''Alasan mu saja cemburu! Padahal itu semua hanya kedok untuk menutupi hubungan mu dengan nya. Hahh. Tapi tak apa. Selamat untukmu bang Azlan! Terimakasih karena kamu sudah membawaku ke dalam hidupmu! Karena aku menikah dengan mu, aku lebih tau dan bisa memilah mana yang terbaik untukku dan untuk kedua anakku! Ibu.. Bapak.. maafkan menantu durhaka mu ini yang tidak menoleh sedikit pun padamu! Kalau aku menoleh, sama saja aku membuka lagi luka yang ada di hatiku. Cukup sudah selama ini. Tidak lagi!''
''Cukup sampai disini. Maaf.. kalau perkataan ku ini menyinggung kalian berdua. Tapi inilah yang aku rasakan selama dua tahun lebih hidup bersama bang Azlan!''
Deg!
''Mbak?? Kita berangkat sekarang??'' tanya Nina memotong ucapan Zahra yang saat ini berdiri mematung di depan pintu dengan menggendong bayinya yang baru berusia 40 hari.
Rencana nya sih sepulangnya Riandra dari luar negeri, mereka akan mengadakan aqiqahan untuk Cinta. Putri Zahra dan Azlan. Tetapi dengan kejadian seperti ini, apakah akan terlaksana? Zahra pun tidak tau.
Zahra tersenyum pada Nina. ''Bawa dulu kedua anakku. Aku ingin pamit Dengan mantan mertuaku!''
Deg!
Nina terkejut. Ia menatap tajam pada AzLan yang kini juga tengah menatapnya. Entah keberanian dari mana, Nina membawa bayi Zahra dan Azriel untuk masuk ke mobil. Karena disana pun sudah ada sang suami yang menunggu dirinya.
Setelahnya ia kembali lagi dan tidak melihat Zahra berdiri di depan pintu rumah mereka. Zahra saat ini sedang berpamitan pada kedua orang tua Azlan.
Nina meradang melihat Azlan yang cuek saja karena Zahra akan pergi dari rumah mereka.
Prok.
Prok.
Prok.
''Wah, wah, wah... hebat kamu bang Azlan! Hebat sekali! Menikah tanpa izin istri, selingkuh di belakang nya, berkhianat, dan sekarang kamu menceraikan istrimu yang lebih banyakk terlukanya dibanding kan dengan gundikmu itu?!?! Cih! jijik aku melihatmu Azlan Dharmawan!!''
Deg!
Deg!
''Diam kamu Nina! Jangan ikut campur di dalam rumah tangga ku!'' seru AzLan tidak suka pada ucapan Nina yang begitu menyudut kan dirinya.
Nina terkekeh sumbang. Wajah itu begitu tidak suka menatap Azlan. Ia berdecih berulang kali membuat AzLan naik pitam. Ia ingin melayang kan tangannya pada Nina.
''Apa?! Ingin tampar?! Tampar! Ayo tampar aku! Kamu ingin menamparku?? Silahkan!''
Deg!
Zahra mendekati Nina dan merangkul bahu adik angkat, sahabat sekaligus karyawan setia Zahra di toko rotinya.
''Udah Dek.. ayo kita keluar dari sini. Tugas Mbak sebagai istrinya sudah selesai disini! Semenjak Mbak hamil Azriel ia tidak pernah memberikan nafkah lagi semenjak saat itulah talak satu sudah jatuh sama Mbak!''
Deg!
Ibu Siti dan Pak Rudi terkejut bukan main dengan ucapan Zahra. Nina Terkekeh lagi. ''Pasti semua ini karena gundiknya itu kan Mbak? Makanya kamu tidak pernah diberikan nafkah olehnya??''
Deg!
Deg!
Lagi dan lagi kedua paruh baya itu terkejut. ''Aku heran deh sama suami eh bukan sudah menjadi mantan suami kamu saat ini!''
Deg!
Azlan menatap nyalang pada Nina yang sudah berani ikut campur berbicara. Nina masih saja tertawa melihat tingkah AzLan yang meradang karena ucapannya.
''Sebenarnya aku bingung deh Mbak? Disini siapa sih yang menjadi suami kamu? Mas Rian?Atau lelaki yang punya gundik ini??'' tunjuk Nina pada AzLan.
Zahra Terkekeh sinis. ''Ya Riandra lah suamiku. Lah wong dia nya yang selama dua tahun ini menafkahi ku dan juga kedua anakku? Dia juga yang selama ini yang telah menolongku! Jika bukan karena nya.. mungkin saat ini aku sudah mati!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
''Nak...'' lirih kedua paruh baya itu.
''Benar sekali!'' timpal Nina. ''Kalau bukan karena Mas Rian, mungkin saat ini Mbak ku ini sudah tiada dua tahun yang lalu! Semua ini karena kesalahan putra Pakde dan Bude! Yang tega meninggalkan nya disaat Mbak ku ini sedang butuh-butuh nya dengan putra kalian ini!''
''Saat ia melahirkan saja putra kalian tidak melihat nya. Ia sibuk bersenang-senang dengan gundiknya itu!'' ketus Nina
''Jaga ucapan mu Nina!'' sentak AzLan tidak terima.
''Kenapa?? Kamu takut, kalau kedua orang tuamu tau kelakuan mu seperti apa huh?!'' tantang Nina semakin meradang melihat tingkah AzLan ini.
Giliran keburukan nya tidak boleh dibuka. Tapi Zahra? Ia permalukan setiap saat dihadapan semua orang dengan mengatakan jika Zahra itu bukanlah istrinya. Sesuai dengan permintaan gundiknya itu. Nina masih ingat hari itu. Masih teringat jelas saat itu, Zahra menangis satu malam suntuk karena pengakuan AzLan yang begitu melukai perasaan nya.
''Asal kamu tau bang Azlan! Mbak ku ini bertahan karena kedua anaknya! Jika tidak, sedari dulu ia sudah pergi darimu! Mas Rian selalu mengawasi nya saat tinggal bersama mu. Sungguh kejam kau bang Azlan! Kau tega meninggalkan istrimu yang saat itu sedang mengidam dan sangat ingin makan roti bakar! Kamu malah pergi untuk menemui gundikmu dan bermesraan dirumah gundikmu itu! Aku saksinya! Aku saksi mata dari perselingkuhan mu itu! Tapi apa yang dikatakan Mbak ku?''
Azlan menatap dingin padanya. '' Ia bilang kamu tidak begitu. Kamu itu cuma sekedar menemaninya! Menemani seperti apa?! Seperti bercumbu hingga tanpa sehelai benang pun begitu?!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
''Nina!!!''
''Apa!!!! Aku saksi mata dari perbuatan mu itu! Aku saksinya! Aku punya buktinya! Ponsel ini! Semua bukti perselingkuhan mu dengan gundik masa lalu kamu itu!'' tunjuk Nina pada ponsel yang ada ditangan nya.
Azlan semakin meradang. ''Diam kamu Nina! Aku sudah menikah dengan nya saat melakukan hal itu! Itu hakku! Sama seperti Zahra!'' serunya dengan penuh amarah. Ia tidak terima jika dikatakan berzina dengan istri keduanya itu.
''Oh Ya??? Kamu yakin kalau pernikahan kamu dengannya itu sah bang Azlan???''
Deg!
Deg!
Deg!
''Ya sah lah! Kalau nggak, mana mungkin aku menggaulinya! Jangan macam-macam kamu Nina! Kamu bisa saya tuntut nanti!''
Nina tertawa sarkas. Zahra tetap diam. Kali ini ia memberikan kesempatan untuk Nina berbicara. Selama ini Nina lah yang menjadi mata-mata Zahra untuk mengikuti Azlan bersama istri kedua nya itu.
''Kamu bilang apa?? Kamu ingin menuntut ku?? Tidak salah? Yang ada kamu yang akan kami tuntut dengan tuduhan pencemaran nama baik, selingkuh dan juga kekerasan di dalam rumah tangga!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
''Asal kamu tau bang Azlan! Mbak ku itu sudah terlalu terluka akibat perbuatan mu dan gundikmu itu! Seharusnya kamu itu yang di tuntut! Karena telah menikahi seorang wanita yang masih sah menjadi istri orang!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..
''Aku yakin, keluarga suami wanita itu pasti akan menuntut mu bang Azlan! Dan lagi, aku jadi bingung. Itu bayi sah secara agama atau di luar nikah ya? Secara kan wanita itu masihlah istri orang? Dan belum bercerai?? Setahuku itu nama nya selingkuh?! Berarti ... anak mu dan wanita itu anak diluar nikah dong? iya kan Mbak? Iya kan Pakde? Bude??''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr...
Brrruukkk...
''Bu...''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ira Humaira Ariestie
kebanyakan dduuaaarrrrrr...
2024-02-27
0