tiga. teman Alana

Ananta sakit lagi hari ini, padahal kemarin dia terlihat 'sangat' baik-baik saja. Padahal beberapa hari yang lalu dia baru saja pulih.

Aku sebenarnya tahu penyakitnya tidak pernah sembuh, tapi dari yang bisa aku lihat... Kali ini dia akan tinggal lebih lama do rumah sakit. Tujuh hari, selama waktu itu dia akan menjalani perawatan intensif dirawat oleh ayah.

Hal seperti ini yang selalu aku benci sekaligus membuatku gelisah. Mereka melakukan semua prosedur menyakitkan untuk membuat jantungnya berdetak lebih lama.

Dan sejak kami masuk SMP, setiap kali ini terjadi dia selalu mengusirku pergi. Bahkan ayah dan ibunya hanya boleh menunggu di luar ruangan sampai kondisinya kembali stabil. Hanya ayah, dokter yang bisa merawatnya dari dekat.

Setelah prosedur menyakitkan itu selesai, baru aku dibolehkan menemuinya. Aku akan menunggunya di luar pintu hingga ayah membiarkanku masuk sesuai permintaannya.

Kami hanya siswa SMP, tapi hidup yang dia jalani terasa lebih berat dari yang seharusnya.

Aku akan melihatnya tersenyum setelah semuanya berlalu, padahal aku tahu rasa sakit seperti apa yang sudah dilaluinya sebelum itu.

"Alana..." Dia memanggilku dengan senyum manisnya seperti biasa. Kini dia sudah berganti baju, bukan lagi baju rumah sakit yang membuatnya nampak pucat. Hari ini dia sudah boleh pulang dari rumah sakit.

"Hmm" Ah, rasanya aku enggan membuka mulut untuknya hari ini. Aku masih dendam karena kali ini hanya boleh menemuinya saat dia sudah di bolehkan pulang.

"Juteknya, jangan manyun begitu. Tambah jelek." Dia menangkup wajahku memaksaku menatap lurus ke matanya.

"Kamu terlihat lebih manis saat masih kecil. Kenapa sekarang jadi begini" Ucapnya dengan tanpa dosa.

"Apa? Jadi aku tambah jelek sekarang" Ucapku, kesalku berlipat-lipat mendengarnya.

"Ah tidak-tidak. Alana selalu cantik. Perempuan paling cantik yang aku kenal" Ucapnya kelabakan, pujiannya tidak membuatku senang.

Aku menghela nafas berat.

"Kamu juga, sikapmu jauh lebih manis saat kita masih kecil." Ejek ku. Sikap manisnya dulu sepertinya luntur karena terlalu sering dirawat di rumah sakit.

"Dulu kamu tidak pernah mengusirku." Ucapku lirih. Jujur, aku masih kesal karena tidak bisa menemani dan bertemu dia selama 7 hari penuh. Dia bahkan meminta ayah melarang ku mendekati ruangannya. menyebalkan.

"Sudah jangan marah begitu. Harusnya kamu memberiku selamat karena sudah boleh keluar dari rumah sakit" Ucapnya seperti anak kecil yang meminta hadiah.

Ya, harusnya aku bahagia karena itu. sudahlah.

"Ah Iya... Terimakasih sudah bertahan dengan baik" Ucapku mengusap kepalanya dengan lembut.

Aku lalu memeluk lengannya, menggandengnya kemanapun dia pergi. Ayah mungkin akan geleng-geleng kepala jika melihat kelakuanku hari ini yang terus menempel pada Ananta.

Yah, ini kan momen penting. Momen saat kami akan pulang bersama, lagi. Setelah penantian dan rasa cemas sepanjang 7 hari

"Apa kata ayah?" Tanyaku

"Hmm, aku baik-baik saja." Jawabnya singkat.

"Katanya Jantungku sudah kembali normal" Ucapnya bangga.

"Tentu saja. Dia harus bekerja dengan baik... Kita kan masih harus menikah." Ucapku membicarakan jantungnya yang kini sedang berdetak pada temponya. Kami punya janji yang harus ditepati, jadi dia tidak boleh buru-buru pergi sebelum waktunya tiba.

Sebelum benar-benar pulang ke rumah aku mengajaknya pergi ke cafe kesukaanku. Kami memesan dua makanan yang terlihat kontras. Kue yang serba hitam dan serba pink.

Karena terlihat lucu aku mengeluarkan ponselku untuk memotretnya. Tapi sebelum itu terjadi aku mengamati Ananta yang memandang ke luar jendela kaca. Ah, cowok ini selalu menyita perhatianku.

Dengan gerakan cepat aku menggerakkan ponselku untuk memotretnya, tadinya hanya satu foto, tapi karena terlalu bagus akhirnya layarku penuh dengan wajahnya.

Saat dia menyadarinya aku buru-buru mengalihkan pandanganku ke kue untuk memotretnya.

"Kita hanya berpisah selama tujuh hari, tapi kenapa kamu begitu merindukanku" Ucapnya dengan lancar. Dia tentu sadar aku mengambil fotonya dari tadi.

Aku menatapnya dengan kesal. Apa kepalanya terbentur sesuatu. Kalimatnya sangat tidak cocok dengan Ananta yang kukenal cuek selama ini.

"Aku cuma memotret kue..." Ucapku protes tanpa melirik ke arahnya. Namun aku tidak bisa berpura-pura tidak peduli dengannya karena setelah beberapa saat aku kembali memandanginya.

'Ah, sepertinya aku memang merindukannya'

Kini Aku bukan hanya memandang, tapi menatapnya dengan tatapan yang dalam.

"Sini, aku mau lihat" Ucapnya menyodorkan tangan untuk merebut ponselku. Aku malas berbohong lagi, akhirnya aku pasrah dan menyerahkan ponselku.

Dia tidak membuka galeri, tapi kamera. Dia menjulurkan tangannya menjauh lalu menarik ku mendekat. Kami berfoto bersama tanpa aba-aba.

"Nih biar kamu nggak kangen lagi" Ucapnya mengembalikan ponselku dari tangannya.

"Ulang! Ekspresi ku pasti jelek" Ucapku dengan marah, reflek aku memukul-mukul bahunya untuk mengulangi selfi berdua.

"Sebentar" Ucapnya sibuk mengotak-atik ponselku sebelum menuruti ku untuk berfoto lagi. Kali ini aku segera merebut ponselku. Ekspresi ku terlihat lebih baik daripada foto sebelumnya. Di foto sebelumnya mulutku terbuka karena terkejut, aku langsung menghapusnya sebelum Ananta sempat melihat.

"Alana, kita sudah tidak bertemu selama satu minggu... Apa kamu tetap sendirian di sekolah?" Tanya Ananta tiba-tiba, membuat suasana berubah menjadi sedikit serius gara-gara ekspresinya.

"Aku tidak punya waktu untuk mencari pacar gara-gara mengkhawatirkan kamu tahu. Lagi pula aku sudah punya kamu." Ucapku berpura-pura tidak paham tentang apa yang dia maksud.

"Selain tidak punya pacar, kamu juga tidak punya teman?" Tanya Ananta lagi.

'Iya, aku masih sendirian dan aku tidak peduli akan hal itu sama sekali. Karena selama hari-hari yang berlalu kemarin dipikiran ku cuma ada kamu.' Ucapku dalam hati. Nyatanya aku juga selalu baik-baik saja meski tidak punya teman selain Ananta.

Walau teman sekelas ku sebenarnya cukup baik karena mereka tidak mengucilkan ku hanya karena aku tidak ikut bergosip atau berkumpul dengan mereka. Hanya saja, mereka tidak sering berinteraksi denganku, itu saja.

"Aku punya..." Ucapku sedikit menggantung. Aku tidak mau dia mengkhawatirkan ku tentang hal sepele seperti ini.

"Selain aku maksudnya." Ucapnya lagi.

"Ada... Kamu saja yang tidak perhatian." Ejek ku.

"Aku menyimpan nomor mereka" Ucapku menunjukkan nomor-nomor baru di dalam daftar kontak untuk meyakinkan dia.

Walaupun nomor itu aku dapatkan gara-gara terpaksa bergabung untuk kerja kelompok.

"Hummm, baiklah."

"Jadi aku bisa tenang kalau-kalau harus ke rumah sakit lagi untuk waktu yang lama." Ucapnya tanpa rasa berdosa karena sudah merusak suasana.

"Jangan sering-sering kesana. Aku mulai benci bau rumah sakit" Ucapku dingin.

"Iya iya..." Jawabnya takut takut. Sebelum aku sempat mengomel dia buru-buru bangun dari tempatnya duduk.

"Tunggu sebentar" Ucapnya sebelum meninggalkanku dan pergi untuk memesan sesuatu di kasir lalu kembali membawa sebuah es krim rasa blueberry. Benda itu membuatku tersenyum kembali secara otomatis.

"Kamu serem kalau lagi marah." Ucapnya takut-takut sambil menyodorkan es krim berwarna biru itu.

Ananta sudah terlalu hafal dengan gerak-gerik ku, makanya dia bisa segera melakukan sesuatu untuk membuatku tidak jadi marah.

"Sepertinya aku perlu banyak stok es krim nantinya." Ucapnya samar sehingga hampir tidak terdengar olehku. Aku mengabaikannya. Karena es krim manis itu terlihat lebih menarik.

...***...

Episodes
1 satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2 dua. Hal yang dilarang
3 tiga. teman Alana
4 empat. Kambuh
5 lima. Rasa sakit
6 enam. penyakit Ananta
7 satu - dua
8 tiga - empat
9 Hai!
10 lima - enam
11 tujuh - delapan
12 sembilan - sepuluh. cemburu
13 sebelas - dua belas. orang lain
14 tiga belas. pengganggu
15 empat belas. teman baru alana
16 Lima belas. Tempat bersandar
17 enam belas. arti senyuman
18 tujuh belas. orang ketiga
19 delapan belas. luka baru
20 sembilan belas. rahasia
21 dua puluh. berita duka
22 dua puluh satu. Obat
23 dua puluh dua. rapuh
24 dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25 dua puluh empat. halo, pacar
26 dua puluh lima. Orang baik
27 dua puluh enam. mencintai
28 dua puluh tujuh. kekhawatiran
29 dua puluh delapan. takut kehilangan
30 dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31 tiga puluh. pilihan
32 tiga puluh satu. harapan
33 tiga puluh dua. berbagi luka
34 tiga puluh tiga. sesal
35 tiga puluh empat. Prasangka
36 tiga puluh lima. tampan
37 tiga puluh enam. bosan
38 tiga puluh tujuh. keajaiban
39 tiga puluh delapan. Harapan
40 tiga puluh sembilan. Operasi
41 empat puluh. pengen cubit
42 empat puluh satu. ditinggal
43 empat puluh dua. mencari alana
44 empat puluh tiga. pulang
45 empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46 empat puluh lima. menjenguk Ananta
47 empat puluh enam. surat
48 empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49 empat puluh delapan. Penasaran
50 empat puluh sembilan. Teman berbagi
51 Lima puluh. sudah baikan?
52 lima puluh satu. mode macan
53 lima puluh dua. macan jinak
54 lima puluh tiga. kejutan
55 lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56 lima puluh lima. Genius menyebalkan
57 lima puluh enam. Apa itu romantis
58 lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59 lima puluh delapan. hari ujian
60 lima puluh sembilan. Janji
61 enam puluh. Tidak selalu bahagia
62 enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63 enam puluh dua. liburan
64 enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65 enam puluh empat. hilang
66 Enam puluh lima. Kue matcha
67 enam puluh enam. kembalinya Arkan
68 enam puluh tujuh. terlalu aneh
69 enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70 enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71 tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72 tujuh puluh satu. satu langkah
73 tujuh puluh dua. semangat
74 tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75 side story - Yang disimpan waktu.
76 tujuh puluh empat. siaga satu
77 tujuh puluh lima. date?
78 tujuh puluh enam. Es krim
79 tujuh puluh tujuh. rencana
80 Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81 Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82 delapan puluh. kado
83 delapan puluh satu. kenangan
84 delapan puluh dua. percikan
85 delapan puluh tiga. sebelum perang
86 delapan puluh empat. bertemu
87 Delapan puluh lima. pukulan
88 Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh
Episodes

Updated 88 Episodes

1
satu. Anak yang selalu di rumah sakit
2
dua. Hal yang dilarang
3
tiga. teman Alana
4
empat. Kambuh
5
lima. Rasa sakit
6
enam. penyakit Ananta
7
satu - dua
8
tiga - empat
9
Hai!
10
lima - enam
11
tujuh - delapan
12
sembilan - sepuluh. cemburu
13
sebelas - dua belas. orang lain
14
tiga belas. pengganggu
15
empat belas. teman baru alana
16
Lima belas. Tempat bersandar
17
enam belas. arti senyuman
18
tujuh belas. orang ketiga
19
delapan belas. luka baru
20
sembilan belas. rahasia
21
dua puluh. berita duka
22
dua puluh satu. Obat
23
dua puluh dua. rapuh
24
dua puluh tiga. menyembuhkan luka
25
dua puluh empat. halo, pacar
26
dua puluh lima. Orang baik
27
dua puluh enam. mencintai
28
dua puluh tujuh. kekhawatiran
29
dua puluh delapan. takut kehilangan
30
dua puluh sembilan. kenyataan menyakitkan
31
tiga puluh. pilihan
32
tiga puluh satu. harapan
33
tiga puluh dua. berbagi luka
34
tiga puluh tiga. sesal
35
tiga puluh empat. Prasangka
36
tiga puluh lima. tampan
37
tiga puluh enam. bosan
38
tiga puluh tujuh. keajaiban
39
tiga puluh delapan. Harapan
40
tiga puluh sembilan. Operasi
41
empat puluh. pengen cubit
42
empat puluh satu. ditinggal
43
empat puluh dua. mencari alana
44
empat puluh tiga. pulang
45
empat puluh empat. hari pertama kembali ke sekolah
46
empat puluh lima. menjenguk Ananta
47
empat puluh enam. surat
48
empat puluh tujuh. sesuatu yang belum usai
49
empat puluh delapan. Penasaran
50
empat puluh sembilan. Teman berbagi
51
Lima puluh. sudah baikan?
52
lima puluh satu. mode macan
53
lima puluh dua. macan jinak
54
lima puluh tiga. kejutan
55
lima puluh empat. Kembali ke sekolah
56
lima puluh lima. Genius menyebalkan
57
lima puluh enam. Apa itu romantis
58
lima puluh tujuh. Latihan terakhir
59
lima puluh delapan. hari ujian
60
lima puluh sembilan. Janji
61
enam puluh. Tidak selalu bahagia
62
enam puluh satu. Kejutan yang terduga
63
enam puluh dua. liburan
64
enam puluh tiga. menyembuhkan diri
65
enam puluh empat. hilang
66
Enam puluh lima. Kue matcha
67
enam puluh enam. kembalinya Arkan
68
enam puluh tujuh. terlalu aneh
69
enam puluh delapan. Percakapan rahasia
70
enam puluh sembilan. bersatunya pasangan aneh
71
tujuh puluh. bersatunya pasangan aneh (2)
72
tujuh puluh satu. satu langkah
73
tujuh puluh dua. semangat
74
tujuh puluh tiga. ketika arkan ikut turun tangan
75
side story - Yang disimpan waktu.
76
tujuh puluh empat. siaga satu
77
tujuh puluh lima. date?
78
tujuh puluh enam. Es krim
79
tujuh puluh tujuh. rencana
80
Tujuh puluh delapan. dikucilkan
81
Tujuh puluh sembilan. Langit biru gelap
82
delapan puluh. kado
83
delapan puluh satu. kenangan
84
delapan puluh dua. percikan
85
delapan puluh tiga. sebelum perang
86
delapan puluh empat. bertemu
87
Delapan puluh lima. pukulan
88
Delapan puluh enam. Meledak dan sembuh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!