Dipermalukan Lagi

Malam berlalu,dan hari berganti menjadi pagi.

Sinar sang surya,perlahan masuk melalui celah-celah gorden yang menutupi jendela kamar hotel tempat Iris dan Damar tidur semalam.

"Byur..."

Damar terlonjak dari tidurnya dengan raut wajah memerah karena terkejut. Bahkan saking terkejutnya Damar langsung pada posisi berdiri yang membuat kepalanya kunang-kunang seketika.

"Sudah bangun?"

Suara dingin Iris terdengar menyapa indra pendengaran Damar,membuat pria itu tertegun sebentar,dan detik berikutnya wajah Damar berubah menjadi marah.

"Nona muda! Saya sadar jika saya dulunya adalah pelayan nona,namun sejak kemarin status saya resmi menjadi suami anda. Bisa atau tidaknya anda menerima,setidaknya hargai saya sedikit saja. Jika tidak sebagai suami,maka hargai saya sebagai sesama manusia. Tidak bisakah nona membangunkan saya dengan cara yang layak?"

Damar menaikkan volume suaranya dengan nada tinggi,pagi ini ia betul-betul terhina dengan perlakuan Iris.

Iris berdecak. "Ck. Damar..,Damar. Sudah ku bilang,sampai kapanpun aku tidak akan menganggap kamu suamiku. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk menghargai mu,lagipula perihal kejadian tadi itu salahmu. Tidur seperti kerbau,di tambah mendengkur lagi. Aku jadi jengkel mendengarnya,makanya aku siram."

Bukannya merasa bersalah dan meminta maaf,Iris malah balik menyalahkah Damar.

Pria itu masih mencoba bersabar, bagaimanapun gadis di hadapannya kini adalah majikan sekaligus istri yang seharusnya ia jaga.

Jadi karena tidak mau memperpanjang masalah,Damar bangun dari lantai dingin tempatnya berbaring semalam dan berniat ingin ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Damar tunggu." Iris menghentikan langkah Damar yang akan pergi dari hadapannya.

Damar pun berhenti dan menoleh. "Ada apa lagi nona muda? Anda mau menyiram saya dengan seember air lagi?" Tanya Damar dengan nada kesal.

"Cih. Kau itu sepertinya senang sekali di siram olehku,kau tenang saja. Aku akan menyirammu setiap pagi bila perlu. Agar kau tumbuh subur seperti taman di depan rumah. Akan tetapi bukan itu yang ingin aku beritahu,aku hanya ingin kau nanti keluar dengan baju pelayan yang sudah aku siapkan di dalam paper bag yang ada di kamar mandi."

"Kau harus memakai baju pelayan itu saat berjalan denganku,itu harus kau lakukan agar kau sadar di mana posisimu dan siapa aku. Kau mengerti?"

Damar mengangguk dengan tangan bergetar menahan amarah. Namun sebisa mungkin ia meredamnya. "Baik nona." Jawabnya singkat dan dengan segera berbalik meninggalkan Iris yang tersenyum puas karena merasa menang mengendalikan Damar.

♡♡♡

Sepuluh menit berlalu,Damar keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian pelayan. Iris tersenyum senang melihatnya. Ia pun berjalan mendekati Damar dan menepuk bahu Damar sebanyak tiga kali.

"Bagus..,bagus. Aku suka dengan penampilanmu,begini kan cocok denganmu. Pakaian yang kau pakai semalam itu terlalu mewah untuk ukuran pelayan rendahan seperti mu."

Iris menghina dengan tajam.

"Terima kasih nona. Pujian anda membuat saya tersanjung. "Balas Damar dingin sambil berlalu pergi dari hadapan Iris.

Iris tertawa sinis. "Kau memang pelayan yang tau diri Damar."

"Dan karena kau tau di mana posisimu, sekarang aku perintahkan kau untuk membawa koperku hingga ke parkiran. Kita akan pulang ke rumah-Ku. Karena papa sudah kirimkan supir untuk menjemput kita."

Kali ini Damar memilih tidak menyahut,ia langsung menarik koper berisi barang-barang Iris dan membawanya turun ke parkiran. Ia sengaja tidak menunggu Iris,ia muak di hina terus-terusan oleh gadis yang selama ini ia kira orang baik.

"Cih,ku kira nona muda itu orang yang baik dan lembut. Ternyata sifatnya sama saja dengan anak-anak orang kaya di luaran sana. Sama-sama sombong dan angkuh."

Batin Damar yang terus merutuki istri sekaligus majikannya itu.

Sesampainya di depan mobil sang majikan, Damar langsung memasukkan koper ke Bagasi,lalu membuka pintu mobil dan duduk di sebelah kursi sang sopir membuat sopir itu menoleh.

"Loh,tuan muda. Kenapa anda duduk di situ,harusnya anda duduk di belakang bersama dengan nona muda." Ujar sopir tersebut dengan nada agak meledek membuat Damar geram.

"Tuan muda gundul mu! Tidak usah ikut-ikutan menghina diriku,kamu dan aku itu statusnya sama-sama pelayan di keluarga Bagaskara. Jadi tidak perlu saling menghina."

Damar tidak suka dengan perlakuan sang sopir yang berbicara dengan nada seolah-olah ikut menghinanya itu.

Sopir tersebut mengangkat kedua tangannya ke atas sambil tertawa.

"Haha..,ha. Maaf,Dam. Jangan di ambil hati atuh,kamu ini. Masa di gituin aja marah. Seperti ibu macan yang baru beranak saja."

"Tapi ngomong-ngomong,nasib mu sungguh mujur loh Dam."

Sekali lagi Damar,menoleh dengan raut kesal.

"Tutup mulutmu Budi. Mujur kepalamu! Hidupku sekarang tambah buruk,kamu hanya.."

"Brak.."

Iris tiba-tiba masuk ke dalam mobil sambil membanting pintu membuar Damar tidak jadi melanjutkan kalimatnya.

Damar langsung nenutup rapat-rapat mulutnya dan membuang pandangan keluar jendela. Ia begitu malas,jika harus bertatapan dengan wajah istri sekaligus majikannya yang tampak terpantul oleh spion depan.

"Jalan pak." Perintah Iris pada sang sopir sambil memasang headset di kedua telinganya.

Mobil pun di jalankan dan di sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka,Iris tampak memejamkan matanya sambil mendengarkan alunan lagu dari headsetnya.

Sementara di bangku depan,Damar masih tetap membuang pandangannya keluar jendela dan sang supir yang tengah mengemudi tampak tidak berani buka suara karena merasakan hawa peperangan di sekitarnya.

Dua puluh menit berlalu,mobil yang mereka kendarai akhirnya sampai di kediaman Bagaskara. Saat mobil sudah turun,Damar menjadi orang pertama yang turun.

Namun bukan seperti sopir atau suami yang biasanya membukakan pintu mobil untuk sang istri. Damar malah dengan santainya berlalu menuju Bagasi,magambil koper milik Iris dan membawanya masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Iris.

Melihat kelakuan cuek Damar,Iris jadi geram sendiri. Dengan segera ia turun dari mobil dan berlari mengejar Damar.

"Damar tunggu.."

Teriak Iris dengan langkah terburu-buru menyusul Damar. Namun saat sudah hampir sampai di dekat Damar,Iris malah memiting kakinya sendiri hingga keseimbangan tubuhnya goyang.

"Aaaaaa....,Damar awas!!!" Teriak Iris panik.

Dan...

"Bruk..."

Keduanya berakhir di lantai dalam posisi saling tindih dengan Iris berada di atas tubub Damar.

Sontak kejadian siang itu menjadi tontonan para bodyguard dan pelayan yang tak sengaja lewat dan melihat adegan semi romantis barusan.

Cukup lama keduanya berada di posisi itu,sampai akhirnya tuan Bagaskara dan nyoya Bagaskara menyusul keluar.

"Astaga,Iris!! Damar!!"

♡♡♡♡

Jangan lupa like vote komen and skrikeb..

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!