lima. Rasa sakit

Kini tersisa Alana dan Ananta di ruang UKS.

Alana memberikan obat untuk diminum oleh Ananta. Dada Ananta masih sedikit sesak, karena terlalu banyak bergerak.

Berkelahi cukup berbahaya untuk jantungnya.

"Kamu ini anak kecil atau apa? Kenapa berkelahi seperti itu." Ucap Alana kesal.

Ananta masih meremat kaus yang di pakainya karena sakit dadanya belum pulih semuanya.

"Habisnya, mereka ganggu kamu." Jawabnya. Ananta bangun dari tidurnya untuk duduk di atas kasur UKS.

"Mereka itu cuma bercanda. Kamu yang marahnya berlebihan." Marah Alana.

"Aku cuma mau menjaga orang yang aku suka, itu juga tidak boleh??" Ucap Ananta dengan nada tinggi. Namun emosi yang tiba-tiba itu membuat dadanya terasa lebih sesak.

Ananta kembali diam dan merintih kesakitan. Alana segera mengusap punggung Ananta untuk membuatnya sedikit lebih tenang.

"Maaf... Aku membuatmu mengkhawatirkan ku." Ucap Alana menyesal sudah memarahi Ananta yang terlihat kesakitan. Ananta menghadap ke arah Alana. Alana menyandarkan kepalanya di bahu ananta, membuatnya basah karena pada akhirnya Alana menangis lagi.

Ah, Alana selalu menangis karenanya. Sesak di dada ananta sedikit kambuh lagi karena perasaan menyesalnya.

Terakhir kali ia melihat Alana menangis adalah saat Alana menungguinya menjalani perawatan 7 hari di rumah sakit. Tangisan Alana tidak berhenti setiap kali melihat Ananta merintih kesakitan.

Gara-gara itu, Ananta tidak mau ditemani lagi jika harus dirawat intensif di rumah sakit.

"Jangan menangis. Kamu jelek kalau sedang menangis." Ucap Ananta masih bisa mengejek Alana di sela rasa sakitnya.

"Jantung kamu... Berdetak terlalu kencang." Ucap Alana setelah berusaha keras menenangkan dirinya.

"Lain kali jangan memarahi mereka gara-gara aku" Lanjut Alana setelah mengusap air matanya yang tersisa sedikit karena sebagian tumpah di bahu Ananta.

"Iya... Aku ikut apa kata Alana deh. Jangan nangis." Ucap Ananta lagi. Sakit di dadanya sudah sedikit berkurang. Walau masih sedikit terasa.

"Udah, tidur lagi. Kamu harus istirahat." Ucap Alana dengan tegas. Namun Ananta masih terduduk dengan kaku.

"Sakitnya sudah berkurang kok. Ayo kembali ke kelas." Ajak Ananta, niatnya dia mau berbohong untuk membuat Alana tidak khawatir, nyatanya tubuhnya masih belum bisa dipakai berjalan sekarang.

"Tiduran atau aku bawa kamu ketemu ayah." Ucap Alana lagi kini disertai dengan tatapan tajam.

Kalau sudah di ancam seperti itu Ananta tidak punya pilihan selain menurutinya. Lagipula tubuhnya memang masih terasa sakit.

"Alana..." Panggil Ananta lagi. Dia tidak bisa menahan untuk tidak mengatakannya.

"Lain kali pakai kaus dobel saat olahraga" Lanjut Ananta dijawab Alana dengan tatapan bertanya-tanya. dahinya berkerut dengan lucu.

"Aku tidak mau mereka melihat benda pink itu lagi" Ucap Ananta lagi melirik kaus olahraga Alana yang tidak tertutup kemeja.

Alana yang menyadari apa yang sedang dilihat Ananta menatap panik. Dia melihat kebawah dan menemukan baju olahraganya terlihat menerawang.

"Ananta! Kenapa baru bilang sekarang" Ucap Alana dengan nada marah, dia buru-buru mengancing kemeja Ananta yang tadinya hanya tersampir di bahu.

"Tidak apa-apa, hanya aku yang sempat melihatnya lagi." Ananta masih berani melanjutkan kalimatnya tanpa tahu Alana sudah bersiap untuk mengutuknya sedari tadi.

"Alana... Jangan di marahi pasiennya" Ucap dokter Tia yang tidak tahan untuk tidak bersuara setelah mendengar percakapan keduanya dengan gemas. Ruang UKS hanya di dekat dengan tirai kain tapi mereka bersikap seolah tidak ada yang mengawasi, bahaya sekali.

Alana langsung berbalik dan menyembunyikan wajahnya ke tirai yang berada di dekatnya. Sedangkan Ananta hanya tersenyum melihat Alana bertingkah lucu.

.........

Alana menunggui Ananta di UKS selama satu jam pelajaran penuh. Dia tidak merasa perlu meminta izin kepada guru karena teman-teman yang tadi mendengarnya bicara tentang penyakit Ananta pasti sudah menyebarkannya ke seluruh penjuru kelas dan memberitahu guru alasan dirinya tidak hadir.

Sekalipun mereka tidak melakukannya, Alana tidak peduli. Karena fokusnya masih tertuju pada kondisi Ananta sekarang.

Dokter Tia memberinya dua buah roti dan susu karena Alana baru saja melewatkan jam istirahat setelah jam olahraga dan tidak pergi ke kantin sama sekali.

Yang Alana lakukan hanya mengamati Ananta yang tertidur tanpa bersuara sedikitpun.

Matanya sedikit melotot memperhatikan mata Ananta yang terpejam, lalu beralih pada dada Ananta yang naik turun. Dia melakukannya berulang-ulang tanpa sedikitpun merasa bosan.

Rasa khawatir terus membuncah di dadanya.

Meski tahu Ananta selalu dalam kondisi sakit, tapi dia tidak pernah terbiasa melihat Ananta yang tertidur. Perasaan tidak bisa tenang sebelum mata itu terbuka kembali.

"Alana... Makan dulu. Jangan sampai kamu sakit juga" Ucap dokter Tia menegur Alana yang sama sekali tidak menyentuh roti yang diberinya beberapa saat lalu.

"Iya dokter terimakasih." Ucap Alana singkat. Tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

"Kamu sudah lama kenal Ananta?" Ucap dokter Tia memulai pembicaraan. Dengan adanya dua siswa di UKS seharusnya dia memiliki teman bicara, bukannya terdiam seperti tadi.

"Iya, sejak umur 7 tahun." Jawab Alana kini mulai menoleh pada dokter Tia.

"Wah sudah lama sekali. Dengar-dengar penyakit seperti punya Ananta ini diderita sejak kecil ya?"

"Iya." Jawab Alana singkat. Dia merasa sedikit canggung untuk membicarakan hal-hal seperti ini selain pada keluarganya.

"Jadi Ananta sudah sakit sejak awal kamu bertemu dia?" Dokter Tia melontarkan pertanyaan lagi, dia mencoba membuat Alana membuka diri. Atau lebih tepatnya berusaha mencari teman bicara saja sih. Berdiam di ruang UKS kadang tidak nyaman juga.

"Iya. Kami bertemu di rumah sakit." Jawab Alana. Dokter Tia menjawab dengan mengerutkan dahinya. Entah itu ekspresi prihatin atau gemas. Yang Alana tahu, itu terlihat menyebalkan sekarang, meski Alana tidak bisa mengatakannya.

"Kamu pasti anak yang kuat, bisa bertahan dengan Ananta sampai sekarang. Kamu pasti banyak menangis." Ucap dokter Tia mencoba menerawang apa yang sudah di lalui gadis itu hingga sekarang.

Dia tahu tidak mudah bergaul dengan orang yang sakit, apalagi sakit yang diderita untuk waktu yang lama. Dan orang yang mampu melakukannya pasti orang yang tangguh atau tidak punya hati. Dan menurutnya Alana termasuk dalam kategori orang yang tangguh.

"Tapi aku juga banyak tertawa karena dia." Ucap Alana lagi.

Dokter Tia memandang dengan sorot kagum pada anak didepannya yang kini terlihat jauh lebih dewasa dari beberapa saat sebelumnya. Yah, Kata-kata singkat yang dia lontarkan merubah kesannya secara total.

Rasa takut kehilangan, banyak orang yang menanggungnya, tapi kebanyakan tidak setegar Alana. Dia menerima semua perasaan yang dia dapat dari mengenal Ananta.

"Jaga dia baik-baik Ananta. Dia ini spesial" Ucap dokter Tia lagi saat menyadari mata Ananta yang tertutup bergerak-gerak karena berpura-pura tidur.

Alana yang mendengarnya menoleh pada Ananta yang terlihat masih memejamkan mata. Tidak mungkin kan dokter Tia bicara dengan orang yang masih tidur.

"Kamu udah bangun?" Ucap Alana dengan sedikit marah. Dia mengamati mata Ananta dan melihatnya bergerak-gerak.

Ananta membuka matanya pelan-pelan dan mendapati wajah Alana berubah dari kesal menjadi lega.

"Masih sakit?" Tanya Alana lagi tanpa menunggu jawaban yang sudah dilihatnya dengan jelas.

"Masih lapar..." Jawab Ananta dengan suara yang masih lemah khas orang yang bangun tidur. Alana menodongkan roti dan susu yang tadi di berikan oleh dokter Tia dengan sedikit kesal.

Melihat Ananta meminta makanan Alana menyimpulkan sendiri kalau Ananta baik baik saja.

Mereka kembali ke kelas setelah satu jam pelajaran lagi usai. Disambut oleh raut khawatir teman kelasnya yang terlihat tulus.

Episodes
1 satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2 dua. Hal yang dilarang
3 tiga. teman Alana
4 empat. Kambuh
5 lima. Rasa sakit
6 enam. penyakit Ananta
7 satu - dua
8 tiga - empat
9 Hai!
10 lima - enam
11 tujuh - delapan
12 sembilan - sepuluh. cemburu
13 sebelas - dua belas. orang lain
14 tiga belas. pengganggu
15 empat belas. teman baru alana
16 Lima belas. Tempat bersandar
17 enam belas. arti senyuman
18 tujuh belas. orang ketiga
19 delapan belas. luka baru
20 sembilan belas. rahasia
21 dua puluh. berita duka
22 dua puluh satu. Obat
23 dua puluh dua. rapuh
24 dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25 dua puluh empat. halo, pacar
26 dua puluh lima. Orang baik
27 dua puluh enam. mencintai
28 dua puluh tujuh. kekhawatiran
29 dua puluh delapan. takut kehilangan
30 dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31 tiga puluh. pilihan
32 tiga puluh satu. harapan
33 tiga puluh dua. berbagi luka
34 tiga puluh tiga. sesal
35 tiga puluh empat. Prasangka
36 tiga puluh lima. tampan
37 tiga puluh enam. bosan
38 tiga puluh tujuh. keajaiban
39 tiga puluh delapan. Harapan
40 tiga puluh sembilan. Operasi
41 empat puluh. pengen cubit
42 empat puluh satu. ditinggal
43 empat puluh dua. mencari alana
44 empat puluh tiga. pulang
45 empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46 empat puluh lima. menjenguk Ananta
47 empat puluh enam. surat
48 empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49 empat puluh delapan. Penasaran
50 empat puluh sembilan. Teman berbagi
51 Lima puluh. sudah baikan?
52 lima puluh satu. mode macan
53 lima puluh dua. macan jinak
54 lima puluh tiga. kejutan
55 lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56 lima puluh lima. Genius menyebalkan
57 lima puluh enam. Apa itu romantis
58 lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59 lima puluh delapan. hari ujian
60 lima puluh sembilan. Janji
61 enam puluh. Tidak selalu bahagia
62 enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63 enam puluh dua. liburan
64 enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65 enam puluh empat. hilang
66 Enam puluh lima. Kue matcha
67 enam puluh enam. kembalinya Arkan
68 enam puluh tujuh. terlalu aneh
69 enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70 enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71 tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72 tujuh puluh satu. satu langkah
73 tujuh puluh dua. semangat
74 tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75 side story - Yang disimpan waktu.
76 tujuh puluh empat. siaga satu
77 tujuh puluh lima. date?
78 tujuh puluh enam. Es krim
79 tujuh puluh tujuh. rencana
80 Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81 Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82 delapan puluh. kado
83 delapan puluh satu. kenangan
84 delapan puluh dua. percikan
85 delapan puluh tiga. sebelum perang
86 delapan puluh empat. bertemu
87 Delapan puluh lima. pukulan
88 Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh
Episodes

Updated 88 Episodes

1
satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2
dua. Hal yang dilarang
3
tiga. teman Alana
4
empat. Kambuh
5
lima. Rasa sakit
6
enam. penyakit Ananta
7
satu - dua
8
tiga - empat
9
Hai!
10
lima - enam
11
tujuh - delapan
12
sembilan - sepuluh. cemburu
13
sebelas - dua belas. orang lain
14
tiga belas. pengganggu
15
empat belas. teman baru alana
16
Lima belas. Tempat bersandar
17
enam belas. arti senyuman
18
tujuh belas. orang ketiga
19
delapan belas. luka baru
20
sembilan belas. rahasia
21
dua puluh. berita duka
22
dua puluh satu. Obat
23
dua puluh dua. rapuh
24
dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25
dua puluh empat. halo, pacar
26
dua puluh lima. Orang baik
27
dua puluh enam. mencintai
28
dua puluh tujuh. kekhawatiran
29
dua puluh delapan. takut kehilangan
30
dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31
tiga puluh. pilihan
32
tiga puluh satu. harapan
33
tiga puluh dua. berbagi luka
34
tiga puluh tiga. sesal
35
tiga puluh empat. Prasangka
36
tiga puluh lima. tampan
37
tiga puluh enam. bosan
38
tiga puluh tujuh. keajaiban
39
tiga puluh delapan. Harapan
40
tiga puluh sembilan. Operasi
41
empat puluh. pengen cubit
42
empat puluh satu. ditinggal
43
empat puluh dua. mencari alana
44
empat puluh tiga. pulang
45
empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46
empat puluh lima. menjenguk Ananta
47
empat puluh enam. surat
48
empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49
empat puluh delapan. Penasaran
50
empat puluh sembilan. Teman berbagi
51
Lima puluh. sudah baikan?
52
lima puluh satu. mode macan
53
lima puluh dua. macan jinak
54
lima puluh tiga. kejutan
55
lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56
lima puluh lima. Genius menyebalkan
57
lima puluh enam. Apa itu romantis
58
lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59
lima puluh delapan. hari ujian
60
lima puluh sembilan. Janji
61
enam puluh. Tidak selalu bahagia
62
enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63
enam puluh dua. liburan
64
enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65
enam puluh empat. hilang
66
Enam puluh lima. Kue matcha
67
enam puluh enam. kembalinya Arkan
68
enam puluh tujuh. terlalu aneh
69
enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70
enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71
tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72
tujuh puluh satu. satu langkah
73
tujuh puluh dua. semangat
74
tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75
side story - Yang disimpan waktu.
76
tujuh puluh empat. siaga satu
77
tujuh puluh lima. date?
78
tujuh puluh enam. Es krim
79
tujuh puluh tujuh. rencana
80
Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81
Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82
delapan puluh. kado
83
delapan puluh satu. kenangan
84
delapan puluh dua. percikan
85
delapan puluh tiga. sebelum perang
86
delapan puluh empat. bertemu
87
Delapan puluh lima. pukulan
88
Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!