*Normal POV*
Hari ini, Alana sendirian di kelas. Ananta bilang dia akan datang terlambat karena harus mengurus sesuatu.
Dia tidak mau Alana ikut terlambat, jadi kali ini Ananta memaksa Alana untuk berangkat duluan.
"Alana, tumben nggak sama Ananta" Tanya Fira, teman sekelas mereka yang segera menangkap kejanggalan bahwa mereka tidak datang bersama-sama.
"Iya, dia masih mengurus sesuatu. Jadi aku disuruh duluan." Ucapnya berkata jujur. Entah kenapa hari ini Orang-orang terlihat ramah di mata Alana. Ah, tidak... bukan begitu... biasanya alana yang tidak peduli dengan mereka. Dan karena pusat perhatian alana itu belum datang jadinya teman-teman yang lain bisa mendekatinya.
"Ooh begitu, aku kira kenapa." Jawab Fira.
"Hehe, aneh ya kalau aku enggak bareng Ananta." Ucap Alana berusaha membalas dengan ramah. Meski dalam hatinya dia merasa itu sangat canggung dan aneh.
"Hahaha iya. Kalian kan couple terlengket di kelas kita" Ucap Fira lagi dengan jenaka. Sedangkan Alana menjawab dengan gerak-gerik yang malu-malu. Alana memang tidak pernah mendengar langsung kalimat seperti ini, walaupun dia yakin sesekali namanya pernah muncul dalam obrolan mereka.
Dia tidak menyangka ternyata teman-teman sekelasnya memandangnya seperti itu.
Dia pikir selama ini mereka tersisih karena teman-teman yang lain tidak mau dekat dengan mereka.
Tapi ternyata mereka tidak seburuk itu.
"By the way, parfum kamu harum banget Na. Aku suka, wanginya pas untuk karakter orang yang ceria." Ucap Fira tertarik, baru kali ini dia berinteraksi dengan Alana sedekat ini. Dan baru diketahuinya juga kalau Alana itu orang yang ramah.
Setelahnya mereka berceloteh tentang hobby dan hal-hal yang disukai, obrolannya seperti orang-orang yang baru mengenal, karena mereka memang sangat jarang bicara dengan Alana. Obrolan ringan itu terasa menarik di mata Alana,
Tidak seperti yang sering di dengarnya karena teman-teman yang lain lebih sering bergosip daripada membicarakan hal-hal menarik, ditambah sekarang ada Caca dan Iren yang ikut mengobrol. Namun obrolan asyik mereka terinterupsi karena jam pertama sudah dimulai. Kelas kembali terdiam karena jam pertama mereka adalah kelas dari seorang guru yang terkenal tegas.
Ananta baru muncul di kelas pada jam istirahat. Walau sudah bilang kalau terlambat, akhirnya dia tidak masuk di dia jam pelajaran pagi ini.
Begitu sampai, dia mengamati Alana yang sedang ngobrol dengan beberapa teman sekelas. Terbesit pikiran di benaknya bahwa Alana selama ini hanya menutup diri dari pergaulan gara-gara selalu bersamanya. Andai tidak bersamanya, Alana pasti sudah punya banyak teman.
Pemikiran sederhana itu ternyata cukup mengganggunya.
Hingga akhirnya hal itu membuatnya ingin melakukan sesuatu yang sudah lama berada di kepalanya. Yah, rencana itu mungkin akan benar-benar dia jalankan, dia hanya akan menunggu waktu yang tepat.
"Anantaa!!" Panggil Alana antusias saat menyadari kedatangan Ananta di pintu depan kelas. Alana langsung menghampiri serta menggandeng tangannya erat.
"Hmmm langsung deh kalo udah ketemu Ananta" Ucap Fira begitu melihat keduanya lengket kembali. Mereka tertawa dengan jenaka. Bagi mereka pasangan itu terlihat lucu dan menggemaskan.
Alana membalasnya dengan cengiran khasnya.
"Udah kangen tuh Ta, Alananya... padahal ditinggal belum sampe sehari." goda caca, teman sekelasnya. Ananta hanya tersenyum mendengarnya. Mungkin dengan mengobrol sebentar saja dengan Alana mereka menyadari kalau Alana tidak se tertutup itu, makanya mereka sudah bisa mengajaknya bercanda.
Istirahat berlalu dengan cepat dan sekarang jam olahraga dimulai. Seluruh siswa dan siswi kelas itu segera mengganti bajunya dengan seragam olahraga, kecuali Ananta. Tentu saja, olahraga seringan apapun bisa jadi bahaya untuknya yang punya penyakit jantung. Di saat seperti ini dia hanya akan mengamati teman-temannya yang sibuk sebelum ikut pergi ke lapangan meski hanya duduk di tribun.
Di lapangan, siswa laki-laki memainkan volley dengan cukup kasar. Beberapa kali adegan lucu terjadi karena siswa yang gagal mengoper bola. Di tribun, Ananta hanya mengamati mereka dari pinggir lapangan. Semua teman-temannya sudah tahu kalau Ananta itu sakit sampai tidak boleh olahraga, meski mereka tidak pernah tahu detailnya, tapi mereka mau memaklumi keringanan-keringanan yang di dapat Ananta.
Pandangan Ananta teralihkan kepada Alana yang sedang memainkan bola basket dengan ceria. Ia tertawa lepas setiap kali Fira menerima bola dengan gugup.
Beberapa kali ia berhasil memasukkan bola dan mencetak angka. Alana menjadi andalan di tim karenanya. Hanya dengan melihat dari kejauhan, Ananta pun ikut senang. Matahari kecilnya itu terlihat lebih bersinar dari biasanya.
Setelah olahraga berakhir mereka mencuci tangan sebelum mengganti baju dengan seragam sekolah lagi. Alana berjalan santai tanpa tahu rencana jahil sedang menunggunya. Beberapa anak laki-laki diam-diam mendekatinya dari belakang. Lalu setelahnya,
BYURR!!
anak laki-laki mengguyur nya dengan air hingga membuatnya basah kuyup. Kaos putihnya menjadi sedikit transparan hingga mencetak benda dibaliknya.
"Wah, warnanya pink" Seru salah satu siswa membuat Alana tersadar akan maksud mereka. Dengan reflek dia berjongkok menutupi benda yang mereka maksud. Terlalu panik sampai tidak melawan dan hanya diam.
"Apa-apaan sih kalian!" Teriak Fira yang marah karena temannya diganggu.
"Oops Maaf, kami tidak sengaja" Ucap lelaki itu dengan nada mengejek.
"Tidak sengaja apanya, jelas-jelas kalian menyiram Alana dengan sengaja" Lanjut Iren berusaha memambahi.
Alana yang menunduk merasakan seseorang memakaikan handuk untuk menutupi tubuhnya. Dia melirik ke atas dan menemukan Ananta di sana sedang menatap penuh emosi.
"Apa yang kalian lakukan?" Ucap Ananta dengan nada tinggi, bergerak mendekati anak laki-laki tadi.
"Kami tidak sengaja" Lagi-lagi mereka mengelak.
Tiba-tiba saja Ananta menyerang laki-laki yang tadi bicara. Dia meninjunya berkali-kali dengan sekuat tenaga.
"Ananta!!" Teriak Alana panik, dia menarik lengan Ananta yang masih berontak untuk memberi pelajaran laki-laki yang menyiram Alana tadi. 'Tidak... ini bahaya.' pikir Alana mendekat sekali lagi.
Berkali-kali Alana terdorong ke belakang hingga terjerembab tapi ia masih saja maju mencoba menghentikan Ananta.
Hingga..
PLAKK!!
Ananta yang merasakan pipinya memanas baru mau berhenti.
"Kamu mau bunuh diri?" Teriak Alana membuat Ananta terdiam. Kini dia berdiri dengan kaku dan menunduk dalam, kemudian mendongak sedikit untuk melirik ke arah Alana. Bisik-bisik mulai terdengar merespon kepanikan Alana barusan. Mereka tidak paham berapa situasi tadi bisa menyangkut hidup dan mati seseorang.
"Kaki kamu" Ucap Ananta menampakkan raut khawatir. Alana terjatuh karena berusaha menghentikannya. Lututnya terluka hingga mengeluarkan darah. Ananta berjongkok untuk melihat lukanya dari dekat.
Alana ikut berjongkok melihat Ananta meremat bajunya dibagian dada. Ananta merasakan dadanya lebih sesak dari biasanya seolah sedang diremat kuat oleh sesuatu. Jantungnya memacu lebih cepat. Dan itu pertanda hal buruk akan terjadi. Tubuhnya rubuh menimpa Alana, meski masih sedikit dia tahan supaya tidak membebani Alana sepenuhnya.
"Ananta..." Panggil Alana, mencoba mengamati keadaan Ananta sekarang.
Kini teman-teman yang lain berkerumun disekitar Ananta. Baru menyadari kalau sakit ananta memang benar-benar parah jika bertengkar saja membuatnya tubuh seperti ini.
"Na..." Panggil Ananta lirih. Tangannya masih meremat dadanya yang kini hanya mengenakan kaus putih.
"Bisa bantu bawa Ananta ke UKS?" Ucap Alana pada Fira yang berdiri di belakangnya. Ananta masih bisa menjawabnya. Jadi seharusnya kondisi Ananta tidak separah yang dia pikirkan.
Fira segera mengumpulkan anak laki-laki untuk mengangkat Ananta dan membawanya ke UKS. Alana mengikuti dengan cemas.
Dokter di UKS memeriksa keadaan Ananta, untuk beberapa saat.
"Kondisinya baik-baik saja Alana, tubuhnya hanya sedikit panik. Harusnya bisa membaik setelah istirahat beberapa saat" ucap dokter setelah memeriksa keadaan Ananta.
Tapi Alana belum puas mendengar jawaban itu. Dia menceritakan kondisi penyakit Ananta dengan detail dan meminta dokter untuk mengobservasi kondisi Ananta lagi.
Teman-teman Alana yang masih ada di UKS mulai berbisik lagi membicarakan apa yang baru mereka dengar. Suara itu mereda setelah Alana menatap mereka dengan tajam. Satu persatu mulai pergi dari UKS untuk menghindari situasi yang sedikit tidak nyaman.
"Dia baik-baik saja. Hanya saja perlu menenangkan diri. Dia perlu check up ke rumah sakit lagi kalau ada gejala lain setelah istirahat sebentar" Ucap dokter setelah memeriksa untuk kedua kali. Kali ini Alana baru benar-benar lega. Dia lalu menghampiri Ananta dengan raut kesal.
Namun pandangannya mengendur setelah melihat Ananta yang berbaring juga melihat ke arahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
rani85
kasian ananta😭😭lekas sembuh ya nanta jgn sakit lg
2023-01-14
2