika kasihan melihat ibumu di kampung seorang diri dan hidup serba kekurangan? Kau tidak akan bisa sembuh cepat jika tidak ditangani dokter spesial. Sepertinya tawaranku tidak akan merugikanmu. Aku akan datang lagi besok, aku harap kamu sudah menyiapkan jawaban yang memuArkhan untuk kudengar. Permisi.”

Arkha pun pergi, sedangkan Nayra masih terpaku memikirkan setiap barisan kalimat yang diucapkan Arkha. Semua yang dikatakan lelaki itu memang benar adanya. Dia tidak akan mungkin bisa bekerja selama kakinya belum sembuh. Waktu tiga sampai enam bulan adalah waktu yang cukup lama untuk dirinya beristirahat tanpa melakukan apa pun. Sudah pasti, dia dan ibunya akan mengalami kesulitan ekonomi.

Terpopuler

Comments

☘💚Efa Vania💚☘

☘💚Efa Vania💚☘

t3rima aja nay, siapa tau kamu bisa hiduo enak terus lupain si zayn. biar kapok tuh orang. gemes.

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!