Hari yang di tunggu-tunggu hampir tiba. Besok hari lagi pernikahan Ardo dan Iris akan di langsungkan.
Ardo sudah tiba di Indonesia dua hari yang lalu. Namun karena adanya aturan bahwa pengantin yang akan di nikahkan harus di pingit sampai hari H. Maka,baik Iris maupun Ardo belum saling bertemu. Mereka hanya berkabar lewat sambungan vidio call.
Saat ini Iris dan keluarganya sudah berada di hotel. Tepatnya Iris tengah melakukan rangkaian perawatan yang sudah di siapkan untuk calon mempelai wanita tersebut.
"Ya ampun,putri bunda. Cantik banget,mama jadi pangling deh liatnya."
Nyonya Bagaskara tiba-tiba masuk ke ruangan dimana sang anak tengah perawatan tanpa mengetuk pintu.
Iris tampak memutar bola matanya dengan malas.
"Yang beneran aja lah ma. Masa lagi pake handuk gini di bilang cantik,berlebihan deh."
Iris protes dengan pujian yang dilontarkan oleh mamanya.
Nyonya Bagaskara tersenyum,"mama ini bicara fakta sayang. Kamu itu memang cantik banget,pakai handuk aja cantik apalagi pakai baju pengantin nanti. Ck...ckk. Mama yakin Ardo pasti akan pangling liat kamu besok."
Kedua pipi Iris mendadak merona mendengar pujian yang di lontarkan oleh ibu kandungnya itu.
"Bisa aja ih mama. Iris jadi grogi gini."
Gadis itu berseru manja sambil mengipas-ngipas wajahnya yang mendadak terasa hangat.
Melihat sang putri yang tampak malu-malu,nyonya Bagaskara jadi semakin semangat menggoda putri tunggalnya itu hingga membuat wajah putrinya berubah jadi semerah kepiting rebus.
♡♡♡
♥♥The Wedding♥♥
Waktu pernikahan yang di nanti-nanti oleh seluruh keluarga Pranaja dan Bagaskara pun tiba. Hari ini di sebuah hotel mewah,acara pernikahan Iris dan Ardo akan di langsungkan.
Iris tampak sudah di dandani dengan sangat cantik di dalam kamarnya. Hanya tinggal menunggu kedatangan Ardo dan keluarganya saja.
Di balroom hotel tempat di mana seharusnya acara di gelar kini juga tampak tengah di padati oleh para tamu undangan yang sepertinya juga sudah tidak sabar untuk menyaksikan pernikahan kedua anak konglomerat tersebut.
"Sayang,sudah siap belum?"
Nyonya Bagaskara masuk ke dalam ruangan sang putri tanpa mengetuk pintu,seperti biasanya.
Iris tersenyum lebar. "Sudah dong ma. Gimana Iris cantik gak?"
Gadis itu bertanya sambil berputar-putar di depan cermin.
Nyonya Bagaskara mengamati penampilan sang putri dari atas sampai ke bawah kemudian menggeleng takjub.
"Cantik banget. Mama suka sama penampilan kamu dan mama yakin Ardo pasti lebih suka lihat penampilan kamu."
Sang mama kembali memberi godaan pada sang putri.
Kali ini Iris tidak menyanggah. Ia justru mengaminkan ucapan sang mama.
"Semoga ya ma. Iris benar-benar gak sabar mau lihat gimana penampilan Ardo hari ini."
Tatapan Iris tampak menerawang, seolah membayangkan jika kini Ardo ada di hadapannya membawa sebuket mawar putih lalu memberikan kepadanya dengan cara yanh romantis.
Akh...,Iris jadi senyum-senyum sendiri membayangkannya.
"Sudah,tidak usah menghayal. Mama tau kok kalau calon suami kamu itu gagah dan tampan. Daripada kamu sibuk mengahayal di sini,lebih baik kita ke balroom. Kita tunggu Ardo dan keluarganya di sana karena sebentar lagi Ardo dan keluarganya akan datang. Ayo..."
Nyonya Bagaskara menarik tangan Iris untuk di bawa menuju balroom.
Iris menurut,sepanjang jalan menuju balroom,Iris kembali berceloteh.
"Ma,apakah nanti setelah menikah dengan Ardo. Iris akan berhenti bekerja,lalu ikut dengannya keluar negeri?"
"Itu nanti akan di rundingkan lagi sayang, kalau memang Ardo ingin kamu berhenti bekerja dan ikut dengannya,ya berati kamu harus ikut dengannya karena bagaimanapun juga kan dia suami kamu."
Lagipula,setelah menikah dengan Ardo nanti,kamu itu jadi tanggung jawabnya Ardo dan walaupun kamu tidak bekerja Ardo itu tetap mampu menghidupi kamu."
"Jangan terlalu khawatir tentang pekerjaan. Lebih nanti kamu fokus mengurus suami kamu dan calon anak-anak kalian nanti. Kamu paham kan dengan maksud mama?"
Iris mengangguk. "Iya mama,Iris paham."
Jawabnya pelan.
Tak terasa,mereka kini sudah tiba di balroom hotel. Tempat pernikahan akan di langsungkan.
Saat tiba di balroom,Iris menyempatkan diri untuk melihat jam di pergelangan tangannya,tampak waktu sudah menunjukkan hampir pukul sembilan yang artinya hanya tinggal menghitung menit lagi pernikahan Iris dan Ardo akan di langsungkan.
Perasaan Iris mendadak tidak enak karena sedari tadi ia belum melihat satu orangpun dari keluarga calon suaminya,bahkan Ardo sang calon suami pun belum kelihatan.
"Ma,dimana Ardo? Bukankah seharusnya sudah datang?" Bisik Iris pada nyonya Bagaskara.
Wanita paruh baya itu juga tampak agak panik mendengar pertanyaan sang putri.
"Ardo dan keluarganya belum datang. Mungkin sebentar lagi,kamu tunggu sebentar ya. Mama coba tanya papa dulu,siapa tau papa sudah menghubungi mereka."
Wanita paruh baya itu berusaha menenangkan sang putri yang mulai di hantui rasa takut.
Ia pun berjalan ke arah sang suami yang juga tampak mondar mandir gelisah di depan pelaminan sang anak.
"Pa.." Panggil nyonya Bagaskara pelan.
Tuan Bagaskara menoleh dengan raut cukup tegang.
"Ma,bagaimana ini? Nomor ponsel keluarga Pranaja tidak ada yang bisa di hubungi termasuk Ardo."
"Apa??" Nyonya Bagaskara mundur dua langkah mendengar ucapan suaminya barusan.
"Jangan bercanda pa. Mungkin mereka sedang berada di jalan,coba papa hubungi lagi."
"Sudah ma." Tuan Bagaskara memperlihatkan layar ponselnya yang tengah menampilkan fitur memanggil pada nomor tuan Pranaja.
"Nomornya tetap tidak aktif. Bagaimana ini?" Tuan Bagaskara terlihat makin panik.
Iris yang melihat ada roman-roman tidak beres dari raut papa dan mamanya pun berjalan mendekat.
"Ma,pa. Ada apa? Kenapa ini? Di mana Ardo dan keluarganya?" Tanya gadis itu beruntun.
Nyonya Bagaskara bertindak menenangkan Iris dengan cara mengelus punggungnya pelan.
"Tunggu sebentar lagu ya sayang,mereka pasti datang. Mungkin ada kendala di jalan." Sang mama masih mencoba berpikir positif kendati hatinya tengah kalut.
"Mama sudah coba hubungi mereka?" Tanya Iris lagi.
Nyonya Bagaskara mengangguk. "Sudah sayang,tapi ponselnya tidak aktif." Jawabnya dengan nada lemah.
Tuan Bagaskara menyeruak di antara anak dan istrinya.
"Begini saja ma,bagaimana kalau kita suruh Damar menyusul ke rumah lama Pranaja. Mungkin saja mereka masih di rumah dan ara kendala yang membuat mereka belum datang ke sini."
"Ide bagus. Sekarang papa cepat hubungi Damar dan suruh dia ke rumah Ardo."
Tuan Bagaskara mengangguk cepat dan segera pergi keluar hotel lewat pintu belakang untuk menemui Damar,tukang kebun di rumah mereka yang terkadang merangkap jadi supir pribadinya Iris.
Baru beberapa menit tuan Bagaskara keluar,ia tampak kembali masuk lagi namun kali ini bertiga,tuan Bagaskara,Damar dan satu orang pria lagi yang tidak mereka kenal.
Nyonya Bagaskara dan Iris memandang penuh tanya ke arah tuan Bagaskara.
Terutama Iris,gadis itu terlihat paling panik di antara mereka.
"Papa,siapa dia? Di mana Ardo?"
♡♡♡
Jangan lupa jempolnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments