Agus menarik Lulu untuk ikut karena situasi semakin berbahaya tak terkendali, Lulu bersikeras untuk membantu yang lain. Monster hijau setinggi dua setengah meter mengamuk menghancurkan semua yang dilihatnya, Agus yang panik segera mengejar Lulu Aite yang melewati banyak orang dan menghadapi monster itu. Sihir Api berkobar dengan hebat dan membakar monster yang mendekat. Agus menghunus pedang berusaha membantu sebisanya agar tidak membebani Lulu. Suara teriakan Peri Kegelapan membuat Agus berbalik, dia tidak bisa berbuat banyak dan melihat wanita itu sekarat.
"Tolong bawa Yang Mulia pergi," kata wanita itu.
"Ya, aku akan meyakinkan dia," jawab Agus lalu menatap Lulu Aite.
Agus mengelak ketika Lulu berteriak, dia hampir mati dengan kapak besar datang ke arahnya. Monster yang semakin gila akan membunuh, Agus menghadapi dengan kepala dingin, dia mencari cara untuk mendapatkan peluang dari lawan yang jauh darinya. Dunia yang dia pikir akan mengubah hidupnya menjadi sesuatu yang mengerikan, dia takut mati, tetapi dia menyadari bahwa jika dia mati seseorang akan sedih untuknya. Lulu mendatanginya ketika Agus berhasil membunuh monster, dia berhasil membunuh monster, namun kondisinya kurang baik dengan bahu kirinya yang terluka.
"Ini ramuan penyembuhan, cepat minum," kata Lulu.
"Kita tidak bisa melawan mereka lagi," Agus meyakinkan lesu.
"Aku bisa melawan mereka sendiri, kamu sembunyi saja."
Dia bangkit dan tidak menyerah, pelatihan panjang pasti akan membantu lebih dari yang dia kira. Suara tegas wanita yang menjadi istrinya memaksanya untuk pergi tapi dia tidak akan bisa meninggalkan Lulu jika dia tidak pergi bersamanya. Seorang pemimpin dengan tanggung jawab yang panjang selama hidupnya, dia tidak mungkin berbalik melihat semua orang mati sia-sia, dia sangat bingung dan langsung berpaling. Monster-monster tak berujung terus datang dan pergi, mereka masih dalam keadaan mengamuk meski banyak rekannya yang mati di tangan Lulu Aite.
"Yang Mulia, Anda harus pergi!" Clovis berteriak dengan suara lantang.
"Aku tidak akan pergi!"
"Yang Mulia, tolong lihat keadaan sekitar dan suami Anda."
"Agus?"
"Aku baik-baik saja," kata Agus yang lesu karena kelelahan.
Ketika hari mulai gelap, monster mulai mundur dari desa. Tina tersenyum karena semuanya sudah selesai, tidak untuk Amo yang tidak lagi bersama mereka. Clovis hanya diam sambil memeluk tubuh Amo. Tak terhitung banyaknya korban meninggal, Agus merasa beruntung bisa selamat karena mendapat banyak perlindungan. Wajah Lulu Aite pucat saat dia menggunakan energi sihir dalam jumlah besar untuk serangan pamungkas. Hanya mereka yang tersisa, semuanya menatap Tina yang sedang berduka karena suaminya terbaring mengenaskan.
"Dia selalu membantuku," gumam Tina sambil menangis.
"Maafkan aku Tina, kita satu-satunya yang tersisa, kita harus menemukan Peri kegelapan lainnya" kata Lulu.
Desa yang porak-poranda tidak bisa dijadikan tempat tinggal, untuk semua orang yang gugur mendapatkan perlakuan layaknya seorang pahlawan penuh jasa. Lulu Aite melihat sekitar dengan senyuman pahit bersama matanya memerah karena bersedih. Dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya dalam melindungi desa, ia memang kuat tapi dengan jumlah yang ribuan menyerang secara beruntun membuat sadar kalau kekuatan yang ia miliki tidak cukup padahal dia sudah hidup dalam mengasah kemampuan yang dia miliki sejak lama. Agus beranda dengan rumah yang sudah hancur, dia melamun atas semua yang terjadi.
"Anda tidak perlu meratapi semua yang terjadi," kata Tina padanya.
"Tetap saja, aku merasa hanya bersembunyi di belakang kalian."
Kremasi untuk semua yang telah tiada, Agus melihat semuanya dengan perasaan yang campur aduk, dia begitu jatuh dalam pikirannya sendiri. Lulu Aite meminta Tina dan Clovis untuk mencari Peri Kegelapan lainnya, masih banyak desa kecil yang mungkin tidak berdampak dalam serangan monster. Mencari tempat aman untuk bersembunyi sementara dan menunggu waktu yang tepat untuk menangani masalah gelombang monster yang dipastikan kerjaan para iblis. Ada suatu tempat bersembunyi yang cukup layak berada di dalam hutan, walaupun masih sangat kumuh dapat menjadi tempat berteduh dalam keadaan darurat.
"Tina, Clovis, aku minta maaf karena tidak bisa ikut dengan kalian berdua."
"Yang Mulia tenang saja, kami berdua sudah cukup," kata Clovis menjawab.
Mulut gua yang tertutup, terbuka dengan sihir. Mereka berdua memasuki yang ada rumah kecil yang tidak jauh selama mereka berjalan sejauh seratus meter. Agus merasa tenang adanya tempat persembunyian, dia hanya menyayangkan tidak ada seseorang lain selain mereka berempat. Lulu menyuruh Clovis dan Tina untuk menemui para Peri Kegelapan yang ada di desa lain dan mencari informasi tentang yang telah terjadi.
"Apakah tidak apa-apa jika hanya mereka berdua yang pergi, aku bisa tinggal di sini seorang diri," kata Agus.
"Mereka berdua cukup kuat, kamu lihat sendiri mereka bisa bertahan."
"Andai saja aku lebih kuat, kita pasti pergi dengan mereka."
"Perjalanan yang ditempuh sangat jauh, kamu nanti pasti akan kuat."
Lulu memutuskan untuk memperkuat diri, ia juga membimbing Agus agar jauh lebih bisa menggunakan keahlian miliknya. Rumah yang dibangun sejak lama dan dirawat oleh sihir agar tetap utuh menjadi cerita yang panjang untuk Agus dengarkan. Setiap lorong ada tempat yang menarik bermacam-macam tumbuhan dan ada tempat khusus kolam ikan. Kolam yang terhubung oleh sungai dari luar, dengan sihir yang Lulu gunakan bisa menjelaskan untuk Agus yang berpikir keras untuk memahaminya.
"Sesungguhnya kalau tentang kolam ini yang membuatnya ada ayahku," kata Lulu.
"Berarti Beliau sangat hebat."
"Sungguh sangat hebat, Ayahanda begitu kuat dibandingkan denganku."
"Lulu, karena aku mungkin semua ini terjadi..."
"Maksudmu?"
"Banyak orang yang menyebut aku selalu sial, sejak tadi aku berpikir apa mungkin karena nasib sial yang kadang ada padaku."
"Kamu jangan pergi demikian, semua terjadi karena gelombang monster, buktinya ada desa Peri Kegelapan yang lebih dulu diserang, bukan?"
"Yang kudengar desa itu jauh lebih kecil dari desa kita," gumam Agus.
"Ehem, yang terpenting kita memperkuat diri, kamu berhenti berpikir hal yang tidak penting seperti ini."
Waktu keluar dari tempat persembunyiannya, Agus mendapatkan pelatihan dengan berburu kelinci, tanduk di dahi kelinci itu sangat tajam, mereka menyerang dengan cara melompat untuk menusukkan tanduknya ke arah lawan. Kelinci yang sangat lincah, Agus mendapatkan luka saat ia mendapatkan serangan mendadak. Lulu Aite menasehati agar Agus tidak meremehkan monster lemah seperti Kelinci Bertanduk, mereka bisa sangat berbahaya diwaktu tertentu.
"Kamu tetaplah berburu di sini, aku akan mencari tanaman obat untuk membuat banyak ramuan penyembuh."
"Kalau begitu aku berhenti berburu dan membantu kamu."
"Tidak perlu, kamu lanjutkan saja."
"Kamu hati-hati, ya..."
Lulu tersenyum. "Aku ini sangat kuat, kalau hanya monster, aku bisa menghadapi mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments