Bu Sara dan Pak Romi memutuskan memindahkan Arini untuk di pindahkan ke Rumah Sakit di kota mereka supaya Arini mendapat perawatan yang lebih.
" Hans dan Rino, Ayah akan membawa Arini ke Rumah Sakit! Namun, Ayah hanya mempunyai sedikit uang pegangan di saku Ayah. Apakah Kalian ada tabungan untuk menambah biaya perawatan Adik kalian?" Tanya Sang Ayah dengan raut wajah pasrah dan mata berkaca-kaca.
Hand dan Rino menatap ke arah Arini terbaring, Mereka seolah tak berdaya di luar kamar perawatan Arini.
Sang Ibu di samping Arini menunggu dengan khawatir karena Arini belum sadar.
" Sudah Ayah tidak usah khawatir, Hans akan berusaha mendapatkan uang buat biaya Arin!" Ujar Hans dengan mantab berkata.
" Rino pun juga Yah, Akan berusaha untuk mendapatkan uang perawatan." Imbuh Rino.
Kemudian Sang Ayah menuju ruang Administrasi untuk meminta pemindahan Arini.
" Yah, Urusi Arini dulu biar kami cari uang!" Kata Hans.
Kemudian Hans dan Rino keluar dari Klinik, Meski belum ada pandangan dimana mereka harus mencari uang itu.
" Hans, Kamu mau cari kemana?" Tanya Rino menatap Hans.
" Ntahlah, Aku mungkin mau jadi kuli panggul di pasar atau apalah yang penting bisa ngasilin uang buat Arin!" Jawab Hans dengan mata berkaca-kaca.
" Baik'lah, Aku akan ke Wak Nana mau pinjam uang dan akan ku gadaikan diriku buat kerja merawat kolam ikannya!" Ujar Rino.
" Kita berpisah di sini, Nanti sore kita kumpul di rumah buat ngumpulin uang dulu baru pergi ke Rumah Sakit bersama-sama!" Kata Rino menatap Hans.
Mereka pun berpisah, Hans setelah di tinggal Rino hanya jongkok di pinggir jalan raya dan memegangi kepala karena merasa tidak berguna.
" Apakah Aku setidak berguna ini ternyata, Harus pasrah dengan coba'an ini!" Gumam Hans menyalahkan dirinya sendiri.
Rino melihat Hans dari angkot yang Ia tumpangi, Ia pun merasa sedih.
" Hans, Kita pasti bisa." Gumam Rino mentap ke arah Hans.
Wak Nana adalah saudara dari Ibu mereka tepatnya Kakak Ibu mereka. Ia mempunyai kolam ikan yang sangat banyak, Meski Wak Nana baik pasti memberi cuma-cuma pantang bagi Mereka untuk meminta.
Rumah Wak Nana 30 menit dari Klinik Arin di rawat.
Hans melihat seorang badut yang berdiri di pinggir jalan dengan mengamen, Ia pun terpikir tentang temannya yang menyewakan baju Badut.
Hans segera bangkit dari keterpurukan, Memutuskan untuk meminjam baju badut dari temannya.
Ia pun memberhentikan Angkot untuk kerumah Ikhsan, Teman yang menyewakan baju badut yang tidak jauh dari Klinik.
Sesampainya di rumah Ikhsan.
" Hans, Angin apa yang membawamu kemari?" Sapa Ikhsan di depan rumah melihat Hans datang.
Hans masih dengan raut wajah sedih, Dan mata yang menahan tangis.
" San, Aku mau nyewa baju badutmu! Tapi bayarnya nanti setelah Aku dapet uang ya!" Ujar Hans.
Ikhsan melihat Hans yang sedih.
" Duduk dulu, Sini ceritakan kenapa kamu mau ngamen sebagai badut?" Tanya Ikhsan.
Karena Ikhsan tahu bahwa Hans berprofesi sebagai pedagang asongan.
Hans pun duduk di teras rumah Ikhsan.
" Arin, Arin Adik'ku akan rawat di Rumah Sakit dan Kami harus mencari biaya perawatan. Aku merasa tidak berguna sebagai Kakak, Karena tidak mampu menyiapkan biaya untuk perawatannya." Cerita Hans dengan cucuran air mata.
Ikhsan tahu Hans sangat menyayangi adik perempuannya itu, Karena dulu Ikhsan sangat dekat dengan keluarga Hans sewaktu sekolah sering mampir dan bermain di sana.
" Arin, Sakit apa Hans?" Tanya Ikhsan.
" Diagnosa ada penyumbatan di ginjalnya!" terang Hans.
" Yaudah, Yuk kita jadi badut sama-sama. Aku akan menemanimu, Karena Arin sudah Aku anggap seperti Adik'ku sendiri." Balas Ikhsan.
Ikhsan kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengambil kostum badut.
Hans melihat Ikhsan begitu baik, Begitu Ikhsan keluar membawa kostum langsung memeluk Ikhsan.
" Terimakasih San, Kamu saudara terbaik'ku!" Ujar Hans sambil memeluk Ikhsan.
" Aku hanya bisa bantu ini, Kalo materi Kamu paham kan bagaimana!" Balas Ikhsan membalas pelukan Hans.
Kemudian mereka memakai kostum di rumah Ikhsan, Sebelum berangkat Iksan membawa ember kecil dan Speaker aktif yang di gantungkan di lehernya.
Mereka berjalan kaki sepanjang jalan menuju pasar tempat tujuan mereka, Karena di setiap rumah yang mereka lewati mereka mengamen.
Sementara Rino setelah tiba di rumah Wak Nana.
" Assalamualaikum, Wak...." Sapa Rino, Melihat Wak Nana yang santai di teras.
" Wa'alaikum salam..Eh anak ganteng, Ada apa kesini?" Tanya Wak Nana bangkit dari kursi.
Rino langsung memeluk Wak Nana sambil menangis.
" Kenapa, Kok nangis?" Tanya Wak Nana.
" Arin wak...Arin..." Rino tidak sanggup melanjutkan.
" Arin kenapa?" Tanya Wak Nana penasaran.
" Arin..Masuk rumah sakit Wak" Jelas Rino sambil menangis.
" Duduk..Duduk!" Kata Wak Nana, untuk menenangkan Rino.
" Kamu cerita, Ada apa dengan Adik'mu?" Tanya Wak Nana meminta penjelasan yang gamblang.
" Arin di diagnosa ada penyumbatan di ginjalnya, Ini Dia di bawa ke Rumah Sakit oleh Ayah dan Ibu. Sementara Aku dan Hans mencari biaya untuk perawatan Arin, Wak, Maksud Rino kesini ingin meminjam uang 8jt ,Sebagai gantinya Rino mau bekerja setiap hari membantu Wak Nana mengurus kolam ikan tanpa di bayar Wak. Bisa nggak Wak?" Tanya Rino menatap Wak Nana.
" Hemt, Gini aja Kan Wak Nana hidup sendiri semenjak istri Wak meninggal. Dari beberapa ponakan Wak Nana hanya kalian yang masuk ke hati Wak, Kalo Kamu tinggal di sini sambil menemani Wak Nana dan merawat Wak akan Wak biayai berapa pun biaya Arin. Kamu tahu kan Wak tidak ada keturunan, Nanti ini semua juga Wak pasrahkan ke kalian!" Ujar Wak Nana.
Rino pun langsung meng'iyakan permintaan Wak Nana. Kemudian mendekap erat Wak Nana sambil menangis.
" Terimakasih banyak, Wak!" Ujar Rino.
" Bentar Wak Nana ganti baju, Nanti kita segera menengok Adik'mu!" Ujar Wak Nana bangkit dari duduk masuk ke dalam rumah.
Hans mengamen satu persatu rumah hingga sehabis isya, Hans menahan lapar dan dahaga untuk Arini.
Dari pagi Hans hanya makan sekali itu pun pagi sebelum berangkat ke klinik.
Mereka beristirahat di tangga pojok pasar, Hans mencopot kostum kepala badut terlihat sangat lemas dan lelah.
Ikhsan yang paham kondisi temannya segera pergi untuk membelikan makanan dan minuman.
Tak berapa lama Ikhsan kembali ke Hans.
" Nih, Kita makan tahu kupat dan teh." Ujar Ikhsan menyodorkan makanan yang di bungkus dan minuman.
Hans pun menerimanya
" Terimakasih, Ya San. Aku tidak tahu bagaimana Aku bisa membalas kebaikanmu! Habis ini kita hitung hasil ngamen terus kita bagi dua." Kata Hans.
" Sudah, Itu buat Arin. Nanti Aku juga mau ikut menjenguk Adik'ku itu sudah lama tidak melihat tingkah centilnya, Bikin kangen." Balas Ikhsan.
" Tapi nanti kerumahku dulu ya, Buat naruh ini kostum." Imbuh Ikhsan.
" Oke." Balas Hans dengan senyuman.
Mereka pun melanjutkan makan dan minum, Setelah selesai mereka akan langsung menuju Rumah Sakit dimana Arin di rawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments