"Papa siapa dia? Dan dimana Ardo?" Tanya Iris dengan suara menggelegar tanpa mempedulikan beberapa tamu yang tengah mencibiri mereka.
Pria asing tadi maju satu langsung mendekati Iris kemudiang membungkuk hormat.
"Perkenalkan nona,saya Ardi. Saya kemari atas permintaan tuan Ardo. Beliau bilang tidak bisa datang kemari dan juga tidak dapat melanjutkan pernikahan kalian."
Pria itu menjelaskan dengan sedikit berbisik.
Bagai tersambar petir di siang bolong. Iris menatap nanar pada pria tersebut. Tanpa bisa menyembunyikan lukanya,Iris pun bertanya dengan suara serak menahan tangis.
"Kenapa tidak bisa di lanjutkan? Apa alasannya?"
"Saya tidak punya hak untuk menjelaskannya nona,saya diminta ke sini hanya untuk memberi tahu bahwa tuan Ardo membatalkan pernikahan kalian."
Setelah menjawab,pria itu hendak berlalu namun langkahnya kembali di cegat oleh Iris.
"Jangan pergi dulu. Tolong beritahu aku di mana Ardo sekarang!"
"Tuan Ardo sudah kembali ke Swiss kemarin sore nona,bersama dengan tuan dan nyonya juga."
Jawaban pria itu membuat Iris mundur satu langkah dan nyonya Bagaskara pingsan di tempat.
Pria berjas hitam tadi tidak mau ambil pusing atas kekacauan yang baru saja ia sampaikan,ia lantas tanpa permisi meninggalkan sang calon pengantin yang tengah shock itu.
"Papa,bagaimana ini pa?" Iris bertanya dengan air mata yang sudah berlinang menahan malu sekaligus kecewa yang teramat sangat atas perbuatan calon suaminya itu.
"Papa akan urus mamamu. Dan kau Damar,gantikan Ardo untuk menikahi Iris."
"APA??"
Iris dan Damar bertanya sekaligus berteriak dengan nada kompak.
Tuan Bagaskara belum menjawab,ia memberi kode pada salah satu pelayan agar membawa nyonya Bagaskara ke salah satu kamar hotel terlebih dahulu.
Setelah memerintah istrinya untuk di bawa dan di periksa,tuan Bagaskara kini beralih pada Iris dan Damar yang terlihat shock dengan ucapannya barusan.
"Bagaimana Damar? Kau bersedia menggantikan posisi Ardo?"
Iris maju ke tengah-tengah antara ayahnya dan Damar.
"Apa-apaan ini pah? Kalaupun Damar bersedia,aku yang tidak bersedia. Jika memang Ardo tidak bisa datang,maka batalkan saja semuanya."
"Tidak mungkin lagi Iris. Kau lihat ke belakang mu,sudah berapa banyak tamu yang datang. Mau di taruh di mana muka papa nak,setidaknya biarkan Damar menggantikan Ardo untuk meredam gunjingan yang tidak-tidak terhadap keluarga kita."
"Tapi pa.."
"Cukup Iris. Diam dan turuti apa kata papa,kalau kamu masih mau hidup layak."
Iris sontak bungkam. Ia tau kemana arah ucapan papanya ini,kemana lagi jika bukan mengarah pada fasilitas yang selama ini ia dapatkan.
"Tidak..,tidak..,aku belum siap kehilangan fasilitas dari papa." Batin Iris.
Tuan Bagaskara sedikit lega saat Iris berhenti protes. Kini tinggal membujuk Damar yang masih membeku di tempatnya.
"Damar,saya tau semua ini mengejutkan untuk kamu. Tapi tolong mengertilah,saya butuh bantuan kamu. Lagipula kamu sudah saya bawa dari panti sejak kecil dan sudah saya rawat dengan baik. Tidak bisakah sekali ini saja kamu menolong keluarga saya?"
Pertanyaan tuan Bagaskara terdengar memojokkan Damar. Namun ia tetap belum siap dengan keputusan tuan Bagaskara.
"Sebelumnya saya minta maaf tuan. Saya tau jika menolak permintaan tuan adalah hal yang tidak sopan,tapi biar bagaimanapun. Saya tidak bisa menggantikan tuan Ardo karena saya merasa tidak siap dan tidak pantes bersanding dengan nona."
"Pantas atau tidak,itu menjadi urusan belakangan Ardo. Sekarang saya mohon,turuti permintaan saya. Hanya kamu satu-satunya orang yang bisa saya percayai saat ini. Jadi tolonglah."
Tuan Bagaskara benar-benar memohon bahkan nyaris berlutut.
Buru-buru Damar mencegah tindakan tuan Bagaskara.
"Tuan jangan seperti itu. Tuan tidak layak berlutut di hadapan saya." Damar membantu tuan Bagaskara agar kembali bangun.
"Baiklah jika memang inu kemauan tuan. Saya bersedia menggantikan posisi tuan Ardo untuk menikahi nona Iris."
Bukan main leganya tuan Bagaskara sekarang,ia buru-buru menarik Damar dan Iris menuju ke pelaminan.
Iris yang saat itu masih shock tidak melakukan protes apapun bahkan sampai pernikahan itu di langsungkan.
Hal itulah yang membuat Damar sedikit lega. Ia kira Iris mungkin tidak masalah jika harus menikah dengannya.
Dan akhirnya setelah melewati drama yang cukup sulit,kedua pasangan beda kasta itu pun resmi menjadi suami istri secara sah di mata hukum dan agama.
♡♡♡
Hari berlalu menuju malam,saat ini sepasang suami istri berbeda kasta itu sudah berada di dalam satu kamar di sebuah hotel yang tadi siang sudah di siapkan oleh tuan Bagaskara.
Kedua orang berbeda kasta itu saling tatap dalam diam.
Di sisi lain Damar merasa canggung dan tidak tau harus berbuat apa pada gadis yang berstatus istri sekaligus majikannya itu.
Namun jika terus diam-diaman seperti ini maka,bagaiaman kelanjutan kisah mereka. Akhirnya dengan memberanikan diri,Damar pun memulai pembicaraan.
"Emm,nona Iris maaf sebelumnya. Apa nona tidak ingin membersihkan diri terlebih dahulu? Kalau nona mau membersihkan diri,saya akan siapkan air hangat untuk nona."
Iris menatap Damar sinis.
"Apa kau senang dengan pernikahan ini?" Tanyanya tiba-tiba.
Damar menatap nona mudanya ini dengan bingung.
"A..apa maksud nona?" Tanya Damar yang saat itu benar-benar tidak paham dengan maksud ucapan Iris.
"Tidak usah sok polos begitu Damar. Aku tau kalau senang kan bisa menikah denganku? Kau menerima tawaran papa bukan karena ancaman papa tapi karena kau ingin menjadi tuan muda dengan memanfaatkan tawaran papa tadi,iyakan?"
Damar menggeleng-geleng,"sama sekali tidak ada di niatan saya untuk memanfaatkan tuan ataupun nona. Saya murni niat membantu karena kasihan pada tuan,nona tadi bisa melihat sendiri bagaimana frustasinya tuan dan sebagai pelayan saya cukup tau diri di mana posisi saya. Saya hanya..."
"Bagus kalau kau cukup tau diri. Dengar Damar,aku tekankan padamu! Jangan pernah bermimpi untuk di anggap sebagai suami olehku. Kau lihat saja nanti,setelah pulang ke rumah. Aku akan meminta papa untuk mengurus perceraian kita."
"Jika memang tidak bisa menikahi Ardo maka lebih baik tidak usah,apalagi dengan pelayan seperti mu. Aku sungguh tidak sudi,mau makan apa aku jika hidup bersama pelayan sepertimu. Sedari awal,harusnya kau sadar posisimu."
Iris terus menghujani hinaan di wajah Damar,tidak ada yang bisa pria itu lakukan untuk membela diri. Ia hanya bisa menunduk sambil menahan amarah dan sakit hati yang terasa menyumpal organ penasaran.
Belum sempat rasanya Damar mengendalikam perasaamnya,Iris kembali berkata dengan lantang.
"Kau Damar,sebenarnya aku ingin meminta kau untuk tidur di kamar lain saja. Tapi karena aku berpikir kau tidak punya uang untuk membayar hotel mahal di sini. Maka dengan berbaik hati aku menyuruh kau tidur sekamar denganku."
Damar hampir saja senang dengan ucapan Iris barusan,namun bahunya kembali melemas saat Iris melanjutkan ucapannya dengan mengatakan.
"Hanya sekamar,bukan seranjang. Kau tidur di lantai,sedangkan aku tidur di kasur. Bagaimana pun kau harus sadar dengan posisimu."
♡♡♡
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian...
Biar gak di kira jalangkung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments