empat. Kambuh

*Normal POV*

Hari ini, Alana sendirian di kelas. Ananta bilang dia akan datang terlambat karena harus mengurus sesuatu.

Dia tidak mau Alana ikut terlambat, jadi kali ini Ananta memaksa Alana untuk berangkat duluan.

"Alana, tumben nggak sama Ananta" Tanya Fira, teman sekelas mereka yang segera menangkap kejanggalan bahwa mereka tidak datang bersama-sama.

"Iya, dia masih mengurus sesuatu. Jadi aku disuruh duluan." Ucapnya berkata jujur. Entah kenapa hari ini Orang-orang terlihat ramah di mata Alana. Ah, tidak... bukan begitu... biasanya alana yang tidak peduli dengan mereka. Dan karena pusat perhatian alana itu belum datang jadinya teman-teman yang lain bisa mendekatinya.

"Ooh begitu, aku kira kenapa." Jawab Fira.

"Hehe, aneh ya kalau aku enggak bareng Ananta." Ucap Alana berusaha membalas dengan ramah. Meski dalam hatinya dia merasa itu sangat canggung dan aneh.

"Hahaha iya. Kalian kan couple terlengket di kelas kita" Ucap Fira lagi dengan jenaka. Sedangkan Alana menjawab dengan gerak-gerik yang malu-malu. Alana memang tidak pernah mendengar langsung kalimat seperti ini, walaupun dia yakin sesekali namanya pernah muncul dalam obrolan mereka.

Dia tidak menyangka ternyata teman-teman sekelasnya memandangnya seperti itu.

Dia pikir selama ini mereka tersisih karena teman-teman yang lain tidak mau dekat dengan mereka.

Tapi ternyata mereka tidak seburuk itu.

"By the way, parfum kamu harum banget Na. Aku suka, wanginya pas untuk karakter orang yang ceria." Ucap Fira tertarik, baru kali ini dia berinteraksi dengan Alana sedekat ini. Dan baru diketahuinya juga kalau Alana itu orang yang ramah.

Setelahnya mereka berceloteh tentang hobby dan hal-hal yang disukai, obrolannya seperti orang-orang yang baru mengenal, karena mereka memang sangat jarang bicara dengan Alana. Obrolan ringan itu terasa menarik di mata Alana,

Tidak seperti yang sering di dengarnya karena teman-teman yang lain lebih sering bergosip daripada membicarakan hal-hal menarik, ditambah sekarang ada Caca dan Iren yang ikut mengobrol. Namun obrolan asyik mereka terinterupsi karena jam pertama sudah dimulai. Kelas kembali terdiam karena jam pertama mereka adalah kelas dari seorang guru yang terkenal tegas.

Ananta baru muncul di kelas pada jam istirahat. Walau sudah bilang kalau terlambat, akhirnya dia tidak masuk di dia jam pelajaran pagi ini.

Begitu sampai, dia mengamati Alana yang sedang ngobrol dengan beberapa teman sekelas. Terbesit pikiran di benaknya bahwa Alana selama ini hanya menutup diri dari pergaulan gara-gara selalu bersamanya. Andai tidak bersamanya, Alana pasti sudah punya banyak teman.

Pemikiran sederhana itu ternyata cukup mengganggunya.

Hingga akhirnya hal itu membuatnya ingin melakukan sesuatu yang sudah lama berada di kepalanya. Yah, rencana itu mungkin akan benar-benar dia jalankan, dia hanya akan menunggu waktu yang tepat.

"Anantaa!!" Panggil Alana antusias saat menyadari kedatangan Ananta di pintu depan kelas. Alana langsung menghampiri serta menggandeng tangannya erat.

"Hmmm langsung deh kalo udah ketemu Ananta" Ucap Fira begitu melihat keduanya lengket kembali. Mereka tertawa dengan jenaka. Bagi mereka pasangan itu terlihat lucu dan menggemaskan.

Alana membalasnya dengan cengiran khasnya.

"Udah kangen tuh Ta, Alananya... padahal ditinggal belum sampe sehari." goda caca, teman sekelasnya. Ananta hanya tersenyum mendengarnya. Mungkin dengan mengobrol sebentar saja dengan Alana mereka menyadari kalau Alana tidak se tertutup itu, makanya mereka sudah bisa mengajaknya bercanda.

Istirahat berlalu dengan cepat dan sekarang jam olahraga dimulai. Seluruh siswa dan siswi kelas itu segera mengganti bajunya dengan seragam olahraga, kecuali Ananta. Tentu saja, olahraga seringan apapun bisa jadi bahaya untuknya yang punya penyakit jantung. Di saat seperti ini dia hanya akan mengamati teman-temannya yang sibuk sebelum ikut pergi ke lapangan meski hanya duduk di tribun.

Di lapangan, siswa laki-laki memainkan volley dengan cukup kasar. Beberapa kali adegan lucu terjadi karena siswa yang gagal mengoper bola. Di tribun, Ananta hanya mengamati mereka dari pinggir lapangan. Semua teman-temannya sudah tahu kalau Ananta itu sakit sampai tidak boleh olahraga, meski mereka tidak pernah tahu detailnya, tapi mereka mau memaklumi keringanan-keringanan yang di dapat Ananta.

Pandangan Ananta teralihkan kepada Alana yang sedang memainkan bola basket dengan ceria. Ia tertawa lepas setiap kali Fira menerima bola dengan gugup.

Beberapa kali ia berhasil memasukkan bola dan mencetak angka. Alana menjadi andalan di tim karenanya. Hanya dengan melihat dari kejauhan, Ananta pun ikut senang. Matahari kecilnya itu terlihat lebih bersinar dari biasanya.

Setelah olahraga berakhir mereka mencuci tangan sebelum mengganti baju dengan seragam sekolah lagi. Alana berjalan santai tanpa tahu rencana jahil sedang menunggunya. Beberapa anak laki-laki diam-diam mendekatinya dari belakang. Lalu setelahnya,

BYURR!!

anak laki-laki mengguyur nya dengan air hingga membuatnya basah kuyup. Kaos putihnya menjadi sedikit transparan hingga mencetak benda dibaliknya.

"Wah, warnanya pink" Seru salah satu siswa membuat Alana tersadar akan maksud mereka. Dengan reflek dia berjongkok menutupi benda yang mereka maksud. Terlalu panik sampai tidak melawan dan hanya diam.

"Apa-apaan sih kalian!" Teriak Fira yang marah karena temannya diganggu.

"Oops Maaf, kami tidak sengaja" Ucap lelaki itu dengan nada mengejek.

"Tidak sengaja apanya, jelas-jelas kalian menyiram Alana dengan sengaja" Lanjut Iren berusaha memambahi.

Alana yang menunduk merasakan seseorang memakaikan handuk untuk menutupi tubuhnya. Dia melirik ke atas dan menemukan Ananta di sana sedang menatap penuh emosi.

"Apa yang kalian lakukan?" Ucap Ananta dengan nada tinggi, bergerak mendekati anak laki-laki tadi.

"Kami tidak sengaja" Lagi-lagi mereka mengelak.

Tiba-tiba saja Ananta menyerang laki-laki yang tadi bicara. Dia meninjunya berkali-kali dengan sekuat tenaga.

"Ananta!!" Teriak Alana panik, dia menarik lengan Ananta yang masih berontak untuk memberi pelajaran laki-laki yang menyiram Alana tadi. 'Tidak... ini bahaya.' pikir Alana mendekat sekali lagi.

Berkali-kali Alana terdorong ke belakang hingga terjerembab tapi ia masih saja maju mencoba menghentikan Ananta.

Hingga..

PLAKK!!

Ananta yang merasakan pipinya memanas baru mau berhenti.

"Kamu mau bunuh diri?" Teriak Alana membuat Ananta terdiam. Kini dia berdiri dengan kaku dan menunduk dalam, kemudian mendongak sedikit untuk melirik ke arah Alana. Bisik-bisik mulai terdengar merespon kepanikan Alana barusan. Mereka tidak paham berapa situasi tadi bisa menyangkut hidup dan mati seseorang.

"Kaki kamu" Ucap Ananta menampakkan raut khawatir. Alana terjatuh karena berusaha menghentikannya. Lututnya terluka hingga mengeluarkan darah. Ananta berjongkok untuk melihat lukanya dari dekat.

Alana ikut berjongkok melihat Ananta meremat bajunya dibagian dada. Ananta merasakan dadanya lebih sesak dari biasanya seolah sedang diremat kuat oleh sesuatu. Jantungnya memacu lebih cepat. Dan itu pertanda hal buruk akan terjadi. Tubuhnya rubuh menimpa Alana, meski masih sedikit dia tahan supaya tidak membebani Alana sepenuhnya.

"Ananta..." Panggil Alana, mencoba mengamati keadaan Ananta sekarang.

Kini teman-teman yang lain berkerumun disekitar Ananta. Baru menyadari kalau sakit ananta memang benar-benar parah jika bertengkar saja membuatnya tubuh seperti ini.

"Na..." Panggil Ananta lirih. Tangannya masih meremat dadanya yang kini hanya mengenakan kaus putih.

"Bisa bantu bawa Ananta ke UKS?" Ucap Alana pada Fira yang berdiri di belakangnya. Ananta masih bisa menjawabnya. Jadi seharusnya kondisi Ananta tidak separah yang dia pikirkan.

Fira segera mengumpulkan anak laki-laki untuk mengangkat Ananta dan membawanya ke UKS. Alana mengikuti dengan cemas.

Dokter di UKS memeriksa keadaan Ananta, untuk beberapa saat.

"Kondisinya baik-baik saja Alana, tubuhnya hanya sedikit panik. Harusnya bisa membaik setelah istirahat beberapa saat" ucap dokter setelah memeriksa keadaan Ananta.

Tapi Alana belum puas mendengar jawaban itu. Dia menceritakan kondisi penyakit Ananta dengan detail dan meminta dokter untuk mengobservasi kondisi Ananta lagi.

Teman-teman Alana yang masih ada di UKS mulai berbisik lagi membicarakan apa yang baru mereka dengar. Suara itu mereda setelah Alana menatap mereka dengan tajam. Satu persatu mulai pergi dari UKS untuk menghindari situasi yang sedikit tidak nyaman.

"Dia baik-baik saja. Hanya saja perlu menenangkan diri. Dia perlu check up ke rumah sakit lagi kalau ada gejala lain setelah istirahat sebentar" Ucap dokter setelah memeriksa untuk kedua kali. Kali ini Alana baru benar-benar lega. Dia lalu menghampiri Ananta dengan raut kesal.

Namun pandangannya mengendur setelah melihat Ananta yang berbaring juga melihat ke arahnya

Terpopuler

Comments

rani85

rani85

kasian ananta😭😭lekas sembuh ya nanta jgn sakit lg

2023-01-14

2

lihat semua
Episodes
1 satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2 dua. Hal yang dilarang
3 tiga. teman Alana
4 empat. Kambuh
5 lima. Rasa sakit
6 enam. penyakit Ananta
7 satu - dua
8 tiga - empat
9 Hai!
10 lima - enam
11 tujuh - delapan
12 sembilan - sepuluh. cemburu
13 sebelas - dua belas. orang lain
14 tiga belas. pengganggu
15 empat belas. teman baru alana
16 Lima belas. Tempat bersandar
17 enam belas. arti senyuman
18 tujuh belas. orang ketiga
19 delapan belas. luka baru
20 sembilan belas. rahasia
21 dua puluh. berita duka
22 dua puluh satu. Obat
23 dua puluh dua. rapuh
24 dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25 dua puluh empat. halo, pacar
26 dua puluh lima. Orang baik
27 dua puluh enam. mencintai
28 dua puluh tujuh. kekhawatiran
29 dua puluh delapan. takut kehilangan
30 dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31 tiga puluh. pilihan
32 tiga puluh satu. harapan
33 tiga puluh dua. berbagi luka
34 tiga puluh tiga. sesal
35 tiga puluh empat. Prasangka
36 tiga puluh lima. tampan
37 tiga puluh enam. bosan
38 tiga puluh tujuh. keajaiban
39 tiga puluh delapan. Harapan
40 tiga puluh sembilan. Operasi
41 empat puluh. pengen cubit
42 empat puluh satu. ditinggal
43 empat puluh dua. mencari alana
44 empat puluh tiga. pulang
45 empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46 empat puluh lima. menjenguk Ananta
47 empat puluh enam. surat
48 empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49 empat puluh delapan. Penasaran
50 empat puluh sembilan. Teman berbagi
51 Lima puluh. sudah baikan?
52 lima puluh satu. mode macan
53 lima puluh dua. macan jinak
54 lima puluh tiga. kejutan
55 lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56 lima puluh lima. Genius menyebalkan
57 lima puluh enam. Apa itu romantis
58 lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59 lima puluh delapan. hari ujian
60 lima puluh sembilan. Janji
61 enam puluh. Tidak selalu bahagia
62 enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63 enam puluh dua. liburan
64 enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65 enam puluh empat. hilang
66 Enam puluh lima. Kue matcha
67 enam puluh enam. kembalinya Arkan
68 enam puluh tujuh. terlalu aneh
69 enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70 enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71 tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72 tujuh puluh satu. satu langkah
73 tujuh puluh dua. semangat
74 tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75 side story - Yang disimpan waktu.
76 tujuh puluh empat. siaga satu
77 tujuh puluh lima. date?
78 tujuh puluh enam. Es krim
79 tujuh puluh tujuh. rencana
80 Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81 Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82 delapan puluh. kado
83 delapan puluh satu. kenangan
84 delapan puluh dua. percikan
85 delapan puluh tiga. sebelum perang
86 delapan puluh empat. bertemu
87 Delapan puluh lima. pukulan
88 Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh
Episodes

Updated 88 Episodes

1
satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2
dua. Hal yang dilarang
3
tiga. teman Alana
4
empat. Kambuh
5
lima. Rasa sakit
6
enam. penyakit Ananta
7
satu - dua
8
tiga - empat
9
Hai!
10
lima - enam
11
tujuh - delapan
12
sembilan - sepuluh. cemburu
13
sebelas - dua belas. orang lain
14
tiga belas. pengganggu
15
empat belas. teman baru alana
16
Lima belas. Tempat bersandar
17
enam belas. arti senyuman
18
tujuh belas. orang ketiga
19
delapan belas. luka baru
20
sembilan belas. rahasia
21
dua puluh. berita duka
22
dua puluh satu. Obat
23
dua puluh dua. rapuh
24
dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25
dua puluh empat. halo, pacar
26
dua puluh lima. Orang baik
27
dua puluh enam. mencintai
28
dua puluh tujuh. kekhawatiran
29
dua puluh delapan. takut kehilangan
30
dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31
tiga puluh. pilihan
32
tiga puluh satu. harapan
33
tiga puluh dua. berbagi luka
34
tiga puluh tiga. sesal
35
tiga puluh empat. Prasangka
36
tiga puluh lima. tampan
37
tiga puluh enam. bosan
38
tiga puluh tujuh. keajaiban
39
tiga puluh delapan. Harapan
40
tiga puluh sembilan. Operasi
41
empat puluh. pengen cubit
42
empat puluh satu. ditinggal
43
empat puluh dua. mencari alana
44
empat puluh tiga. pulang
45
empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46
empat puluh lima. menjenguk Ananta
47
empat puluh enam. surat
48
empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49
empat puluh delapan. Penasaran
50
empat puluh sembilan. Teman berbagi
51
Lima puluh. sudah baikan?
52
lima puluh satu. mode macan
53
lima puluh dua. macan jinak
54
lima puluh tiga. kejutan
55
lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56
lima puluh lima. Genius menyebalkan
57
lima puluh enam. Apa itu romantis
58
lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59
lima puluh delapan. hari ujian
60
lima puluh sembilan. Janji
61
enam puluh. Tidak selalu bahagia
62
enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63
enam puluh dua. liburan
64
enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65
enam puluh empat. hilang
66
Enam puluh lima. Kue matcha
67
enam puluh enam. kembalinya Arkan
68
enam puluh tujuh. terlalu aneh
69
enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70
enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71
tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72
tujuh puluh satu. satu langkah
73
tujuh puluh dua. semangat
74
tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75
side story - Yang disimpan waktu.
76
tujuh puluh empat. siaga satu
77
tujuh puluh lima. date?
78
tujuh puluh enam. Es krim
79
tujuh puluh tujuh. rencana
80
Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81
Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82
delapan puluh. kado
83
delapan puluh satu. kenangan
84
delapan puluh dua. percikan
85
delapan puluh tiga. sebelum perang
86
delapan puluh empat. bertemu
87
Delapan puluh lima. pukulan
88
Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!