Berjodoh Dengan Duda Anak 1

Berjodoh Dengan Duda Anak 1

Bab 1 Megantar Ibu Ke Pasar

"Papa 'kan sudah bilang, jangan jajan sembarang'an. Kenapa, Chessy bandel banget sih kalau dinasehati!" seru Papa chessy.

"Maaf, Pa. Chessy cuma penasaran saja sama rasanya, kebanyak'an teman Chessy pada beli. Lagian, masa Chessy harus makan bekal dari rumah terus sih Pa,'kan bosan?" jawabnya dengan wajah cemberut.

"Sudah, buang saja makanannya, nggak usah dimakan. Makanan kayak gini kok dibeli. Besok-besok awas aja kalau Papa tau, kamu jajan ginian lagi!" seru Papa Chessy sembari melempar Cilor yang dibeli Chessy tadi ke tong sampah.

"Yahh ... kok dibuang sih Pa...," keluh Chessy.

"Lebih baik dibuang, daripada dimakan, nanti perut kamu sakit gimana? Kamu mau, sakit perut seperti minggu lalu?"

"Ya, nggak gitu juga pa. Lagian kemaren tuh, Chessy sakit perut bukan karena makananya Pa. Tapi, karena Chessy lupa cuci tangan," ucap Chessy beralasan.

"Sudah ... nggak usah banyak alasan. Cepat masuk mobil!" titah Papa Chessy sembari membuka pintu mobil.

Setelahnya, Ayah dan Anak itu masuk mobil untuk pulang. Sementara, dari kejauhan, Bu Guru Chessy yang bernama Atina menghela nafas panjang sembari menggelengkan kepala karena heran dengan kejadian yang menimpa Anak didiknya barusan. Bukan hanya sekali ia melihat pemandangan seperti itu. Chessy yang sering dimarahi Lapanya hanya karena masalah yang tak terlalu serius itu.

Apa tiap hari tu anak selalu dimarahi papanya di rumah. Kasian sekali ... nggak tau apa, kalau Cilor itu jajanan yang super duper nikmat. Sekali gigit bikin ni mulut gak mau berhenti nyuap. Dasar bapak-bapak nggak gaul. Lagian, **p**enjualnya juga nggak jorok kok, selalu menjaga kebersihan dagangannya. Sombong amat, main buang-buang makanan!" batin Atina

Tidak mau ambil pusing, Atina bergegas berjalan menghampiri motor yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri barusan. Motor mulai melaju pelan menyusuri sepanjang jalan yang terlihat cukup padat kendaraan berlalu lalang.

Kurang lebih seperempat jam berlalu. Motor yang dikendarai Atina memasuki pekarangan Rumah yang sederhana, dinding cream dengan dipadukan warna pintu coklat tua, ditambah pekarangan yang ditumbuhi beraneka ragam bunga, menambah kesan manis nan nyaman dipandang mata.

Tok... Tok... Tok....

"Assalamu'alaikum Bu...," ucap Atina memanggil Ibunya dari luar.

Terdengar langkah kaki dari dalam.

"Wa'alaikum salam, eh Tin ... kamu sudah pulang thoo?" jawab Ibu Atina sambil tangannya menyambut uluran salam dari Atina.

"Iya Bu, Atina masuk duluan ya Bu," pamitnya berlalu kedalam kamar.

Selang beberapa menit, Atina muncul setelah berganti pakaian rumahan.

"Bapak kemana Bu, kok gak kelihatan?" tanya Atina.

"Bapakmu ke rumah Pak Hasan disuruh benerin mesin cuci, katanya rusak. Mesin pengeringnya mati," jawab sang Ibu yang tengah memasak di dapur.

"Owh.... ," seru Atina singkat.

"Kamu mau makan siang sekarang Tin, apa mau nunggu Bapakmu pulang, biar bisa makan sama-sama?" tanya sang ibu.

"Mmm ... sekarang aja deh Bu. Perutku udah demo nih dari tadi. Kalau nungguin bapak, keburu pingsan aku he-he," timpal Atina cengengesan.

"Ya sudah, kebetulan nih,ayam kecap kesukaan Kamu udah matang." Sang ibu menyodorkan piring yang berisi beberapa potong ayam kecap. Atina bergegas mengambil piring dari ibunya dengan mata berbinar.

"Wiiih ... asik!! pas banget, lagi kelaparan gini, disuguhi makanan favorit. Bisa habis 2 piring nih, kayaknya ha-ha-ha," celetuk Atina dengan tawa sumringah. Sang Ibu hanya geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah kocak anaknya.

"Lah ... Ibu mau kemana? nggak

sekalian makan Bu?" tanya Atina ketika melihat Ibunya hendak berlalu dari sampingnya duduk.

"Kamu makan duluan saja Tin. Ibu makannya nanti nunggu bapak kamu pulang saja. Lagi pula, Ibu mau nonton sinetron kesukaan Ibu. Bisa gawat kalo ketinggalan ceritanya," jawab sang Ibu dengan senyum sambil berlalu menuju ruang tv. Tanpa komando, Atina langsung menyerbu semua makanan yang sudah terhidang di meja makan. Hanya butuh beberapa menit, beberapa makanan itu, sudah mendarat cantik di lambungnya.

Keesokan harinya....

"Tin, nanti anter Ibu ke Pasar buat belanja stok kulkas. Kamu nggak ada rencana kemana-mana 'kan, hari ini?" tanya ibu atina.

"Okee Bu, hari ini free kok, nggak ada acara," sahut Atina penuh semangat. Kebetulan memang hari ini Atina libur mengajar.

Mereka berangkat ke Pasar yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Hanya membutuhkan waktu seperempat jam, mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Ibu mau belanja apa saja?"

"Nanti lihat-lihat saja dululah Tin. Ibu juga belum tau pasti mau beli apa saja."

Begitu mereka mulai masuk ke dalam Pasar, agak kaget juga karena di dalam lumayan penuh pengunjung yang sama-sama hendak belanja kebutuhan dapur.

"Wiiih ... rame bener Bu. waduh desak-desakan pula gitu. Mentang-mentang week end pada semangat belanja!" seru atina.

"Ah kamu tuh Tin, kayak nggak pernah ke Pasar saja, liat gituan, pakai heran segala. Namanya juga pasar, ya jelas thoo rame. Yang sepi kuburan noh, sepi!" sahut sang Ibu agak penuh penekanan.

"He-he ... slow aja kali Bu. Nggak usah ngegas gitu napa?"

"Sudah ah, ayo buruan masuk. Ibu mau ke penjual ikan dulu. Habis itu, mau beli daging sapi dan daging ayam di tempatnya Bu Lela." timpal Ibu nyelonong pergi tanpa menunggu jawaban Atina.

Atina jalan mengikuti langkah kaki ibunya, karena lumayan rame, terpaksa harus rela berdesak-desakan. Langkah kaki harus pelan, tidak bisa grasak grusuk. Ditambah, harus stok sabar yang lumayan banyak. Karena jika kesabaran habis, yang ada malah emosian jadinya.

"Uuh !! kenapa harus penuh gini sih pengunjungnya. Terpaksa deh,harus desak-desakan gini. 'Kan jadi panas hawanya." gerutu Atina sembari terus melangkah mengikuti sang Ibu.

Satu per satu barang yang dibutuhkan sudah terbeli. Lumayan banyak belanjaan yang mereka tenteng di tangan.

"Bu ... Tina mau beli jajan pasar dulu ya. Ibu mau ikut, apa tunggu disini saja?"

"Ya sudah, kamu beli saja dulu sana. Ibu tunggu disini. Lumayan capek juga, dari tadi muter-muter!"

"Ok deh Bu ... Atina pergi dulu, nggak lama kok!"

Buru-buru atina melangkahkan kaki menuju penjual jajan pasar. Selang 10 menit, Atina menghampiri ibunya.

"Bu...ayok pulang, Atina sudah selesai beli jajan pasarnya nih!"

"Tolong, bawakan belanjaan ibu Tin, itu yang kresek putih," pinta ibu menunjuk kantong plastik di bawah tempatnya duduk tadi.

"Iya bu...."

Mereka siap-siap untuk pulang. Karena masih ramai orang, mereka berjalan agak lambat dan harus sedikit berdesakan. Atina berjalan di depan ibunya,merasa ingin cepat-cepat keluar dari pasar, Atina langsung menggandeng tangan orang yang ada di belakangnya.

"Yuk Bu, buruan jalannya, udah pengab banget nih, pengen cepat-cepat keluar!" seru Atina sambil terus menggandeng seseorang yang tepat di belakangnya tanpa sedikit pun ia menoleh.

Orang yang digandengnya tampak kebingungan.

Karena Atina berlalu begitu cepat, orang itu tidak sempat bersuara. Atina masih belum menyadari bahwa yang ia gandeng bukanlah ibunya.

Tanpa atina ketahui, Ibunya sempat berhenti ditempat penjual tempe karena hendak membeli 2 papan tempe yang sempat lupa belum masuk daftar belanjaan. Sebenarnya, tadi sang Ibu sudah memanggil atina untuk berhenti sejenak, tapi atina tidak mendengar.

Sesampainya di parkiran depan Pasar.

"Akhirnya ... Bisa keluar juga, mana panas banget di dalam, huuft!" seru atina merasa lega, nampak keringat bercucuran membasahi kening.

"Bu..!" panggil atina kepada ibu sembari menoleh ke orang yang sejak tadi ia gandeng.

Deg ... Atina kaget bukan main ketika netranya menangkap sosok wajah yang asing di belakang tempatnya berdiri.

"Astaghfirullah ... hah ...I-Ibu siapa?!" tanya Atina dengan terbata-bata.

Terpopuler

Comments

Sunarti

Sunarti

saking semangatnya nemenin ibu ke pasar dan gak nyadar pula siapa yg di gandeng

2023-04-15

1

LISA

LISA

Aq mampir Kak..

2023-02-17

0

Anis🦕

Anis🦕

ceritanya bagus kak😍😍,jangan lupa mampir jg yuk ke ceritaku❤🙏

2023-01-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Megantar Ibu Ke Pasar
2 Bab 2 Ternyata....
3 Bab 3 Bertemu Untuk Kedua Kali
4 Bab 4 Hampir saja
5 Bab 5 Berpapasan dengan melvin
6 Bab 6 Pulang Bareng(POV Chessy)
7 Bab 7 Ke Rumah Sakit(Pov Melvin)
8 Bab 8 Pulang Ke Rumah
9 Bab 9 Guru Yang Tampan
10 Bab 10 Cemburu Tanpa Sadar
11 Bab 11 Terluka
12 Bab 12 Perasaan Apakah Ini?
13 Bab 13 Ada Apa Denganmu?
14 Bab 14 Makan Malam
15 Bab 15 Berantakan
16 Bab 16 Panggilan Telepon Dari Nomor Asing
17 Bab 17 Mencari Tahu
18 Bab 18 Siapa Wanita Itu?
19 Bab 19 Mantan Istri Melvin
20 Bab 20 Mengungkapkan Perasaan
21 Bab 21 Alana Ke Rumah Melvin
22 Bab 22 Cuma Mimpi?
23 Bab 23 Rencana Pembalasan(POV Sandra)
24 Bab 24 Kedatangan Dua Tamu
25 Bab 25 Info Dari Aditya
26 Bab 26 Karangan Bunga Yang Mengejutkan
27 Bab 27 Putra Minta Maaf
28 Bab 28 Putra Mendatangi Rumah Sandra
29 Bab 29 Khilaf
30 Bab 30 Jalan berdua
31 Bab 31 Kejutan Untuk Atina
32 Bab 32 Telepon Dari Alana
33 Bab 33 Ke Kantor Melvin
34 Bab 34 Menemaninya
35 Bab 35 Resmi Jadian
36 Bab 36 Ada Apa Dengan Putra??
37 Bab 37 Alana Datang Ke Sekolah Chessy
38 Bab 38 Temani Aku
39 Bab 39 Mencoba Menghubungi
40 Bab 40 Saling Tatap
41 Bab 41 Sandra Hamil??
42 Bab 42 Meminta Pertanggungjawaban
43 Bab 43 Langkah Selanjutnya
44 Bab 44 Rencana Jalan-Jalan
45 Bab 45 Lampu Hijau Dari Bu Yeni
46 Bab 46 Desakan Alana
47 Bab 47 Tak Terduga
48 Bab 48 Kendala
49 Bab 49 Ada Rasa Sakit Di Hati
50 Bab 50 Telepon Dari Putra
51 Bab 51 Bertemu Keluarga Sandra
52 Bab 52 Cemburu
53 Bab 53 Jodohku Mana?
54 Bab 54 Akad Nikah
55 Bab 55 Pemandangan Menyakitkan
56 Bab 55 Izinkan Aku Menjelaskan Semuanya
57 Bab 57 Tak Sesuai Rencana Awal
58 Bab 58 Versi Alana
59 Bab 59 Berusaha Menerima Keadaan
60 Bab 60 Memaafkan
61 Bab 61 Tak Biasa
62 Bab 62 Penolakan Melvin
63 Bab 63 Tak Dapat Dukungan
64 Bab 64 Galau Berat
65 Bab 65 Dia Lagi??
66 Bab 66 Kacau
67 Bab 67 Sok Peduli
68 Bab 68 Kehidupan Putra
69 Bab 69 Meminta Izin
70 Bab 70 Rencana Menikah
71 Bab 71 Wanita Pertama Yang Membuat Putra Jatuh Cinta
72 Bab 72 Berandai-andai
73 Bab 73 Salah Sebut Nama
74 Bab 74 Tak Pernah Di anggap
75 Bab 75 Di Lamar
76 Bab 76 Alana Meradang
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79 Berada Di Tempat Asing
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90 Terlalu Sakit
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Megantar Ibu Ke Pasar
2
Bab 2 Ternyata....
3
Bab 3 Bertemu Untuk Kedua Kali
4
Bab 4 Hampir saja
5
Bab 5 Berpapasan dengan melvin
6
Bab 6 Pulang Bareng(POV Chessy)
7
Bab 7 Ke Rumah Sakit(Pov Melvin)
8
Bab 8 Pulang Ke Rumah
9
Bab 9 Guru Yang Tampan
10
Bab 10 Cemburu Tanpa Sadar
11
Bab 11 Terluka
12
Bab 12 Perasaan Apakah Ini?
13
Bab 13 Ada Apa Denganmu?
14
Bab 14 Makan Malam
15
Bab 15 Berantakan
16
Bab 16 Panggilan Telepon Dari Nomor Asing
17
Bab 17 Mencari Tahu
18
Bab 18 Siapa Wanita Itu?
19
Bab 19 Mantan Istri Melvin
20
Bab 20 Mengungkapkan Perasaan
21
Bab 21 Alana Ke Rumah Melvin
22
Bab 22 Cuma Mimpi?
23
Bab 23 Rencana Pembalasan(POV Sandra)
24
Bab 24 Kedatangan Dua Tamu
25
Bab 25 Info Dari Aditya
26
Bab 26 Karangan Bunga Yang Mengejutkan
27
Bab 27 Putra Minta Maaf
28
Bab 28 Putra Mendatangi Rumah Sandra
29
Bab 29 Khilaf
30
Bab 30 Jalan berdua
31
Bab 31 Kejutan Untuk Atina
32
Bab 32 Telepon Dari Alana
33
Bab 33 Ke Kantor Melvin
34
Bab 34 Menemaninya
35
Bab 35 Resmi Jadian
36
Bab 36 Ada Apa Dengan Putra??
37
Bab 37 Alana Datang Ke Sekolah Chessy
38
Bab 38 Temani Aku
39
Bab 39 Mencoba Menghubungi
40
Bab 40 Saling Tatap
41
Bab 41 Sandra Hamil??
42
Bab 42 Meminta Pertanggungjawaban
43
Bab 43 Langkah Selanjutnya
44
Bab 44 Rencana Jalan-Jalan
45
Bab 45 Lampu Hijau Dari Bu Yeni
46
Bab 46 Desakan Alana
47
Bab 47 Tak Terduga
48
Bab 48 Kendala
49
Bab 49 Ada Rasa Sakit Di Hati
50
Bab 50 Telepon Dari Putra
51
Bab 51 Bertemu Keluarga Sandra
52
Bab 52 Cemburu
53
Bab 53 Jodohku Mana?
54
Bab 54 Akad Nikah
55
Bab 55 Pemandangan Menyakitkan
56
Bab 55 Izinkan Aku Menjelaskan Semuanya
57
Bab 57 Tak Sesuai Rencana Awal
58
Bab 58 Versi Alana
59
Bab 59 Berusaha Menerima Keadaan
60
Bab 60 Memaafkan
61
Bab 61 Tak Biasa
62
Bab 62 Penolakan Melvin
63
Bab 63 Tak Dapat Dukungan
64
Bab 64 Galau Berat
65
Bab 65 Dia Lagi??
66
Bab 66 Kacau
67
Bab 67 Sok Peduli
68
Bab 68 Kehidupan Putra
69
Bab 69 Meminta Izin
70
Bab 70 Rencana Menikah
71
Bab 71 Wanita Pertama Yang Membuat Putra Jatuh Cinta
72
Bab 72 Berandai-andai
73
Bab 73 Salah Sebut Nama
74
Bab 74 Tak Pernah Di anggap
75
Bab 75 Di Lamar
76
Bab 76 Alana Meradang
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79 Berada Di Tempat Asing
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90 Terlalu Sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!