Arini pun keluar kamar, Ia memakai baju dress yang bagus untuk pergi bersama Kedua Kakaknya membeli sepatu baru.
" Kak, Arin siap nih ayo." Arini dengan berlenggak-lenggok memamerkan baju bagusnya kepada Bu Sara dan Pak Romi yang ada di ruang tamu.
" Cantik banget Bidadari kecilku ini, Sini Ayah mau peluk dulu sebelum berangkat." Pak Romi menghampiri Arini.
" Ayah, Ayah belum mandi bau nanti Arin nggak wangi lagi!" Arini kesal di peluk Ayahnya.
" Iya Ayah, Nanti Bidadari Kita tidak wangi lagi sudahlah Yah." Bu Sara Sambil tersenyum.
" Kakak, Arin siap nih. Sudah seperti Bidadari kata Ayah dan Ibu." Panngilan Arini di ruang tamu duduk bersama Bu Sara dan Pak Romi.
Keluarlah dari satu kamar, Rino dan Hans.
" Iya Adik'ku, Kakak baru aja ganti baju. Kalo mendampingi Bidadari kan harus seperti Pangeran dong!" Kata Rino menghampiri Arini.
Hans pun lantas mendekati Arini, Menyilakan Sang Ayah.
" Minggir Yah, Mau lihat Bidadari dari dekat Hans." Sambil mencubit pipi Arini.
" Kak Hans, Nanti merah nih pipi Arin. Sakit tahu." Arini kesakitan di cubit Hans.
" Kita perginya bergandengan ya, Adik'ku Arin yang cantik di tengah biar kedua Pangeran ini mengawal Bidadari cantik Kami." Pungkas Rino menjulurkan tangan.
" Bu, Ayah, Arin dan Kakak pamit mau ke pasar dulu ya beli sepatu lari buat Arin." Pamit Arini sambil mencium tangan kedua Orang Tua di lanjutkan dengan kedua Kakak'nya mencium tangan Orang Tua Mereka.
Mereka bertiga pun keluar rumah untuk membeli sepatu lari Arini di pasar yang berjarak 600 meter dari rumahnya.
" Arin, Nanti kalo udah lari cepat dapet piala terus piala itu buat siapa?" Hans menggoda.
" Yah pasti buat Ayah dan Ibu!" Pungkas Arini melihat manja ke Hans yang menggandeng di samping Kanan.
" Terus Kami dapet apa, Dong?" Imbuh Rino.
" Kalian dapet ciuman dari Bidadari dong!" Jawaban manja Arini.
" Kak, Maaf'in Arin ya! Karena Arin yang ingin sekolah tinggi kedua Kakak Arin harus putus sekolah. Karena Ayah dan Ibu tidak mampu membiaya'i kita bertiga." Arin tiba-tiba tertunduk sedih.
Hans dan Rino pun saling pandang dan menghentikan langkah mereka.
" Kami bukan karena mengalah saat berhenti sekolah, Aku dan Hans berhenti karena sudah tidak bisa berfikir Arin. Bukan karena Arin kok, Jadi Arin tidak usah merasa bersalah!" Rino berjongkok menatap Arin dengan tersenyum.
" Kami akan berkorban apa pun untuk Bidadari kecil Kami tersenyum." Imbuh Hans ikut jongkok memandang Arini.
Arini pun memeluk kedua Kakak'nya.
" Arin sayang Kakak!" Tutur Arini mendekap kedua Kakak'nya.
" Yuk, Jangan sedih-sedih nanti keburu tokonya tutup." Bangkit dari Jongkok Rino.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
...****************...
Setelah 15 menit berjalan mereka sampai,
Arini senang melihat Pasar yang ramai dengan makanan-makanan kesukaan'nya.
" Ehemt....Hayo mau sepatu, Apa mau jajan?" Hans menggoda Arini yang terlihat clingak-clinguk melihat ke arah pedagang makanan.
" Arin pengen sepatu Kak, Arin hanya melihat-lihat saja kok." Jawab Arini menutupi ke inginan jajannya.
" Hans, Yuk mampir ke Bakso itu dulu. Kita kan tadi belum makan." Rino mengerti kesukaan Arini.
" Yuk No, Kata Arin hanya mau sepatu kok. Kita mesenya dua aja." Hans menggoda Arini.
Dengan wajah ngambek Arini membalas godaan kedua Kakak'nya.
" Kak, Arin sama Kak Hans aja ya. Sepiring berdua!" Arini yang pahan keadaan ekonomi Kakak'nya.
" Kamu kenapa? Kami bisa bayar kok, Alhamdulillah..Tadi laris kok jualan kami. Takut ya? Nggak bisa beli'in Arin sepatu." Rino dengan Wajah tersenyum.
Mereka pun duduk di meja warung Penjual Bakso.
" Pak, Pesan tiga bakso yang pedas tiga minumnya es teh satu dan es jeruk dua." Pesan Hans mengerti selera Adik-adiknya.
" Kak Arin mau cerita, Setiap Arin sekolah selalu di bully teman Arin tiga cewek. Dia ngatai Arin anak Penjual Asongan lah terus Anak manjalah." Arini memandang tiga Kakaknya.
" Terus Kamu apa'in?" Tanya Hans.
" Arin bilang gini, Biarin Arin anak Penjual Asongan tapi otak Arin selalu peringkat satu. Dari pada kalian anak orang berada tapi selalu kalah dengan Arin, Eh..Arin di dorong sampai jatuh. Untung Bu Guru lihat akhirnya mereka di marahi Kak." Arini bercerita.
" Nah gitu, Kak makin bangga Rin sama Kamu. Hina'an tak perlu di balas kekerasan, Cukup bukti'in Kamu lebih pintar dari mereka saja." Hans memberi nasihat.
Rino memandangi Arini dengan wajah di sertai senyum.
" Kak Rino, Kenapa mandangi Arin kayak gitu?" Arin merasa risih.
" Adik'ku sudah tidak secengeng dulu, Sudah tidak memerlukan kami untuk membelamu. Aku sebagai Kakak'mu bangga Rin." Ujar Rino.
" Heheheh...Ini tuh yang ngajar'in Kak Hans, Selalu marah kalau Arin nangis di ejek teman. Akhirnya Arin kuat deh." Jelas Arini.
Penjual Bakso pun datang membawa pesanan Hans dan kedua Adik'nya.
" Nanti kalo Arin jadi Perawat, Arin mau kedua Kakak Arin stop makan sambal. Namun sekarang'kan Arin belum jadi ya boleh'lah!" Canda Arin kepada kedua Kakak'nya.
" Udah makan dulu!" Hans memerintah Arin stop bercerita.
Bakso pun sudah habis dalam waktu singkat.
" Kak, Arin kok hari-hari ini semenjak ujian naik ke kelas 8 sering merasa gampang lelah ya?" Terang Arini.
" Itu karna Adik'ku selalu memforsir waktu belajar." Jawab Hans tanpa rasa curiga.
" Boleh pintar, Asal kesehatanmu juga di jaga loh Dek!" Imbuh Rino.
" Udah kan, Yuk biar Aku bayar dulu!" Hans bangkit dari duduk.
" Aku lemes Kak, Kayaknya kecapek'an." Jelas Arini.
" Sini Kakak gendong." Rino membungkuk'kan badannya.
Arini pun di gedong Rino menuju Toko Sepatu yang ada di dalam Pasar.
" Berat ya No, Emang Adik'mu sekarang gendut." Goda Hans sambil berjalan.
" Iya nih, Makin gendut kayak'nya!" Balas Rino.
" Ih...Apa'an sih, Aku masih kecil ini!" Kata Arini kesal.
Mereka pun sampai di Toko Sepatu, Kemudian Mereka langsung masuk.
" Udah Dek, Sana pilih-pilih!" Kata Hans menunggu di depan bersama Rino.
Arini pun memilih-milih sepatu, Kemudian tidak di sengaja ketemu Bu Ryn wali kelas Arini.
" Loh Rin, Ketemu di sini. Ibu mau pulang Kamu baru datang. Selamat ya atas prestasimu!" Kata Bu Ryn bertemu di dalam toko.
" Iya Bu, Terimakasih itu juga berkat bimbingan Ibu." Arini mencium tangan Bu Ryn.
Arini pun lanjut memilih-milih. Bu Ryn bertemu juga dengan Hans dan Rino.
" Kalian Kakak-Kakak'nya Arini, Kan?" Tanya Bu Ryn.
" Iya, Ibu ini siapa?" Hans bingung.
" Saya Bu Ryn, Wali kelas Arini. Oh ya Mas, Saya minta kalian berdua lebih perhatikan Arini ya! Soalnya akhir-akhir ini Ia selalu masuk UKS karena gampang lelah, Mohon awasi Adik kalian ya. Ibu kayaknya curiga Arini ada suatu penyakit." Cerita Bu Ryn.
Rino pun berfikir hal yang sama setelah tadi Arini merasa kelelahan.
Hans dan Rino saling pandang, Setelah Bu Ryn pergi mereka memandang ke arah Arini.
" Dia apakah sakit ya, Hans?" Tanya Rino.
" Nanti kita cerita pada Ibu dan Bapak." Balas Hans.
Arini balik membawa sepasang sepatu.
" Kak, Ini ya?" Kata Arini memperlihatkan sepasang sepatu di tangan.
Hans dan Rino tersenyum menyetujui'nya.
Kemudian Hans membayar sepatu yang di ingini Arini kemudian merek bertiga pulang, Dalam pulang pun Arini merasa sangat lelah hingga meminta Rino menggendongnya.
Hans dan Rino mulai curiga sebenarnya Arini kenapa. Mereka memutuskan memberi tahu Orang Tua setelah tiba di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments