Arumi duduk di kursi depan televisi yang berukuran cukup besar, melihat drama Korea yang jadi kesukaannya. Hidupnya sudah begitu nyaman bak ratu. Fasilitas mewah dan serba dilayani, membuatnya melupakan kehidupan ibu dan adiknya.
"Aku harus bisa menguasai harta mas Asad, agar istrinya tidak bisa berbuat macam macam nantinya. Rumah ini sudah atas namaku, tinggal mobil dan aku ingin selalu dibelikan perhiasan mahal sebagai investasi jangka panjang.
Ternyata begini rasanya hidup jadi orang kaya. Nikmat sekali.
Arumi menikmati kehidupan barunya dengan angkuh, lupa dari mana dia berasal. Khayalannya begitu tinggi, merasa wah dengan mahar rumah mewah yang langsung di atas namakan dirinya.
Mobil masih dalam proses, dan Arumi juga sudah meminta di atas namakan namanya, dan Asad langsung menyetujuinya, bahkan sudah ada kesepakatan uang belanja dua puluh juta tiap bulannya untuk Arumi.
"Aku akan menikmati kemewahan dari mas Asad. Besok aku akan menghabiskan waktu ke salon, agar semakin sempurna penampilanku dan Mas Asad semakin jatuh dalam pelukanku." Arumi bergumam sendirian dengan senyuman miring di bibirnya, sikap dan sifatnya sudah benar benar berubah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Pukul sebelas malam, Asad baru memasuki rumahnya, dan Devina sudah menunggunya di sofa ruang keluarga dengan tatapan penuh selidik.
"Tumben pulang malam tidak kasih kabar.
Apa ada yang sedang disembunyikan?" Devina menatap tajam ke arah Asad yang melangkah santai menujunya.
"Ada banyak kerjaan tadi, dan maaf aku ketiduran di kantor." elak Asad mencari alasan dan Devina hanya tersenyum kecut menanggapi celotehan suaminya.
"Semoga saja benar apa yang kamu katakan, Mas!
Ingat, jangan pernah sepelekan kepercayaan ku, agar kamu tidak menyesal nantinya." sahut Devina datar, dan meninggalkan Asad yang langsung terpaku mendengar ucapan istrinya yang ketus.
"Ini yang membuatku tidak nyaman hidup denganmu Devina, selalu angkuh dan menindas.
Aku bosan dengan sikapmu itu, tidak salah kalau aku mencari kebahagiaan di luar." gumam Asad dalam hatinya, dan mengikuti langkah Devina menaiki tangga menuju kamarnya.
"Tidak usah curiga terus dan mengingatkan aku berlebihan Dev! aku bosan dan bisa hilang kendali, kalau lama lama kamu bersikap seperti ini terus."
Asad menatap tajam ke arah Devina yang tengah bersandar di ranjangnya.
"Aku hanya mengingatkan kamu, Mas!
Jangan hancurkan kepercayaan yang aku berikan, dan ingat, aku tidak suka dengan penghianatan, apapun alasannya. Jadi jangan pernah main main!" sahut Devina tajam dan menatap Asad tak kalah tajam.
Asad membuang nafasnya kasar, lelah berdebat dengan Devina yang memang bukan wanita lemah apalagi lembut.
Devina wanita yang tegas dan begitu dingin. Meskipun begitu, Devina memiliki hati yang baik dan berjiwa sosial tinggi. Pernikahan nya d Ngan Asad sebab karena perjodohan kedua orang tua yang sudah berteman sejak jaman sekolah.
Devina yang tak punya pilihan, pasrah saja dijodohkan dengan Asad yang menurut orang tuanya adalah laki laki yang baik dan cerdas.
Asad juga tak bisa mengelak dari perjodohan itu, karena sang ayah yang tak mau di bantah, beralasan demi kebaikan masa depannya, karena keluarga Devina memang kaya raya.
Asad dan Devina berusaha untuk saling menerima, meskipun belum bisa seutuhnya jatuh cinta. Tapi mereka berusaha untuk menjalani rumah tangganya seperti layaknya pasangan yang lain.
Sejak awal menikah, Devina sadar jika sulit menyatukan sifatnya dengan Asad yang terkesan cuek, dan dirinya yang memiliki sikap dingin.
Namun seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh perasaan cinta di hati Devina untuk Asad, sehingga mereka memiliki satu anak perempuan yang sangat cantik, perpaduan antara Asad dan Devina.
Devina yang terbiasa mandiri dan memimpin perusahaan induk orang tuanya, memang memiliki sikap yang tegas dan terkesan dingin.
Itulah yang terkadang membuat Asad merasa tak nyaman. Devina terkadang terlalu angkuh dengan mengakui sebuah kesalahan.
Sama sama sibuk, membuat Asad merasa kesepian dan kehilangan perhatian.
Saat bertemu kembali dengan Arumi, Asad seperti memiliki semangat baru dan merasakan apa itu namanya cinta. Hingga lupa,jika Devina kadang juga merasakan kesepian dan rindu kebersamaan dengannya. Keduanya sama sama angkuh dan egois.
"Sudahlah! Aku lelah, Dev!
Aku mau mandi dulu!" Asad berjalan gontai menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar nya.
Membersihkan diri meskipun tadi sudah mandi di rumah istri mudanya. Karena tak ingin Devina curiga, Asad mengulangi mandinya di rumah.
Asad keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk yang di lilitkan di pinggangnya.
Menampakkan dadanya yang bidang dan bentuk tubuhnya yang seksi. Kulitnya yang bersih yang masih ada sedikit air membasahi wajah dan tubuhnya, membuat Devina terpaku. Rindu akan sentuhan suaminya yang hampir dua Minggu tidak menyentuhnya, karena kesibukan keduanya yang membuat mereka jarang bertemu.
Devina beranjak dari kasur dan mendekati Asad yang tengah mengambil baju ganti di lemari.
Memeluknya dari belakang dan mencium harum sabun yang menguat dari tubuh Asad.
"Mas, aku Rindu." bisik Devina tersengal dengan terus meraba tubuh Asad dengan lembut.
Asad membalikkan tubuhnya dan menghadap Devina yang terpejam. Cantik dan juga seksi.
Wanita yang sah jadi istrinya bukankah perempuan sembarangan, selalu menjaga tubuhnya agar tetap indah dan seksi, bahkan wajah cantik Devina tanpa cela sedikitpun, mulus bak porselen.
Jiwa kelakian Asad pun mulai tergoda dengan suara manja sang istri, mereka mulai saling bertukar nafas dan menikmati setiap sentuhan di bagian bagian tertentu, hingga dilanjutkan di atas ranjang dengan nafas yang saling bersahutan penuh gairah.
Saking memuja dan memuji keindahan yang saling bersentuhan hingga saling bergerak sesuai irama dalam hentakan kenikmatan.
Dan pada akhirnya mereka sampai pada puncak kenikmatan, surgawi dunia setiap pasangan dalam mengekspresikan cintanya.
"Makasih sayang, malam ini kamu luar biasa!" puji Asad mencium kening istrinya lembut.
"Kamu juga luar biasa, Mas! Aku suka!" sahut Devina manja dan meletakkan kepalanya di atas dada bidang suaminya.
"Marah marahlah, agar saat kita bercinta jadi lebih terasa berbeda." sahut Asad yang sengaja menyindir Devina.
"Apaan sih, tapi kamu suka kan mas?" balas Devina yang kini tengah menatap wajah tampan suaminya.
"Suka banget, kamu lebih luar biasa kalau habis marah." Asad kembali menggoda Devina yang langsung memanyunkan bibirnya kesal.
"Mas!" panggil Devina lirih.
"Ada apa?
Masih kurang?" sahut Asad dengan kerlingan nakalnya.
"Perasaan ku tidak enak dari kemarin, kamu tidak sedang berbuat aneh aneh kan?" Devina mengungkapkan kegelisahannya sejak kemarin, ada sesuatu yang sedang mengganjal pikirannya.
"Itu hanyalah perasaan kamu saja.
Semua baik baik saja. Sudah! jangan terlalu dipikirkan." sahut Asad tenang, meskipun hatinya mulai cemas karena perasaan seorang istri itu sangat tajam, takut jika Devina curiga dan mulai bertindak, pasti usahanya akan hancur dan hidupnya akan kembali susah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
Happy ending ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments