"Terima saja, mbok! Anggap ini rejeki mbok Ijah. Doain Arumi ya, semoga rumah tangganya langgeng." Balas Bu Demik dengan senyuman tulus, karena sangat mengerti keadaan mbok Ijah yang serba kekurangan, Arumi sudah menitipkan uang sebesar satu juta lima ratus untuk diberikan pada mbok Ijah, karena Arumi telah mendapatkan uang nafkah yang tak sedikit juga dari Asad suaminya.
Mbok Ijah pulang diantar sama Rudi naik montor matic kesayangannya Rudi.
"Terimakasih ya, Le! semoga kamu nanti jadi orang sukses, dan bisa membahagiakan ibumu." mbok Ijah turun dari montor dan memberikan doa untuk Rudi yang dinilainya anak baik di matanya.
"Aamiin, makasih ya, mbok!" sahut Rudi tersenyum dan kembali melajukan sepeda motornya pulang.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum." Rudi melangkahkan kakinya memasuki rumah sederhana peninggalan dari orang tua bapaknya.
Namun salamnya tidak ada yang menyahut.
Rudi mencari keberadaan ibunya, karena tidak mungkin ibunya keluar rumah dengan pintu yang tetap terbuka.
"Ibu kenapa kayak orang melamun gitu ya?
padahal tadi juga sumringah dan baik baik saja." batin Rudi menatap ibunya yang tengah duduk sendiri di bangku yang ada di belakang rumahnya.
"Bu!" Rudi menghampiri ibunya dan mengambil duduk tak jauh dari sang ibu.
Bu Demik tersadar dari lamunannya dengan kedatangan sang anak lelakinya.
Memaksakan untuk tersenyum meskipun hatinya sedang tidak karuan, memikirkan jalan yang dipilih anak perempuannya yang menikah dengan laki laki beristri.
"Ibu kenapa?
Rudi lihat ibu sedang memikirkan sesuatu, ada apa?" Rudi menatap manik mata sang ibu dalam, mencoba menyelami kegelisahan yang telah membawa sendu di wajah sang ibu.
"Gak papa kok, ibu hanya merasa sepi. Mbakmu sudah menikah dan ikut suaminya. Dirumah hanya tinggal kamu dan ibu, ibu mungkin belum terbiasa." sahut Bu Demik mencoba terlihat baik baik saja dan mencari alasan agar anak lelakinya tidak ikut cemas dengan yang kini dirasakan nya.
"Rudi mau ikut kerja di bengkelnya Ari, Bu. Agar nanti bisa bantu ibu juga!" balas rudi yang mengerti dengan apa yang dikhawatirkan ibunya.
"Apa kamu gak capek?
kan harus sekolah dan bantu dirumahnya haji Muhidin." balas Bu Demik menatap sang anak haru.
"Gak papa, insyaallah Rudi bisa mengatur waktunya. Rudi ingin bisa membiayai sekolah Rudi sendiri, Bu. Dan juga ingin membantu ibu. Doain Rudi ya, Bu?" balas Rudi yakin dengan menyunggingkan senyum untuk membuat ibunya percaya dengan niat baiknya.
"Iya, le! Ibu juga kepikiran untuk buka warung lontong lagi. Kalau siang nanti jualan pecel juga." sahut Bu Demik dengan ekspresi yang tidak biasa, sorot matanya menyimpan kecewa yang tak bisa diungkapkan.
"Tapi ibu gak boleh capek capek ya. Nanti Rudi kalau ada waktu pasti juga akan bantu ibu di warung." sahut Rudi sambil mengambil tangan ibunya untuk digenggam. Mereka saling melempar senyum, dan tak terasa ada tetesan bening yang sudah keluar dari kedua mata Bu Demik.
"Ibu kenapa?
Jangan bohongi Rudi kalau ibu baik baik saja.
Ibu sedih kenapa?
Apa ada hubungannya dengan mbak Arumi?" Rudi kembali melontarkan pertanyaan pada ibunya yang memang sedang tak baik baik saja.
"Entahlah, tapi ibu juga gak bisa melakukan apapun dengan yang mbakmu pilih. Ini sudah jadi pilihan hidupnya. Semoga baik baik saja." Bu Demik membalas pertanyaan Rudi dengan jawaban ambigu, matanya menerawang jauh dengan buliran bening yang masih jatuh dari kedua matanya yang sayu.
"Kita doakan yang terbaik ya, Bu!
Semoga mbak Arumi tidak silau dengan kemewahan yang ditawarkan suaminya dan lupa dengan posisinya yang hanya istri kedua. Rudi tau, itu buruk dan akan menyakiti banyak hati. Tapi Rudi bisa apa, hanya bisa diam dan berdoa yang terbaik untuk kita semua." sahut Rudi yang kini menunduk dalam mengeluarkan uneg unegnya.
"Iya, Le! apa yang kamu katakan benar. Untuk itu, ibu ingin kembali membuka warung, agar kita bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Ibu gak mau membebani mbak mu, biarlah dia menjalani kehidupannya tanpa lagi kita menjadi bebannya." balas Bu Demik terluka, bayangan Arumi dengan kata kata pedas, saat ingin meminta ijin untuk menikah dengan Asad.
☘️ flashback ☘️
"Bu! aku tau apa yang terbaik untuk hidupku!
Aku gak mau hidup susah terus dan miskin seperti ini. Apalagi ibu dan Rudi begitu membebaniku.
Aku capek Bu! Aku Lelah!" Arumi yang tak mau mendengarkan nasehat ibunya untuk tidak merusak pagar ayu orang lain, sudah tega mengucapkan kata-kata yang begitu melukai hati Bu Demik.
"Jadi selama ini, kamu anggap ibu dan adikmu itu beban, Rum?" sahut Bu Demik dengan dada yang kian sesak.
"Bu! Setelah aku nikah dengan Asad, hidup ibu dan Rudi pasti terjamin. Asad orang kaya dan sangat tergila-gila padaku. Aku juga mencintainya. Tanpa restu ibu aku pun tetap akan menikah, tolong jangan persulit hidupku. Aku juga berhak mendapatkan kebahagiaan, Bu!" sahut Arumi yang telah terbakar emosi, sehingga bicara tanpa memikirkan hati ibunya lagi.
"Yasudah, terserah kamu saja. Ibu sudah menasehati kamu. Tapi jika itu sudah jadi keputusan kamu, ibu tidak lagi bicara banyak. Tetap siapkan diri dan hati kamu, jika suatu saat istri Asad tau hubungan kalian. Itu saja pesan ibu saat ini." sahut Bu Demik pasrah dengan keras kepalanya Arumi yang kekeuh akan menikah dengan Asad.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Bu Demik terdiam dengan pikiran yang begitu menekan batinnya. Namun apalah daya jika sang anak tak lagi bisa dinasehati. Hatinya terluka namun senyumnya harus tetap terukir untuk menutupi rasa sakitnya.
"Bu!" Rudi menatap ibunya dengan cemas, karena Bu Demik hanya diam dengan tatapan kosong, bahkan air matanya terus mengalir meskipun tanpa isakan.
"Rud, tetap jadi anak yang baik, temani ibu menjalani masa tua ibu. Semoga mbak mu juga hidupnya bahagia dengan jalan dia pilih. Maafin ibu, kalau masih belum mampu memberikan kalian hidup yang lebih baik. Tapi doa doa ibu selalu yang terbaik untuk kalian." Bu Demik menatap sendu wajah anak laki lakinya dengan rasa bersalah karena kehidupannya yang serba kekurangan.
"Ibu gak boleh bilang begitu. Ibu adalah ibu yang paling luar biasa, ibu selalu sayang dan menjaga kami dengan baik. Rudi bangga kok sama ibu!
Sekarang ijinkan Rudi untuk menjaga dan membantu ibu, doakan Rudi, semoga Rudi mampu.
Rudi sayang banget sama ibu!"
Rudi memeluk ibunya erat, mereka saling menyalurkan kekuatan dan kasih sayang seorang anak dan ibu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
Happy ending ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Bagja
lanjut kak
2023-01-25
1