Ku memacu motor lumayan kencang, hati dongkol tidak karuan, mood seketika buruk. Ingin rasanya cepat sampai rumah, rebahan di kasur empuk ruang kamarku. Mendinginkan hati yang sekarang panasnya mungkin melebihi panas matahari. Semua ini gara-gara pria menyebalkan itu. Kenapa bisa anak semanis dan selembut chessy memiliki papa yang sifatnya bertolak belakang banget dengannya. Apa mungkin chessy nurunin sifat ibunya. Aku berharap jangan sampai ketemu lagi dengan manusia datar seperti Melvin di lain hari. Cukup hari ini yang terakhir ketemu dengannya.
"Awaaas dek...!!!" terdengar teriakan seseorang yang amat nyaring,bikin jantungan bagi siapa saja yang mendengar. Seketika aku tersadar dari lamunan, terlihat seorang anak kecil menyeberang jalan, nyelonong begitu saja. Refleks aku langsung tekan rem motorku,karena takut menabrak anak itu, aku banting setir ke kiri, dan braak ... motor yang ku kendarai menabrak pembatas jalan, untung saja benturan tidak terlalu keras karena dari jauh aku sudah sempat tekan rem motorku, hanya bagian depan motor yang retak karena benturan tadi.
Jantung dag dig dug ... berpacu dengan ritme yang amat cepat, nafas ngos-ngosan, keringet bercucuran membasahi wajah, shock itulah yang sedang ku alami.
"Astaghfirullah ... Astaghfirullah...." berkali-kali ku istighfar untuk sedikit menenangkan hati yang kalut dan kaget.
Beberapa orang sekitar lantas berlari mendekat, dan si ibu yang teriak tadi nampak sudah menggendong anak yang barusan hampir saja ketabrak motorku.
"Mbak ... mbak nggak apa-apa kan?" tanya bapak berbaju hitam.
"Iya pak, saya Alhamdulillah nggak apa-apa, hanya motor saya saja yang rusak bagian depannya," jawabku sembari turun dari motor.
Ibu yang tadi menggendong anaknya berjalan menghampiri.
"Mbak, saya minta maaf karena anak saya Mbak jadi celaka gini. Saya tadi teledor karena ninggalin anak saya sendiri di teras rumah untuk ambil minum sebentar, pas saya keluar tau-tau anak saya dah dijalan, refleks karena kaget, saya teriak kencang. Hampir jantung mau copot lihat anak saya nyelonong ke seberang jalan. Dan untungnya Mbak juga bisa menghindar, sehingga tidak sampai menabrak anak saya tadi. Tapi Mbak sendiri malah celaka karena itu, sekali lagi saya minta maaf ya Mbak, nanti saya akan ganti rugi sama Mbak atas semua kejadian yang menimpa Mbak. Dan saya juga ucapkan terima kasih berkat Mbak bisa menghindar,anak saya selamat," tutur si ibu panjang lebar.
"Sudah nggak apa-apa Mbak, namanya juga musibah nggak ada yang bisa menebak. Lagipula saya baik-baik saja. Untuk urusan kerusakan motor,biar nanti tinggal saya benerin di bengkel, mbak nggak perlu tanggung jawab karena mbak nggak salah. Justru saya yang salah karena naik motornya agak ngebut ditambah sempat melamun pula tadi," ungkap atina
"Ya sudah Mbak, kalau gitu, duduk di warung sebelah dulu yuk, tak pesenin minum dulu buat Mbaknya, biar lebih enakan hatinya," ajak si ibu.
"Ouh nggak usah repot-repot Mbak, saya langsung pamit pulang duluan saja, sudah ditungguin sama ibu saya dirumah. Makasih untuk tawarannya," tolak Atina secara halus.
"Jangan nolak Mbak, aku jadi merasa nggak enak sama mbaknya kalau seperti ini."
"Nggak perlu merasa gitu Mbak,
saya beneran nggak apa-apa, mau langsung pamit pulang saja, takut ibu saya khawatir nanti."
"Ya sudah kalau gitu, hati-hati dijalan ya Mbak, maaf sekali lagi," ujar si ibu.
"Bapak dan Ibu semua, terima kasih sudah mau menolong saya. Saya pamit pulang duluan, Assalamualaikum," Ucap Atina perlahan mulai melajukan motornya secara perlahan.
Semua orang menjawab salam atina serempak, setelah itu mereka membubarkan diri.
"Hampir saja tadi aku nabrak anak kecil. Untung bisa menghindar, coba kalau nggak, tamatlah riwayat ku, bakalan panjang nanti urusannya," Batin atina merasa sedikit lega.
Selang 25 menit atina sampai depan rumah. Mendengar suara motor anaknya, Bu Yeni bergegas keluar.
"Ya ampun Tin, itu kenapa motor kamu rusak gitu bagian depannya?" tanya Bu Yeni terkejut mendapati motor anaknya retak.
"Jelasinnya nanti saja ya Bu, Atina capek banget nih, pengen rebahan bentar di kamar."
Lantas atina berlalu masuk ke dalam rumah. Sementara Bu Yeni memeriksa lebih detail motor Atina, baru juga jongkok, dari dalam terdengar Bapak Atina memanggil.
"Buk ... itu kamu lagi merebus apa, kok ya ditinggal gitu aja ,gimana sih!" seru Pak Roni melangkah menuju teras. Sesampainya di teras, Pak Roni juga kaget melihat motor anaknya yg ringsek bagian depan.
"Loh, ini kenapa dengan motornya Bu, kok sampe rusak gini, Atinanya mana?"
"Ibu juga nggak tau Pak, tadi pas tak tanyain belum dijawab, tuh anaknya lagi dikamar, katanya mau rebahan dulu karena capek."
"Ouh ya sudah, biarin Tina istirahat dulu, baru nanti kita tanyakan lagi. Itu kamu lagi masak apa di dapur, buruan di terusin dulu," titah Pak Roni.
Bu Yeni berlalu ke dalam meneruskan memasak yang sempet tertunda tadi.
Sementara itu, Atina langsung merebahkan dirinya ke atas ranjang, ia merasa sangat lelah hari ini,tl terlihat dari wajahnya yang tampak kusut. Tak lama matanya nampak mulai terpejam. Mungkin karena saking lelahnya tanpa sadar ia terlelap.
"Atina kok nggak keluar-keluar kamar ya Bu, coba kamu cek ke dalam, takutnya tu anak kenapa-kenapa," pinta Pak Roni kepada istrinya.
"Paling juga ketiduran mungkin Pak, tadi Ibu perhatikan juga wajahnya kelihatan lelah banget gitu. Udah, biarin aja Tina tidur dulu Pak," jawab Bu yeni sambil mencuci perkakas bekas masak tadi.
"Tapi nggak ada salahnya Bu di cek dulu ke kamarnya", sahut Pak Roni meminta Bu Yeni mengecek Atina di dalam kamarnya.
"iya-iya ... Ibu cek sekarang."
Selang beberapa detik.
"Ibu bilang juga apa Pak, Atina lagi tidur," lapor Bu Yeni setelah dari kamar Atina.
"Ouh ya syukurlah kalau tidur. Bapak jadi lega."
"Bapak sih nggak percaya."
"Bukannya nggak percaya Bu, Bapak cuma khawatir saja, apalagi pas lihat motor yang Atina pakai, rusak gitu, seperti habis nabrak sesuatu."
"Nanti kalau Tina sudah bangun Bapak bisa tanyakan langsung, biar nggak penasaran Pak."
"Iya, nanti pasti Bapak tanyakan ke Atina. Ya sudah, Bapak mau ke belakang dulu lanjutin bersih-bersih kolam ikan, tadi belum selesai. Nanti tolong, Ibu siapkan makanan buat Bapak. Setelah selesai bersih-bersih, Bapak mau langsung makan. Perut sudah keroncongan dari tadi."
"Ya, nanti Ibu siapkan Pak."
Pak Roni berlalu ke belakang melanjutkan sisa pekerjaan yang sempet tertunda. Sementara itu, Bu Yeni tengah menyiapkan makan siang. Menata satu persatu lauk pauk ke atas meja makan. Sayur sop, Sambal Terasi, Tempe dan Ikan goreng, ditambah 1 toples kerupuk yang tak pernah terlewatkan. Semua keluarga Atina memang pecinta kerupuk, apapun makannya pasti kerupuk jadi pendampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments