''Aku yakin, keluarga suami wanita itu pasti akan menuntut mu bang Azlan! Dan lagi, aku jadi bingung. Itu bayi sah secara agama atau di luar nikah ya? Secara kan wanita itu masihlah istri orang? Dan belum bercerai?? Setahuku itu nama nya selingkuh?! Berarti ... anak mu dan wanita itu anak diluar nikah dong? iya kan Mbak? Iya kan Pakde? Bude??''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr...
Pak Rudy terhenyak mendengar ucapan Nina yang begitu membuat mereka shock. Ibu Siti sudah tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan ucapan Nina. Hatinya begitu perih ketika mengetahui jika putra sulungnya lah yang melakukan kesalahan itu. Sama seperti berapa tahun yang lalu.
Pandangan mata nya buram seketika. Gelap dan semakin gelap. Hingga..
Brrruukkk...
''Astaghfirullah! Ibu!'' pekik Zahra ingin mendekati Ibu Siti tetapi Nina menahannya.
''Bu...'' panggil Azlan karena terkejut melihat sang ibu jatuh pingsan dengan air mata berlinangan.
''Ayo Mbak, kita pergi! Urusan mu dengan keluarga ini sudah selesai! Ayo!'' ajak Nina pada Zahra
Zahra bergeming. Matanya masih menatap nanar pada mantan ibu mertua yang sangat baik padanya itu. Begitu juga dengan Pak Rudi. Dua paruh baya itu selalu baik padanya selama ini Bagaimana mungkin ia bisa melupakan nya begitu saja? Zahra bukanlah orang yang tidak tau terimakasih.
Ia tau diri. Zahra melepas kan tangan Nina dengan pelan dan tersenyum lembut padanya. ''Sebentar ya?''
''Tapi Mbak??''
''Tak apa Nin.. selama ini ibu dan bapak baik kepadaku. Bentar aja ya?''
Nina mengangguk pasrah. Zahra mendekati Ibu Siti yang kini diangkat Azlan keruang tamu mereka.
Zahra mengambil minyak kayu putih dan ia oleskan ke hidung, tengkuk dan juga kening ibu Siti. Tak lama Ibu Siti pun sadar. Ia menatap Zahra yang kini sedang menatapnya juga.
Zahra tersenyum lembut pada dua paruh baya itu. ''Jaga diri ibu.. bapak.. Zahra mau pamit. Terimakasih karena selama ini kalian begitu baik kepadaku yang tidak pernah di anggap ini. Aku tidak menyesal pernah menikah dengannya. Yang aku sesali ialah perbuatannya. Wanita itu iabrat cermin. Cermin akan terlihat utuh bila ia tidak pecah. Kita masih bisa melihat wajah kita disana. Tetapi jika ia pecah, maka bias dari cermin itu tidak akan sama lagi. Kita bisa menyatukan nya. Tetapi lihatlah pada bias yang sudah retak dan hancur itu pastilah tidak akan sama lagi.''
''Begitu pun dengan wanita. Ia bisa memaafkan kesalahan seseorang tapi tidak mudah untuk melupakan nya. Sekali ia merasakan terluka, maka sampai mati pun ia akan terus mengingat rasa sakit yang pernah ia rasakan dan ia dapatkan.''
Deg!
Deg!
Azlan menunduk. Zahra menatapnya, ''Aku bisa memaafkan semua kesalahan mu tetapi tidak untuk melupakan nya. Selama kita hidup dirumah ini aku bisa menghitung berapa banyak penderitaan yang kamu berikan padaku gara-gara wanita lain. Bukan sekali dua kali. Tetapi berulang kali. Tetapi aku tetap mencoba untuk memaafkan mu. Aku hanya heran dengan mu. Kalau kamu memang mencintai ku kenapa kamu malah memilih wanita yang jelas-jelas masihlah istri orang. Dalam agama kita dilarang untuk menikahi seorang wanita yang masihlah berstatus kan istri orang. Kamu bisa menikahi nya kalau wanita itu sudah sah bercerai dan juga sudah selesai dari masa iddahnya.''
''Jika Tidak? Itu sama saja dengan kamu berzina dengan nya!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
Azlan terkejut, ia menoleh pada Zahra. ''Aki tidak melarang mu menikahi mantanmu. Tetapi cara mu itu membuatku terluka dan kecewa. Andai kamu bilang dan memberitahukan kepadaku, maka aku lebih memilih mundur agar kamu bisa besama nya. Tetapi tidak. Kamu malah membohongiku hingga berulang kali. Lantas apa yang aku dengar dulu dari bibirmu??''
Azlan menunduk. ''Kamu bilang kamu sangat mencintaiku. Kamu hanya ingin menolongnya dari suaminya. Itu bukan yang kamu katakan?''
Azlan tidak menjawab. Ia tetap diam dengan kepala menunduk. ''Aku bisa memaklumi jika wanita itu hanya meminta tolong padamu. Tapi kamu? Apa yang kamu perbuat dengan nya di belakang ku? Kamu berjalan kesana kemari dengan nya. Kamu bermesraan didepan semua orang. Bahkan kamu mengatakan pada semua kalau wanita itu istri sah mu. Boleh aku tau? Apa tujuan mu mengatakan hal itu? Untuk menyakiti ku? Atau memang itu keinginan mu?? Atau.. jangan-jangan.. kamu memang sudah berniat mengakui dirinya di depan umum dan di depan ku??''
''Astaghfirullahal'adhimm... ya Allah.. nak.. maafkan ibu yang salah mengasih putra ibu hingga ia salah jalan seperti ini nak.. maafkan ibu..'' lirih ibu Siti.
''Aku tidak bersalah dalam hal itu Zahra. Aku sengaja mengatakan hal itu agar kamu paham bahwa aku pun merasa sakit hati karena Riandra dan Papa kamu yang mengatakan kalau kamu merupakan istri sah dari Riandra Agung Brasmana! Seorang pengusaha terkenal dan sukses di bidang apapun! Papa kamu seperti tidak menginginkan aku menjadi menantunya. Bahkan dihadapan orang, mereka mengakui jika aku bukanlah menantunya!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
Zahra terkekeh, ia pun tau akan hal itu. Ia sudah menegaskan kepada sang Papa bahwa apa yang ia lakukan akan berakibat buruk pada pernikahan nya.
Tetapi pria paruh baya itu tetap Keukeh pada pendirian nya. Ia yakin kalau Azlan setia, ia tidak akan marah dengan perkataan nya itu. Ia malah akan lebih giat lagi untuk merebut hati mertuanya itu. Dan juga memperbaiki hubungan mereka berdua. Bukan malah sebaliknya. Melakukan hal yang sama seperti yang Papi Alan lakukan padanya.
Zahra terkekeh lagi, tetapi ada air mata yang mengalir di pipi tirus nya. ''Kamu salah bang Azlan!''
Deg!
''Salah? Apa salahku? Salah karena telah menduakan mu begitu?! Lalu bagaimana denganmu yang telah menduakan ku?!''
Zahra menatap sendu pada Azlan. ''Aku tidak pernah berniat ingin menduakan mu bang Azlan. Benar, kalau kak Rian itu cintaku dulu. Tetapi aku sadar bahwa kamu sudah menjadi suamiku. Aku berusaha keras untuk menelusup kan nama kamu dihatiku. Dan ya, aku berhasil. Tetapi ketika keberhasilan itu datang padaku malah aku dibuat terluka seperti itu.''
''Papa sengaja mengatakan kepada semua orang kalau aku istri Riandra karena rekan bisnis Papi pernah ingin melamarku untuk dijadikan istri olehnya. Tetapi Papa menolak. Belum lagi, Akau sempat dipermalukan karena cuma seorang pembuat kue. Kak Rian lah yang saat itu menolongku. Ia sengaja mengumumkan pada semua orang kalau aku ini istrinya. Agar dia bisa melindungi ku dari orang-orang yang berniat ingin berbuat jahat padaku.''
''Sekarang aku tanya sama kamu. Adakah kamu melihat Rian mencoba ingin merebut ku darimu selama hampir tiga tahun ini??''
Deg!
Azlan mematung. ''Ya, Kak Rian tidak pernah berpikir seperti itu. Ia hanya kasihan pada nasib pernikahan ku yang kamu permainkan! Dia tidak pernah membuka aib mu di depanku! Tetapi aku tau sendiri seperti apa kelakuan mu di belakang ku selama ini. Semenjak kamu bertemu dengan nya. Kalau lah kamu seorang suami yang setia, maka kamu tidak kan membalas perlakuan Papa ku dengan melakukan hal yang sama kepadaku!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
''Kamu tidak setia padaku bang Azlan! Tidak pernah setia!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
Lagi, AzLan tersentak dengan ucapan Zahra. Kedua paruh baya itu menatap Azlan dengan dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments