Rasa Bersalah

"Aku hanya wanita bodoh yang bisa kamu permainkan! Bisa-bisanya aku mencintai lelaki sepertimu!" tukas Nayra dengan suara tingginya. “Semuanya sudah selesai, jauhi aku. Hiduplah dengan keluargamu! Terima kasih.”

Nayra berdiri sekuat tenaga, menopang tubuhnya yang sudah lemas. Namun, rasanya ia tak sanggup menjaga keseimbangannya.

Zayn dengan sigap merengkuh tubuh Nayra yang hampir limbung ke belakang. Dia memeluknya erat, tetapi wanita itu langsung melepasnya dengan kasar. Nayra meninggalkan Zayn dengan isak tangis yang menyayat hati.

"Maafkan aku," ucap Zayn lirih memandang kepergian Nayra. Dia terpaku mematung di tempatnya, meratapi kekejamannya karena telah melukai hati wanita yang ia cintai.

Nayra melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Menyadari hal itu, Zayn langsung menyusul dengan berlari, mengejarnya ke arah jalan. Akan tetapi, semuanya terlambat, Nayra sudah menaiki taksi yang sempat ia berhentikan.

Sesampainya di kos, Nayra merenung dan meratapi kejadian beberapa menit yang lalu. Rasanya seperti mimpi buruk, sulit untuk dipercaya. Nayra duduk di tepi ranjang, sesekali mengusap buliran hangat yang terus lolos dari matanya. 

“Setelah ini, aku berjanji pada diriku sendiri. Aku akan menghilang dari kehidupanmu, Zayn. Aku tidak akan mau menemuimu lagi walau hanya sedetik sekalipun. Semua kebaikan dan ketulusan yang kau berikan, kini tertutup sudah dengan satu kesalahan besar yang kamu perbuat. Apa kamu sekarang sudah puas setelah mengatakan semuanya kepadaku?”

 

Nayra terus bermonolog sembari memandangi foto Zayn yang tergeletak di meja riasnya. Dia sesekali mengusap kasar air mata yang sejak tadi mengalir.

"Zayn, aku sangat berterima kasih untuk dua tahun ini. Kamu sudah menerbangkanku tinggi hingga aku lupa melihat ke bawah, tak pernah sekalipun aku menemukan kesalahan di dirimu. Kamu lelaki baik, lelaki yang selalu mengisi hariku. Tapi, sekarang kamu melakukan kesalahan terbesar. Sampai kapan pun, mungkin kamu akan tersimpan di relung meski aku tidak bisa memilikimu.”

Nayra memang kecewa dengan kekasihnya, sangat kecewa. Namun, sedikit pun ia tak bisa membencinya berlebihan. Bagaimanapun, rasa cinta itu lebih besar daripada rasa bencinya.

Suara ketukan pintu kos membuyarkan lamunannya. Padahal, jam sudah menunjukkan angka sembilan malam. Nayra berjalan perlahan ke arah pintu dan langsung membukanya. Dia melihat ada seorang lelaki yang berdiri di sana.

Nayra buru-buru menutup kasar pintu tersebut saat melihat Zayn berdiri di ambang pintu. Rasa kecewanya kini semakin menebal, bahkan untuk melihat wajah itu sekali pun, dia enggan. Rasa sakitnya benar-benar membuatnya tidak ingin lagi bertemu dengan Zayn.

“Rara, buka dulu pintunya. Aku mau bicara sebentar saja, tolong kasih aku kesempatan untuk menjelArkhan.” Zayn mengetuk lagi pintu kamar Nayra. 

Lelaki itu bisa bebas memasuki kos tersebut karena sebenarnya kos itu milik pamannya, sebagai tempat tinggal untuk para karyawan yang bekerja di restorannya.

“Pergi!” suara Nayra berseru dari dalam mengusir Zayn. Pada akhirnya, lelaki itu memilih pergi dan esok akan kembali lagi menemui Nayra.

Alzayn Dirgantara, lelaki berkulit sawo matang, berperawakan tinggi, mempunyai potongan rambut yang rapi, serta hidungnya yang mancung, semakin membuat lelaki itu tampak sempurna. Usianya dua puluh lima tahun, selisih satu tahun dengan Nayra. Dia seseorang yang begitu perhatian, lembut tutur katanya dan sopan perilakunya.

Zayn bekerja di Lovas Resto milik pamannya sebagai manajer, begitu juga dengan Nayra. Wanita itu juga bekerja di restoran tersebut sejak lulus SMA sebagai waiters. Keduanya semakin dekat karena saling tertarik satu sama lain, hingga akhirnya mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. 

Selama hampir dua tahun tidak pernah ada masalah besar di antara keduanya. Hanya saja hubungan mereka memang tidak ada yang mengetahui. Tak ada satu pun yang curiga dengan hubungan mereka. Bahkan, semua di restoran itu juga tidak ada pekerja yang tahu jika Zayn memang sudah beristri, kecuali pamannya.

“Ibu, besok Nayra akan pulang,” ucap Nayra ada ibunya melalui sambungan telepon.

“Kenapa, Nak? Apa yang terjadi?”

“Nayra lelah, Bu. Nayra pengen istirahat.”

“Ya sudah, nggak apa-apa. Apa perlu ibu jemput?”

“Nggak perlu, Bu. Nayra bisa sendiri, kok.”

“Hati-hati ya, Nak. Jaga diri baik-baik.”

“Iya, Bu. Nayra pun mematikan teleponnya kemudian mencoba untuk memejamkan mata. Mengistirahatkan hati yang gundah.

Fajar mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur, memberikan sinarnya dengan kehangatan. Pagi ini, Nayra sudah bersiap untuk pulang ke kampung halaman. Di sana mungkin ia akan lebih tenang jika tinggal bersama ibunya. Dia juga ingin menghindari Zayn dan tidak mau jika nanti terus bekerja di restoran itu akan semakin sering bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

Nayra telah selesai mengemasi barang-barangnya. Dia lanjut memesan ojek online untuk menuju terminal. Wanita itu rela meninggalkan semuanya, pekerjaan, teman, juga mantan terkasihnya. Semua kenangan akan dia simpan dalam hatinya. Pergi menjauh adalah keputusan yang paling tepat baginya.

Saat ojek yang ditumpanginya sudah sampai depan terminal, Nayra lanjut berjalan untuk menyeberang. Tiba-tiba saja, dia mendengar suara teriakan yang lantang memanggil namanya. 

"Nayra, tunggu!" seru Zayn seraya melambaikan tangan begitu melihat Nayra. 

Mendengar suara tersebut, Nayra bahkan tak menoleh sama sekali. Dia konsentrasi melihat kiri dan kanan, memastikan tidak ada kendaraan yang lalu lalang.

Saat Zayn mendekat, dia langsung mencekal tangan Nayra. Mencegah wanita itu untuk pergi. "Nayra, tetaplah di sini. Jangan pergi!" 

"Lepasin, Zayn!"

“Ra, kamu mau ke mana. Please, aku mohon maafin aku,” ucap Zayn terus membujuk Nayra.

“Sudahlah. Biarkan aku pergi, nggak ada gunanya juga jika aku terus di sini.” Dengan perasaan sesak di dada, Nayra menahan air matanya agar tidak terjatuh.

 

Nayra mengibArkhan tangan Zayn. Dia langsung berjalan laju tanpa melihat lagi kiri kanan karena ingin segera menghindari Zayn.

"Rara, awas!" 

Tanpa Nayra sadari, mobil dari arah sebelah kanannya melaju dengan kecepatan kencang, ia bahkan tak sempat untuk menghindari mobil tersebut. Suara decit rem mobil terdengar di telinga setiap orang yang melewati jalanan tersebut. Namun naas, seberapa mobil itu berhenti, tetapi tetap saja kehilangan kendali dan langsung menabrak Nayra. Tas yang ditenteng Nayra terlempar, begitu juga dengan dirinya yang terpental beberapa meter dari mobil yang menabraknya.

Nayra tergeletak tak sadarkan diri, sedangkan Zayn yang melihat langsung kecelakaan itu, dengan cepat berlari ke arah Nayra. Darah mengalir begitu deras dari kepala wanita itu. Lelaki itu mendekap erat tubuh Nayra di pangkuannya. Air matanya menetes begitu saja. Tangannya mengelus lembut pipi wanita itu. “Rara, bangun Sayang!”

Selang beberapa saat, ambulans datang menjemput Nayra. Zayn ikut mendampinginya. Dia terus menggenggam erat tangan wanita itu.

“Ra, maafkan aku. Kalau saja aku tidak menemuimu tadi, mungkin kamu akan baik-baik saja. Semuanya memang salahku.” Zayn berkata lirih, sesekali mengusap lembut dahi Nayra.

Kini, Zayn tengah menunggu Nayra yang sedang ditangani di ruang IGD, sembari berusaha menghubungi ibu Nayra yang berada di kampung. Dia memberi kabar bahwa anaknya kecelakaan.

Terpopuler

Comments

☘💚Efa Vania💚☘

☘💚Efa Vania💚☘

nyesek banget jadi Nayra.

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!