Gelora Cinta Masa Lalu
“Ra, ada sesuatu yang penting yang ingin aku bicarakan. Apa kamu ada waktu?” Zayn membuka pembicaraan ketika motornya perlahan mulai meninggalkan restoran tempat mereka bekerja.
“Ya, tentu saja, Sayang. Memangnya mau bicara apa, sih? Sepertinya sangat serius,” tanya Nayra penasaran.
“Kita mampir ke taman dulu, ya?”
“Oke.”
Sore hari sepulang kerja, seperti biasa Zayn mengantar Nayra—kekasihnya pulang ke kos dengan motornya. Tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka di restoran tersebut karena Zayn selalu bersikap baik dengan siapa pun dan bersikap manis pada semua orang.
Motor Zayn perlahan membelah jalan, menuju taman yang tak jauh dari pusat kota. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di taman dan duduk di sebuah kursi panjang di sana. Tanaman nan hijau ditumbuhi bunga-bunga di berbagai sudut tampak sangat indah jika dipandang mata. Rerumputan hijau yang begitu terawat memenuhi tanah, mengelilingi air kolam yang berada di tengahnya. Tak banyak orang yang berada di taman itu, hanya ada beberapa orang yang tengah membawa anaknya bermain dan sesekali menyuapinya makanan.
Zayn menggenggam tangan Nayra erat dan menatap matanya lekat. Entah, hati Nayra seperti tak kuasa menahan tatapan lelaki di sampingnya itu, seperti akan menyampaikan sesuatu yang buruk. Dalam benaknya, dia terus berpikir dan menebak hal apa yang ingin disampaikan kekasihnya itu.
“Sayang, selama dua tahun ini, apa kamu benar-benar mencintaiku?” tanya Zayn, manik coklatnya tak berhenti mengarah pada wajah gadis ayu itu.
Antara siap tidak siap, Zayn memang terpaksa harus jujur saat ini juga. Dia semakin tidak tenang jika menyembunyikan hal sepenting ini terlalu lama. Lelaki itu takut jika nantinya akan menjadi masalah besar di hubungan mereka apabila rahasianya terus ia simpan. Zayn dan Nayra memang menjadi salah satu pasangan yang saling mencintai, berbagi kisah asmara selama dua tahun.
“Tentu saja, Zayn. Mana mungkin aku tidak punya rasa cinta, apalagi kita sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?”
“Maaf, Ra. Aku rasa sekarang saatnya aku harus jujur. Aku mau mengatakan sesuatu yang aku tutupi selama ini, maaf jika aku menyakitimu nantinya," kata Zayn lirih, matanya sayu tak seperti biasa, seolah memendam sesuatu.
“Maksud kamu apa sih, Zayn? Jangan membuatku takut.” Nayra yang tampak gelisah, semakin dibuat tak tenang dengan pernyataan Zayn yang menggantung.
Tangan Zayn mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah foto yang hendak ditunjukkan pada Nayra. Gambar pada layar tersebut sontak membuat wanita itu hampir pingsan. Ia tak bisa berkata-kata begitu melihatnya dengan teliti.
Tenggorokannya seperti tercekat, air mata yang berada di pelupuk, kini mulai menetes. Semakin lama, air matanya mengalir makin deras membasahi pipi. Hati Nayra hancur berkeping-keping, menyisakan luka terdalam di dadanya. Tubuh wanita itu mendadak lemas seperti tak bertulang. Namun, dia berusaha tegar menatap Zayn yang tengah menunduk menghindari pandangannya.
"Dia ... dia siapa? Kamu sudah ...?"
Rasanya sangat berat saat Nayra berusaha mengatakan satu kata yang membuatnya bagai tersambar petir. Ponsel yang baru saja berpindah ke tangannya, kini dia serahkan kasar pada Zayn, memukulkannya tepat di dada lelaki itu. Tangisnya pecah tatkala ia menatap foto Zayn dengan seorang wanita yang duduk di sampingnya. Juga tak lupa, ada bayi dalam pangkuan wanita itu.
Menikah, kata itulah yang terbesit dalam pikirannya Nayra saat ini. Dia sangat bisa menyimpulkan walau hanya sekali melihat foto tersebut. Kekasihnya kini memang sudah menikah. Mau tidak mau, dia harus berusaha menerima kenyataan pahit itu.
“Apa arti dua tahun ini, Zayn? Kamu jahat banget! Tega sekali kamu menyakiti dua wanita sekaligus. Hampir setiap saat kamu mengucap kata cinta. Apa itu? Semuanya palsu! Semua hanya kebohongan, aku nggak nyangka kamu bisa setega ini, padahal kamu tau aku tidak pernah main-main dengan perasaanku, tapi ini balasan kamu? Sekarang aku mengerti kenapa kamu menyuruhku untuk menyembunyikan hubungan kita, ternyata ini alasannya.” Nayra tersenyum kecut menahan perih.
Kalimat itu berhasil diucapkan Nayra walau dengan suara yang gemetar, dadanya sangat sesak. Dia berusaha mengatur napasnya yang kian memburu tak beraturan. Jantungnya pun ikut berpacu kencang.
"Aku … aku memang sudah menikah, Ra. Tapi, ini semua bukan kemauanku. Sayang, mengertilah."
Perasaan bersalah tentu saja akan terus menghantui Zayn, dia begitu mencintai Nayra. Dia tidak ingin kehilangan wanita itu jika dia akan mengatakan yang sebenarnya saat pernikahannya berlangsung setahun yang lalu. Akan tetapi, dia berpikir bahwa pernikahannya dengan istrinya yang sekarang tidak akan bertahan lama. Bahkan dia berniat akan menceraikannya.
Foto itu terlihat sangat bahagia, keluarga kecil yang lengkap. Rasanya masih seperti mimpi buruk untuk Nayra. Lelaki yang selama ini menjadi dambaan hatinya ternyata sudah menikah, bahkan sudah mempunyai anak.
“Mengerti? Kamu menyuruhku buat ngertiin kamu. Kamu sakit, Zayn!“ Nayra menjambak rambutnya, menarik napas panjang. Pandangannya ke awang-awang.
“Tolong, maafin aku. Semua ini beralasan, Ra.”
“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, apa salahku hingga kamu membohongiku, Zayn?” batin Nayra bergejolak. Dia seolah tidak percaya jika Zayn tega menyakitinya.
Katakan jika semua ini bohong. Kamu bercanda, kan?" Nayra menaik turunkan emosinya sesaat. Meski matanya berkaca-kaca, tetapi bibirnya memaksa untuk tersenyum. Berharap semua yang dikatakan Zayn tidak benar.
“Ma–maaf ... maafkan aku, Rara. Please!”
“Kamu pikir hatiku terbuat dari batu? Aku manusia biasa, Zayn! Ini sangat menyakitkan. Kamu tau 'kan, dua tahun itu bukannya sebentar. Kenapa tidak bilang, hah? Sudah berapa lama kamu ….”
Nayra terduduk lemas, matanya terasa pedih dan terus mengeluarkan cairan hangat, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Harapan Nayra untuk membangun masa depan bersama dengan Zayn telah hancur sudah. Nayra menebak pernikahan Zayn dengan istrinya sudah berusia satu tahunan atau mungkin lebih. Terbukti dilihat dari foto bayi tersebut.
“Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku sangat mencintaimu, rasa sayangku lebih besar padamu, aku sama sekali tidak mencintainya. Mengertilah, aku mengatakan semua ini karena aku ingin kita lanjut ke jenjang serius. Ke depannya, kita masih bisa hidup bersama dan menikah, Ra."
Nayra menyunggingkan bibirnya, mengulas senyum sinis dan mengerutkan dahi. Belum hilang luka yang Zayn berikan, kini ditambah lagi dengan kalimat yang tak masuk akal keluar dari mulutnya.
“Apa kamu sudah gila? Kamu lelaki beristri, kamu berselingkuh, sekarang kamu mengajakku menikah? Di mana jalan pikiranmu, Zayn? Sampai kapan pun, aku tidak akan mau jadi selingkuhan, apalagi perusak rumah tangga orang, dengar itu!"
Nayra terus mengungkapkan kekesalannya pada Zayn—kekasih hati yang bahkan selama ini dia bangga-banggakan. Padahal, dia juga berencana untuk mengenalkan lelaki itu pada ibunya. Akan tetapi, semua tak sesuai harapan, asa dan angannya kini musnah berganti dengan kebencian.
“Jangan seperti ini, Ra. Aku minta maaf. Aku tidak tahu kenapa aku bisa mencintaimu sedalam ini. Bahkan aku tidak mencintai dia sama sekali. Kita bisa menikah siri, Sayang," bujuk Zayn dengan mengiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sunenti Kamalia
hadech laki2 egois,,,apapun alasannya tetep aja salah ye kan. meskipun awalnya menikah ada alasannya,,,tetep aja enggak dbenarkan😏
2023-01-31
1
Mugiya is back
mampir
2023-01-05
1
☘💚Efa Vania💚☘
Kenapa zayn gapunya perasaan ya. dah punya istri masih aja deket dgn wanita lain. kasian nayra kan 🥲🥲
2022-12-26
1