Sihir Api

Tidak ada keraguan saat memerintah, suara tegas itu bisa menjangkau semua orang yang berdiri di tengah desa. Agus hanya memberikan sedikit saran yang cocok dan mudah dipahami, bisa diterima semua orang termasuk Lulu yang tampak bangga. Selama di desa, dan mengamati semuanya. Agus belum pernah melihat orang yang menunjukkan ketidaksukaan yang begitu terbuka. Lulu berharap semua yang terjadi wajar dan tidak ada hubungannya dengan iblis yang mengendalikan monster. Agus mendengarkan dengan seksama, banyak hal yang harus ia pikirkan dan kemungkinan akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Apa yang sedang Anda pikirkan?" Tina bertanya kepada Agus.

"Hanya saja aku merasa tidak nyaman."

"..." Lulu menatap Tina dan Agus bergantian.

Melihat suaminya dan wanita lain sedang berdiskusi dengan efek yang tidak nyaman, Lulu merasa semakin dekat mereka berdua, akan semakin buruk. Telapak tangan memukul meja, mereka berdua menoleh bersama. Lulu mengalihkan bahwa monster berukuran besar akan datang. Lulu bisa menebak apa yang akan datang, yang pasti monster setinggi tiga meter dengan wajah jelek seperti wajah babi akan datang. Agus membayangkan bentuk monster itu akan mengerikan, dia dengan cemas mengambil tindakan pencegahan.

"Aku akan membantu kamu."

"Tidak, kamu masih lemah dan kamu akan bisa mati kalau melawan mereka," kata Lulu.

"Aku akan memeriksanya," kata Tina menyela pembicaraan.

"Jika tebakanku benar, kamu langsung kembali untuk melaporkan semuanya kepadaku."

Beberapa saat mereka tidak berbicara satu sama lain, Agus membuka mulut bertanya mengapa dia tidak bisa pergi dengan yang lain? Senyuman tipis Lulu menunjukkan bahwa semua yang akan terjadi sangat berbahaya meski Agus sudah cukup berlatih untuk pengembangan diri. Monster yang tidak memiliki otak sulit diajak berkomunikasi, mereka sangat kejam dan tidak segan-segan membunuh meskipun musuhnya sekarat.

"Bukankah sangat tidak adil jika aku tidak datang?"

“Kalau kamu ikut itu akan menjadi beban bagi mereka, lebih baik duduk dan menunggu, kalau ada sesuatu yang sangat mengancam akan aku bereskan,” kata Lulu.

Duduk sabar menunggu kabar dari Tina, Lulu duduk bersama Agus sambil menggodanya dengan jari telunjuk menempel di dada. Suaminya terlihat marah seolah tak peduli, Lulu tertawa enteng kekanak-kanakan. Berbicara dengan maksud untuk menakut-nakuti apa yang dilakukan Lulu agar Agus sadar bahwa dirinya tidak akan bisa melawan monster yang memiliki fisik kuat dan daya tempur tinggi. Agus menghela napas dan mengerti maksud baik istrinya, tidak lama kemudian Tina datang dan memberi kabar bahwa semuanya telah mampu menekan mundurnya para monster, sesuai dengan dugaan Lulu bahwa monster yang sama seperti yang dicurigai.

"Kremasi orang yang terbunuh, dan kamu perintahkan untuk memperketat penjagaan."

"Saya laksanakan, Yang mulia!"

Setelah semua yang terjadi banyak orang khawatir dan beberapa orang berlatih lebih keras. Agus ikut latihan bersama yang lain, mereka meminta Agus untuk tidak ikut jika ada serangan lagi dari monster. Suatu malam Lulu menunjukkan sihir api yang menarik, bola api melayang di atas telapak tangan.

"Hanya sedikit orang yang bisa melakukan ini, yang paling ahli di desa ini, aku dan Tina."

"Bisakah aku melakukannya juga?"

"Kamu bisa jika itu hanya sihir dasar."

"Baiklah, tolong ajari aku."

"Tapi, kamu akan pingsan begitu kamu mengeluarkan sihir karena energi sihirmu sangat tipis."

Seharusnya butuh setahun atau lebih untuk belajar sihir untuk yang berbakat, tapi Agus bisa langsung membuat bola api seukuran kelereng, dan kelelahan hingga pingsan sesudahnya. Suaminya memiliki perkembangan sihir yang tidak normal, tetapi sayangnya tubuhnya tidak mampu menahan tekanan energi yang harus dilepaskan. Tina menilai Agus adalah seorang jenius yang memiliki banyak kekurangan. Jika dia bisa memiliki banyak energi sihir, akan sangat menakutkan untuk menjadi seorang penyihir yang mungkin jauh lebih kuat dari para Peri Cahaya.

"Tidur nyenyak sekali," gumam Lulu.

"Yang Mulia, apakah Anda ingat tentang benda yang dibuat oleh para Kurcaci?"

"Aku masih ingat itu masih jadi topik sampai sekarang, dan tidak mungkin kita bisa mendapatkan benda itu."

Gelang yang digunakan untuk menampung energi sihir sampai batas tertentu, para Kurcaci menggunakannya sebagai bagian dari senjata mereka. Sesuatu yang bisa sangat membantu tapi merepotkan jika harus mentransfer energi ke dalam gelang, Lulu menginginkan cara lain agar suaminya bisa memiliki energi lebih. Sebuah buku langsung terlintas di benak Lulu, metode yang cukup gila untuk memakan jantung Naga. Tina terkejut dan menjawab bahwa itu tidak mungkin karena Naga sangat kuat dan tidak mungkin membunuh mereka.

"Bukannya masih tidak mungkin, Yang Mulia, jika tidak beruntung akan gagal, akan sia-sia bahkan jika kita mencoba."

"Dia berbakat pasti akan berhasil."

Yang diinginkan Lulu jika hal itu bisa terjadi bukan hanya agar suaminya memiliki energi yang stabil, ia juga ingin agar suaminya bisa mencapai usia 4000 tahun bahkan lebih. Sesuatu yang bisa berubah mungkin dengan mengubah Agus menjadi ras vampir, Tina merinding dengan semua yang dikatakan Lulu. Kemungkinan terburuk akan mengubah kepribadian Agus, Lulu memilih untuk tidak melakukan itu meski akan sangat disayangkan. Agus bangun di pagi hari, dia ingat bahwa semua yang dia lakukan sebelumnya luar biasa tetapi pingsan. Manusia yang bisa mengeluarkan sihir sangat hebat, tidak bertahan lama tapi luar biasa jika dia kembali ke dunia asalnya, entah apa yang akan dikatakan semua orang yang ada di sana.

"Kamu sudah bangun, aku sangat senang."

Agus menoleh ke arah pintu. "Kamu bangun pagi sekali, Lulu."

"Sebenarnya aku tidak tidur."

"Kamu harus tidur, tidak baik jika kamu tidak tidur."

"Apa kamu khawatir karena aku tidak tidur, hihihi lucu."

“Semalam sangat menyenangkan,” gumam Agus sambil menatap telapak tangannya.

"Apakah kamu menyukainya?"

"Ya, aku sangat menyukainya."

"Jika saja kamu memiliki banyak energi, aku akan mengajarkan lebih dari tadi malam."

"Hal yang mendasar saja aku pingsan, mengecewakan bukan?"

"Tidak, aku tidak kecewa padamu, aku bangga karena kamu sangat hebat."

"Hebat?" Agus merasa tidak hebat sama sekali.

Agus menghabiskan sebagian besar kesehariannya untuk berlatih pedang dan memanah, selain itu ia juga sering berlari untuk membangun kekuatan fisiknya. Pembentukan otot tidak bisa dilakukan hanya dengan berlatih pedang dan panah, Agus cukup memilih waktu untuk mengangkat beban yang berat.

"Bukankah dia hebat?" Lulu bertanya pada Tina dengan gembira.

"Ahem, maksudmu itu pasti bentuk fisiknya?"

"Sepertinya dia satu-satunya yang bisa mengubah tubuh seperti itu tidak seperti ras peri laki-laki di desa ini."

"Manusia sangat hebat, banyak rahasia yang mereka miliki," gumam Tina.

"Tina?!"

"Ya, Yang Mulia?"

"Ingat, kamu sudah menikah."

"Tenang saja Yang Mulia, suami saya lebih luar biasa, akan percuma terlihat bagus namun tidak tahan lama, ah maafkan hamba."

"Santai saja, ehem ... aku sangat menyayangkan dia tidak tahan lama," kata Lulu dengan kebohongannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!